June 2005 Archives

Tidak Hanya SMS, Blog pun Perlu Dibaca oleh Presiden

| 13 Comments | 1 TrackBack

Jika Riswandha Imawan, Guru Besar Ilmu Politik UGM, mempertanyakan konsekuensi politik dari keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka jalur SMS untuk publik, yang terbayang pertama oleh saya setelah nomor SMS istimewa tersebut beredar di banyak mailing list adalah resiko data bervolume besar berdatangan. Ini SMS, sebuah pesan sangat singkat, sangat praktis, dan berada di telapak tangan pemakai telepon genggam yang meningkat terus jumlahnya di Indonesia. Pemakai SMS sejati sudah sangat lincah menggunakan tombol berisi tiga huruf dan sebuah angka di pesawat telepon; tinggal tekan OK dan pesan langsung sampai di nomor bapak presiden. Sekalipun beberapa orang menggunakan nomor telepon genggam yang dapat dipercaya kredibilitasnya, lebih banyak lagi yang dengan mudah ganti-ganti nomor antara lain akibat fasilitas yang kian mudah untuk melakukan hal itu.

Bukan, ini bukan karena karakteristik Bangsa Indonesia di sebuah negara yang oleh Wicaksono disebut tinggal di sebuah Republik SMS. Saya juga menyukai SMS lebih-lebih karena sangat ekonomis dibanding bercakap lewat telepon. Persoalan yang perlu mendapat lebih perhatian adalah situasi penanganan pesan massal lewat media elektronik tersebut, dan ini berlaku global. Lembaga kepresidenan Amerika, Gedung Putih, pun terpaksa mengakali pengiriman email untuk mereka dibuat berliku akibat jumlah pesan yang luar biasa dan sebagian — sudah dapat diduga — berisi materi spam.

Dalam urusan ini email dan SMS setali tiga uang, sedangkan memilih media SMS untuk Indonesia jelas membawa keuntungan audiens lebih luas yang dapat dijangkau. Boleh dikatakan semua pemilik telepon genggam secara otomatis menguasai cara pengelolaan SMS, berbeda dengan pemakai komputer yang tidak langsung memahami tata cara pengelolaan email.

Peduli tentang Etiket Email di "Mailing List"

| 4 Comments | 1 TrackBack

Di tengah lalu-lintas email di mailing list Telematika, Rumy Taulu pada tanggal 31 Mei lalu melontarkan kritik perihal etiket penulisan email, berkaitan dengan top-posting (menuliskan balasan sebuah email di atas pesan yang dibalas) dan kaidah penulisan isi email. Karena hal ini tidak dirumuskan sebagai sebuah prinsip awal di Telematika (dan demikian yang sering dijumpai di banyak mailing list Indonesia), belum ada dorongan untuk menanggapi kritikan Rumy lebih jauh. Telematika yang dianggap beranggotakan “politikus” yang membicarakan TI, seperti yang diungkap Adi Nugroho, akhirnya kurang memedulikan hal seperti ini dan memutuskan dengan cara pengambilan suara, kendati sempat ada yang melontarkan pandangan dari sisi RFC.

Yang kemudian terungkap: kaitan antara kemalasan dengan ketidakpedulian terhadap aturan. Misalnya pendapat yang “menentang” balasan email di bawah kutipan berpendapat bahwa tidak efisien mencari bagian balasan di bawah puluhan baris kutipan. Kemungkinan besar hal ini dihasilkan oleh kemalasan melakukan penggulungan (scrolling) tampilan (duh!) atau ketidakpedulian pada aturan lain bahwa bagian yang tidak perlu dari sebuah email yang dibalas sangat dianjurkan untuk dihapus. Membiarkan bagian kutipan di sebuah email terlalu panjang bukan hanya menyulitkan orang lain, kemungkinan besar bagian bawah akan dipotong oleh mayoritas Webmail agar memadai ditangani kotak edit.

Tot Kijk Groningen. Selamat Datang di Indonesia

| 17 Comments | No TrackBacks

Entri ini ditulis dalam perjalanan dari Groningen ke Depok, pada tanggal 13-17 Juni, namun baru sempat dipasang setelah mendapat koneksi Internet dua hari kemudian.

Setelah menulis beberapa entri berkaitan dengan perkembangan Warnet, saya masih ingin memasang tulisan terakhir di Belanda. Namun ternyata, kesibukan menyelesaikan urusan terakhir di Groningen, Belanda, menyita waktu. Akhirnya di tengah acara angkat-angkat barang untuk teman dan dibuang, saya hanya sempat memperbaiki blog pribadi, Coret Moret, yang harus disusun lagi dari awal. Menyedihkan memang, namun karena situs tersebut berisi investasi saya berupa koleksi tulisan, apapun yang terjadi harus diperjuangkan.

Keuntungan hari-hari terakhir di Belanda: koneksi Internet di rumah, yang seharusnya sudah distop pada tanggal 1 Juni, masih terus dapat digunakan sampai dengan saat terakhir rumah kami tinggalkan, pada hari Jumat, 10 Juni. Walaupun jika dihitung harga yang kami bayar hanya kira-kira EUR 1,7/hari, namun boleh dong saya bayangkan sebagai kemewahan tersendiri mengingat koneksi 24-jam dan kecepatan koneksi yang tersedia. Tatkala beres-beres terakhir di rumah tidak ada lagi radio dan tape, justru musik dari Yahoo! Broadcast yang saya putar lewat notebook dapat mengusir sepi. Betapa “kurang ajar”: hanya untuk memutar musik saja berfoya-foya menggunakan sisa koneksi kabel modem!

Ah, beberapa hari lagi saya akan kembali ber-dial-up ria! Agaknya situasi belum akan jauh berbeda dengan pada saat saya tinggalkan Bandung hampir empat tahun lalu.

Subsidi untuk Warnet atau Kegagalan Berdiplomasi?

| 10 Comments | 1 TrackBack

Di tengah diskusi tentang lisensi dan motivasi Open Source atau Free Software di Teknologia, muncul email dari Firdaus Tjahyadi tentang pernyataan Menristek yang menegaskan bahwa pemerintah akan membantu Warnet dengan cara subsidi. Mengejutkan (atau sebenarnya “sudah lazim” untuk situasi di Indonesia saat ini?), karena cara yang ditempuh pemerintah “cukup aneh” dan jumlah uang yang dikeluarkan tidak sedikit.

Saya sebut aneh karena baru beberapa bulan lalu pemerintah mati-matian menjelaskan bahwa pencabutan subsidi BBM adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk penghematan saat ini dan sekarang dengan mudahnya mengeluarkan subsidi baru. Oke, memang tidak dapat dibandingkan begitu saja: jumlah Warnet lebih sedikit dari pemakai BBM dan program ini untuk menghindari penambahan jumlah pengangguran akibat Warnet tidak dapat beroperasi. Namun coba amati aliran duit subsidi ini.

Gmail di Opera Masih Bermasalah?

| 8 Comments | No TrackBacks

Karena memiliki satu alamat email lagi di Gmail untuk keperluan mengumpulkan email dari beberapa mailing list (dan lebih nyaman mengomentari diskusi di mailing list lewat entri di blog), saya akses akun tersebut lewat Opera. Harapan saya tidak perlu berganti akun di Firefox, sehingga dua isi Gmail dapat aktif bersamaan.

Ternyata muncul masalah di Opera. Versi yang saya gunakan adalah Opera 8.0 Final, Build 1095, pustaka Qt 3.3.4, tanpa Java, dan dijalankan di Debian GNU/Linux Sarge i686. Persoalan yang saya temui: setelah aktif cukup lama, dan monitor masuk modus hemat energi (energy save mode), begitu monitor saya aktifkan: Opera berada pada kondisi tidak menerima respon apapun. Terpaksa saya “bunuh” (kill process) dari jendela shell Linux. Saya belum tahu apakah perubahan modus di monitor menjadi penyebab atau JavaScript yang intensif dari Gmail belum dijalankan dengan benar.

About this Archive

This page is an archive of entries from June 2005 listed from newest to oldest.

May 2005 is the previous archive.

July 2005 is the next archive.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261