July 2006 Archives

Terima Kasih, Flickr

| 7 Comments | No TrackBacks

Seperti pernah saya tulis, sebelum saya berbekal kamera digital, Flickr saya pakai untuk mengumpulkan tangkapan luaran di layar. Halaman Web yang “aneh” — semisal sedang terkena serangan para peretas (hacker) — saya pasang di sana. Sampai akhirnya saya memutuskan menggunakan Flickr untuk “bakat amatir” fotografi pribadi. Betul, salah satu fungsi Web adalah untuk bersenang-senang dan Web 2.0 memanjakan para amatir dalam suasana “digerakkan oleh kebersamaan”.

Ternyata koleksi saya di Flickr sedikit bermasalah: hanya dimunculkan pada halaman tag pribadi dan absen pada tag publik. Saya coba dengan tag yang menurut saya sangat jarang digunakan orang lain — nama kecamatan Rambipuji atau Rancaekek misalnya1 — tetap absen pada tampilan tag foto publik. Padahal syarat yang disebut di FAQ Flickr sudah diikuti: objek tersebut hasil jepretan sendiri, jauh dari tindak-tanduk ofensif, dan saya pasang dengan lisensi berbagi ala Creative Commons. Memang ada catatan di FAQ tersebut bahwa pihak Flickr melakukan pemeriksaan bahwa sebuah akun di sana memang benar-benar dipakai untuk penyimpanan hasil bidikan kamera.

SpeedCrunch di Ubuntu

| 2 Comments | No TrackBacks

Dari menu Add/Remove… di Ubuntu 6.06 saya diingatkan bahwa SpeedCrunch terdaftar sebagai paket perangkat lunak di Ubuntu. Walaupun Calculator dari Ubuntu sudah tersedia dan saya sangat jarang menggunakan kalkulator dari sistem operasi, saya coba pasang produk Indonesia ini. Hitung-hitung, Aku Bangga Produk Bangsa Sendiri.

Hasil tangkapan tampilan di monitor:

SpeedCrunch di Ubuntu

Panel SpeedCrunch kalah lembut dibanding Gcalctool Ubuntu. Apakah hal ini karena SpeedCrunch menggunakan pustaka Qt? Seperti di salah satu artikel di forum Ubuntu, HOWTO: Make QT apps look more Gnome’ish.

Dengarkan Angelina

| 14 Comments | No TrackBacks

Koran Tempo hari ini,

Jika banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat sering terlambat menerima informasi, ada baiknya mendengarkan keluhan Angelina Sondakh. Akses Internet di DPR lama1, katanya. Padahal, kata Angelina, Internet kini sangat berpengaruh terhadap kinerja wakil rakyat. Gimana mau kerja? kata anggota Komisi X ini. Keluhan ini, menurut Angelina, telah disampaikannya pada Badan Urusan Rumah Tangga DPR. Tak mahal untuk membeli broadband, kan?

1 kelihatannya yang dia maksud: lambat.

Nasib kita sama: koneksi lambat.
Nasib kita berbeda: broadband masih dianggap mahal.

Universal Feed Parser

| 13 Comments | No TrackBacks

Inilah dia Universal Feed Parser, pustaka pemrograman yang ditulis Mark Pilgrim dalam bahasa pemrograman Python. Barang lama, namun justru sekarang sudah dibundel dalam paket di Debian Unstable misalnya.

Manfaatnya? Coba lihat berikut ini.

Planet Planet adalah salah satu perangkat lunak pengagregat yang menggunakan Universal Feed Parser — tidak perlu dibantah popularitasnya. Dengan modal penguasaan Python, waktu sore yang senggang, dan sedikit trik umum, berikut kreasi menarik sebagai hasta karya,

"Orang Keren" Berebut Peringkat

| 17 Comments | No TrackBacks

Kompetisi di Google sedang berlangsung: Paguyuban Orang Keren Baru (OKB) sedang berusaha meraih peringkat atas dengan berlagak “sok keren” dan diikuti oleh tempik-sorak para pengikut. Ikut atau ogah, parade mereka mengisi pembaca sindikasi dan jawabannya ada pada hasil pencarian Google hari ini. Kita tunggu: apakah mereka akan sanggup duel seperti halnya Jeremy Zawodny berlagak menjadi penjaja Viagra dan Cialis? Oh ya, tentu sanggup. Apakah akan berhasil seperti skenario optimasi mesin pencari, tempat kata kunci berebut pengaruh?

Jeritan huru-hara orang keren belum tampil di Google Trendsdo not have enough search volume to show graphs. Berarti skrip Jim Geovedi perlu dipinjam sekaligus mengundang dia menjadi “orang keren berikutnya”.

Mars-Bulan Purnama dan "Hoaks" Gentayangan

| 8 Comments | No TrackBacks

Seperti ujar-ujaran old programmers never die, they just lose their memory atau celotehan iklan kagak pernah ada matinya…, demikianlah hoaks. Reda dalam waktu cukup lama karena banyak dibantah, setelah itu datang lagi bak puting beliung. Seolah-olah para penerusnya mudah terkena penyakit “hilang ingatan” — yang konon diidap masyarakat kita.

“Mars terlihat sebesar bulan purnama” yang jelas-jelas tidak masuk akal. Semua guru pelajaran IPA, Fisika, atau Bumi dan Antariksa di sekolah lanjutan sudah menjelaskan berulang-ulang komposisi planet pada tata surya kita. Jika planet merah itu “mendekati” bumi dengan ukuran yang sedemikian fantastis tentu gonjang-ganjing perjalanan planet bumi saat ini.

Bagi yang tidak peduli dengan mata pelajaran tadi coba enyahkan rasa malas: setiap kali ada berita asal-asalan periksa dulu lewat mesin pencari. Beberapa detik tambahan waktu untuk memeriksa akan bernilai lebih mengurangi kekonyolan meneruskan kabar bohong, berita palsu, dan memberi teladan bagi orang lain untuk tidak gampang menjadi penerus hoaks.

Hargai diri Anda dengan tidak perlu bergabung menjadi simpul penyebaran hoaks lewat email, pesan penyeranta (pager), atau pesan pendek lewat telepon genggam.

Catatan teknis: “Mars” kemarin diterima salah satu teman di kantor, diingatkan oleh Eko Juniarto lewat status Yahoo! Messenger, dan pada tengah malam, salah seorang teman di Padang menghadiahi saya. Pesan tersebut beredar tanpa menyebutkan tahun padahal sudah gentayangan semenjak setahun silam.

Proyektor Al Hidayah

| 6 Comments | No TrackBacks

Seperti sempat sedikit saya sebut pada tulisan sebelum ini — perihal koneksi Internet untuk sebuah sekolah di lokasi yang lebih pelosok lagi di kecamatan kelahiran saya, Balung, Kabupaten Jember — saya sempat mengobrol dengan salah seorang kepala sekolah, Alil Syahari. Sekolah tersebut SMP Al Hidayah di desa Karang Duren.

Setelah pengadaan komputer dalam jumlah terbatas untuk keperluan siswa di sekolah, langkah berikutnya adalah pembelian sebuah proyektor LCD. Di tempat yang jauh dari ingar-bingar TI, ternyata hal ini menguntungkan dari sisi pemerkayaan aspek teknologi dan tidak rugi dari sisi investasi. Proyektor tersebut dipakai pada beragam acara: pemutaran film pendidikan dari media VCD di sekolah dan untuk presentasi menggantikan proyektor overhead sehingga hemat dari ongkos pembuatan transparan.

Liburan Bersama Ubuntu

| 7 Comments | No TrackBacks

Liburan datang.

Inilah kesempatan mengajak Ubuntu untuk menemani kami sekeluarga menjenguk sanak saudara di Jawa Timur. Kendati saya tentu tidak akan sempat terlalu lama memelototi komputer — toh sedang berlibur, jadwal kunjungan sudah padat, dan letih yang lebih dibanding kegiatan hari-hari biasa di Bandung — komputer jinjing ini diperlukan salah satunya jika sewaktu-waktu perlu online untuk melihat email yang masuk, aktivitas Web, dan kemungkinan perlu akses ke komputer di kantor Bandung.

Keluarga besar saya tinggal di Kecamatan Balung, sekitar 25 kilometer dari Jember, ibukota kabupaten. Infrastruktur sudah memadai, termasuk layanan komunikasi lewat telepon-kabel dan nirkabel. Komputer sudah mulai digunakan di beberapa rumah, terutama yang memiliki anggota keluarga yang mengenyam pendidikan setingkat perguruan tinggi. Saya sempat melihat salah satu rental komputer dan salah satu kepala sekolah di desa yang lebih pelosok lagi menyebut mereka akan “kedatangan Internet” sekira 1—2 tahun mendatang, namun praktis belum ada Warnet. Pada kunjungan sebelumnya, biasanya saya siasati dengan bertandang ke ibukota kabupaten pada jam-jam mendekati tengah malam sampai usai subuh.

Persiapan modem

Persiapan pertama: modem yang disediakan Acer Aspire harus tokcer. Sampai pertengahan Juni lalu, saya mengabaikan modem di notebook tersebut karena koneksi ke Internet hanya dilakukan lewat jaringan di kantor. Ternyata setelah itu sempat perlu coba-coba dengan wvdial. Deteksi modem saya lakukan menggunakan scanModem dan berikutnya pengendali modem diambil dari slamr. Akhir dari coba-coba tersebut adalah konfigurasi /etc/wvdial.conf terpasang. Terus terang, saya agak lupa rincian langkah-langkah pengaktifan modem ini — cukup saya ikuti petunjuk dengan seksama dan hasilnya sudah “siap pakai”. Oh ya, entah alasannya, saya sering gagal atau tidak cocok menggunakan antarmuka grafis Network Setting di Ubuntu untuk urusan piranti jaringan (termasuk modem). Alhasil, perintah baris untuk mengaktifkan kartu jaringan atau koneksi dial up lebih saya sukai.

Isi /etc/wvdial.conf untuk Telkomnet Instant di Acer Aspire yang saya gunakan,

[Dialer defaults]
Init1 = ATZ
Init2 = ATQ0 V1 E1 S0=0 &C1 &D2 +FCLASS=0
Modem Type = Analog Modem
ISDN = 0
Phone = 080989999
Modem = /dev/ttySL0
Username = telkomnet@instant
Password = telkom
Carrier check = no

About this Archive

This page is an archive of entries from July 2006 listed from newest to oldest.

June 2006 is the previous archive.

August 2006 is the next archive.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261