Senarai penyimpan berkas online Andry S Huzain membuat Yahoo! Briefcase yang saya gunakan terlihat usang, ketinggalan zaman. Entah alasannya, Yahoo! selalu baru tergerak untuk bangkit jika sudah disaingi oleh Google; mereka seperti abai terhadap manuver pihak lain, apalagi pendatang baru. Bayangkan saja: setelah saya gunakan semenjak 2001, kapasitas penyimpanan Briefcase masih bertahan pada angka 30 MB. Di zaman bah — bah air dan informasi — seperti hari ini, pemakai lama dapat cemas melihat bar pemakaian sudah hampir menyentuh ujung dan pemakai baru tidak menyadari bahwa Yahoo! si raksasa menyediakan fasilitas penyimpanan berkas semenjak zaman baheula.
Padahal salah satu alasan saya (ini bersifat mengikuti kelaziman, common sense menurut Andry) memilih layanan penyimpan “harta karun” di ranah maya adalah pemain besar. Pragmatis saja: lebih aman dari mendadak kolaps dan biasanya prosedur standar antisipasi kegagalan sistem (termasuk manajemen) lebih baik. Alasan tersebut yang saya kemukakan terhadap komentar Budi Rahardjo perihal koleksi di Flickr. Ah, cadangan 989 MB dari 3708 foto dalam bentuk apa adanya belum dibuatkan juga di cakram optik.
Sekarang persoalan keamanan data. Apakah tren yang disodorkan Andry untuk menyimpan data penting (seperti tertulis di judul entrinya) di sebuah tempat antah berantah (di mana sebenarnya pusat data Big.Net?) adalah ide yang bagus untuk semua orang? Internet pada dasarnya adalah sebuah medium yang “membuka dirinya” untuk akses publik.
Situs penyimpanan berkas memang bukan tempat yang “benar-benar terbuka”. Kita sebagai pemakai perlu menyelesaikan urusan administrasi di awal, permisi masuk lewat autentikasi, dan saya periksa mereka sudah mengandalkan SSL. Sudah berubah banyak dibanding Xdrive di akhir abad lalu.
Kendati demikian, pertanyaan teman, seorang ibu rumah tangga, tiga tahun lalu masih terngiang: saya ingin menyimpan tulisan kegiatan harian yang bersifat pribadi — tidak ingin diekspos, dan bagaimana jika rekaman medis keluarga disimpan di tempat hosting? Atas dasar kepraktisan, lebih-lebih karena mereka tinggal di Eropa. Saya jawab dengan penjelasan yang pada intinya jangan melakukan itu atas dasar kehati-hatian terhadap dokumen yang sangat pribadi di lingkungan yang sangat publik.
Sekarang Vox.com memilih pembatasan sebagai salah satu fitur mereka. Entri dapat dibaca hanya oleh penulisnya sendiri — kendati agak janggal masih disebut sebagai “draf” — atau tetangga. Ide ini juga bukan sama sekali baru: di Flickr, sudah menjadi rahasia umum terdapat “koleksi bawah tangan” yang hanya dipertontonkan untuk “kalangan terbatas.” Apapun motifnya.
Bagaimana dengan rekaman medis? Yang sejenis dengan ini misalnya daftar sandi lewat dan catatan tentang kartu kredit. Apakah mereka lebih baik disimpan di kotak deposit bank (berbiaya dan kurang portabel) atau disimpan di tempat online dalam kondisi terenkripsi?
Ya, enkripsi: di satu sisi seperti menjanjikan, namun di sebelahnya terpapar dengan gamblang kerumitan mekanisme pengelolaannya. Bahkan bagi mereka yang super aktif di lingkungan TI pun, keengganan menggunakan enkripsi bisa lebih sering terjadi dibanding pembuatan cadangan data. Ditambah mantra yang menakut-nakuti: jika kunci pengaman untuk membuat dan membuka enkripsi hilang, bagaimana nasib dokumen Anda?
Jadi, timbang-timbanglah sebelum memutuskan menggunakan cara yang diusulkan Andry, karena keperluan kita tidak selalu identik dengan urusan “bonek” dia dengan bekal tiga setel baju ke ibukota. Demikian juga jenis dokumen yang disebutkan Andry adalah boleh-sekarang atau boleh-nanti dilihat oleh publik; bukan jenis bebas atau dilarang-sama-sekali dipertontonkan kepada publik.
Masih ada pertimbangan teknis lain: tingkat kegagalan akses. Jargon “sepanjang ada koneksi Internet dokumen tadi siap diakses” dapat mengecoh. Telkom Speedy di Bandung dan Yogyakarta terganggu pada Sabtu pagi (3 Feb) saat Jakarta dirundung mendung — gangguan saat bencana. Di hari-hari normal terdapat kemungkinan akses dokumen via SSL diblok atau menjadi sangat lambat dari simpul kita berada. Beberapa unit bisnis di Jakarta pun masih mendapat “jatah diskriminatif”: jalan tol untuk akses di lingkungan IIX namun gang tikus untuk akses ke manca negara. Sedihnya, SSL menjadi korban pertama “penyesuaian” lebarpita koneksi ini.
link ke tulisannya kang Andry salah Om.
Terima kasih, sudah dibetulkan.
Antik juga, direktif.web.id terbawa salin-tempel segala.
sudah dikomentari andry di blognya…silakan dilihat, hehe…
Terima kasih, Firman, sampai menjadi “kurir” pesan pantun berbalas saya dan Andry.
Dari pengacu (referer) tadi siang saya sudah menduga ada tautan ke tulisan ini dari blog Andry. Jangan kuatir, semua sudah otomatis, termasuk catatan di Technorati.
Memang kepraktisan dan keamanan kerap kali terlihat sebagai dua hal yang perlu diseimbangkan. Saya dan Andry sudah mengambil pilihan masing-masing, kan? :-)
Sampai saat ini, saya kurang senang untuk menyimpan file-file confidential (dan file penting lainnya) pada online storage. Saya menggunakan online storage hanya untuk file-file yang “tidak terlalu confidential”. Selain alasan keamanan, alasan lainnya adalah koneksi internet yang belum tentu selalu ada.
Tergantung kebutuhan… kalau saya cenderung pake jasa dari para RAKSASA karena dengan INTEGRATED ACCOUNTnya sehingga lebih mudah di HAPAL :D
Sorry … keluar dari topik. Kantor kami (di Bandung) bermaksud untuk menyimpan data (tape backup) ke Perisahaan Jasa Peyimpanan Dokumen, ada yang tahu Nama & alamat prsh tsb? thanks a lot.