December 2005 Archives

Wikipedia: Vandalisme Lawan Integritas

| 6 Comments | No TrackBacks

Rupanya sudah menjadi takdir di banyak tempat: sebuah kultur yang sebelumnya tenang, dapat ditolerir oleh hadirin di dalamnya, mendadak sontak menjadi heboh setelah diangkat keluar oleh figur sohor dan ditabuh oleh media massa bertiras besar. Ini yang terjadi di Wikipedia dalam pekan-pekan terakhir ini. Dimulai dari halaman-halaman yang ditemukan tidak akurat oleh Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg, VJ MTV dan penyedia podcasting Adam Curry, serta jurnalis Amerika Serikat, John Seigenthaler, Wikipedia disorot bertubi-tubi.

Setelah diteliti lebih jauh, penyebab ketiganya adalah “sifat alamiah” gagasan Wikipedia itu sendiri, yaitu kebebasan semua orang untuk menambahkan atau mengubah halaman. Biografi Stoltenberg diacak-acak oleh vandal, Curry malah menyengaja mengubah halaman tentang podcast untuk sebuah motif menguntungkan dirinya, dan halaman tentang Seigenthaler diubah oleh seseorang yang beranggapan bahwa ensiklopedia tersebut adalah situs main-main. Seigenthaler menuliskan kekecewaanya terhadap Wikipedia di USA Today dan cerita ini meluas seolah-olah Wikipedia adalah pekerjaan sia-sia sebagai situs yang menyediakan rujukan. Padahal jika diamati halaman-halaman yang kontroversial acapkali terjadi untuk entri jenis biografi, sejarah, dan politik.

Dari sisi teknis, sebenarnya Wikipedia menyediakan fasilitas untuk menghadapi persoalan informasi yang dianggap tidak akurat: pihak yang merasa dirugikan dengan informasi yang tersedia dapat melakukan pemeriksaan terhadap histori tulisan tersebut dari bagian history untuk memastikan bahwa persoalan yang muncul di halaman tersebut bukan vandalisme. Lebih jauh lagi, apabila materi yang ditulis memang berlawanan atau berbeda paham, kita tetap dapat mendiskusikannya di bagian discussion.

Trends di Search History Google

| 1 Comment | No TrackBacks

Sekalipun statistik jadi bahan olok-olok semenjak serangan Mark Twain, There are lies, great lies, and statistics, sampai dengan akrobat angka mistik 68%, saya tetap saja tergoda melongok “kecenderungan” yang disodorkan Search History Google. Google menambahkan Trends yang berisi halaman yang menampilkan statistik pencarian setiap akun pemakai Search History.

Menu Trends di Search History

Trends, menu baru di
Search History

Klik gambar kecil berikut untuk melihat statistik pencarian yang telah saya lakukan semenjak mendaftar di Search History pada bulan Mei 2005. Di bagian kiri, Top searches, terlihat narsisme saya dengan menempatkan kata kunci pencarian paling atas adalah ikhlasul amal. Sedikit tertolong, kata kunci tersebut hanya dipakai untuk pencarian namun di bagian Top clicks — yang berarti hasil pencarian yang kemudian saya kunjungi — kata kunci teratas adalah Cascading Style Sheets. Ini hasil dari belajar bakuan Web (Web standards), saya perlu bantuan Google secara intensif.

Tidak ada maksud apapun dengan hasil pencatatan Google tersebut: sila nikmati kecenderungan Anda menggunakan Google sebagai mesin pencari.

Tak kan Lari Pemakai OpenOffice karena Unsur Jaminan

| 10 Comments | No TrackBacks

Pertanyaan menggelitik dari ulasan Perubahan Ekstrem Office1 di Koran Tempo edisi 20 Desember 2005, hal. C12: Mengapa pengguna OpenOffice tetap jauh di bawah Microsoft Office? Barangkali yang dimaksud jauh di bawah dari sisi jumlah, dan jawaban kedua disampaikan oleh Manajer Pemasaran Produk Information Worker PT Microsoft Indonesia, Tal Adam Benzion sebagai berikut,

Bagaimanapun orang lebih suka membeli produk yang sudah dikenal kualitasnya sekalipun lebih mahal. Ada unsur jaminan di dalamnya. Mau lari ke mana jika pengguna aplikasi gratis, seperti OpenOffice, menghadapi masalah?, katanya.

Wah, sayang saya bukan pemakai aplikasi Office intensif, sehingga sependek pengalaman saya menggunakan OpenOffice di atas Microsoft Windows belum pernah terantuk persoalan yang sangat sulit diatasi.

Montase Foto

| 6 Comments | No TrackBacks

Kendati kasus montase foto Herman Saksono sudah diselesaikan dengan canda Presiden Yudhoyono di Bangkok dan Menteri Komunikasi dan Informatika sudah menyampaikan hak jawabnya terhadap opini editorial Koran Tempo, ada baiknya kita — pemilik situs Web — mengambil hikmah yang lebih mendasar dari persoalan foto tersebut. Sudah cukup banyak riuh-rendah terjadi pada komunitas Internet yang disebabkan oleh peredaran foto atau gambar digital, baik yang memang dari awalnya berupa aib pihak tertentu atau produk otak-atik dengan berbagai motif di belakangnya. Walaupun persentase pemakai Internet di negara kita masih tetap saja lebih kecil dibanding negeri jiran1 dan kehebohan kasus di Internet hanya persoalan kecil segelintir orang, distribusi foto atau film ke luar dari dunia Internet saat ini sudah sedemikian mudah dari tangan ke tangan, transfer antar-telepon genggam misalnya.

Memang sebagian besar ulasan menyebut bahwa montase foto dilakukan dengan tujuan bercanda, namun demikian dalam hemat saya produk yang dihasilkan cenderung berupa humor yang vulgar. Pada satire berbentuk tulisan, pembaca dibiarkan berimajinasi akan sindiran yang disampaikan dan umumnya humor yang disampaikan dengan cerdas perlu dipikir dan diketahui latar belakangnya terlebih dulu sebelum “ditemukan” unsur jenakanya. Demikian pula karikatur yang baik “menyerang” dari sisi pemikiran figur yang disorot; gambar-gambar yang ditampilkan di sana hanya menjadi simbol pencetus pemikiran tersebut. Tentu saja, karikatur “lebih rendah” yang hanya membawa olok-olok terhadap seseorang atau preferensi pribadinya juga ada.

"Internet Bangkok" — Bukan Hanya Jambu

| 22 Comments | No TrackBacks

Setelah kehadiran si kecil, Enda Nasution melengkapi kegembiraannya tinggal di rumah dalam bentuk koneksi Internet kelas pemakai rumah dengan rasio koneksi dan harga yang membuat kita iri: sekitar Rp 100.000,00/bulan untuk kecepatan unduh sekitar 232 kbps. Enda bukan tinggal di Eropa, bukan di Amerika Serikat, dan bukan juga di Jepang: dia penulis blog yang beberapa hari lalu bertanya-jawab dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Bangkok, Thailand. Lebih persisnya: koneksi menggiurkan tersebut terpasang di Pathumtani, kota kecil tempat Asian Institute of Technology, di pinggiran Bangkok.

Hasil pengujian koneksi yang dilakukan Enda

Hasil pengujian koneksi yang dilakukan Enda.
(Klik gambar untuk mendapatkan ukuran
lebih besar).
Sumber: lampiran yang dikirim Enda ke Id-gmail.

Tentu saja ukuran koneksi yang dinikmati Enda jangan dibandingkan dengan kapasitas jor-joran yang sudah lazim ditawarkan penyedia jasa Internet di negara maju: yang impresif adalah rasio koneksi (lebih lambat) dengan harga super-terjangkau. Termasuk yang sedikit mengejutkan saya adalah kecepatan unggah, sebesar dua kali lipat kecepatan unduh tadi. Pengalaman saya menggunakan koneksi rumah di Belanda, penyedia jasa Internet di sana “pelit” dengan kecepatan unggah ini: dari semenjak saya berlangganan hingga akhir, kecepatan unduh sudah dinaikkan delapan kali lipat semula (akibat kompetisi keras pada tahun 2003—2004) sedangkan kecepatan unggah hanya dinaikkan dua kali lipat. Jika memang koneksi di tempat Enda stabil pada kecepatan tersebut, menarik juga dipasangi server Web pribadi berskala kecil.

Pernyataan Ketua Partai Demokrat*

| 16 Comments | 1 TrackBack

Entah ingin bervariasi atau nafsu memberondongkan mitraliur lewat aneka jalur, Roy Suryo, Ketua Kominfo Partai Demokrat, memuntahkan pernyataannya dalam rentang waktu pendek yang isinya berlainan satu dengan yang lain,

Dari SMS yang dipublikasikan Eko Juniarto,

Kalau boleh menyarankan, selain si Herman yg sudah jadi tsk, sebenarnya si PRIYADI (www.priyadi.net) ini yg lebih berbahaya.Dia “menjaring kekuatan” di blog-nya, bahkan menunjukkan alamat2 blog teman2 lain & menyebarluaskan foto2 Rekayasa Presiden tsb.Berbeda dgn Herman, kalau si Priyadi ini di Jakarta.

Catatan: Kutipan di atas disalin apa adanya dari SMS, jadi mohon dimaklumi jika ejaan yang digunakan berantakan.

Tag: Yahoo! Membeli del.icio.us

| 2 Comments | No TrackBacks

Hanya beberapa jam setelah saya (masih juga) membandingkan sindikasi RSS yang baru dipasang di Gmail dan tampilan “lebih layak pakai” di My Yahoo!, sebuah email di Teknologia yang ditulis oleh Pakcik menyebut del.icio.us bergabung ke keluarga Yahoo!. Kabar di akhir pekan yang membuat kami — saya dan teman-teman yang sedang berkutat di kantor yang sedang libur — tergelak-gelak. Inikah Web 2.0: duel gajah antara Google dan Yahoo!? Dua gajah bertarung, pelanduk di sekitarnya diborong habis!

Menurut Pakcik, kuncinya tag. Coba amati layanan Web yang sudah berkibar-kibar dan membuat banyak orang terpincut: Flickr berbasis tag (sampai-sampai cara menampilkan tag pun inovatif dengan bermain-main ukuran fonta), del.icio.us juga meracik tag, dan kelompok “43” (43people, 43things, dan sejenisnya) pun bersimbah tag, tidak ketinggalan, si Technorati yang sudah menjadi mesin pencari untuk blog salah satunya menyediakan orientasi tag. Sepertinya pemakai Web sedang keranjingan ingin melabeli apapun di dunia ini dengan sepotong kata kunci berdasarkan persepsinya. Penghuni hutan maya ingin melarikan diri dari kerangkeng hirarkis atau kategorisasi.

Penampil Sindikasi di Gmail

| 1 Comment | No TrackBacks

Tidak berhenti berinovasi dan berkompetisi. Kelihatannya seperti itulah kedua alumni Stanford — Yahoo! dan Google — terus-menerus menambahi kelengkapan atau fasilitas baru pada produk mereka. Jika Yahoo! Mail ditunggu-tunggu pada perbaikan fundamental di antarmuka Web mereka — saat ini masih diuji coba, Google terus-menerus menambahi Webmail mereka dengan fasilitas baru.

Kemarin malam sudah saya jumpai dukungan untuk RSS di Gmail. Bagian penanda fasilitas baru di atas berwarna merah sebagai keterangan ada yang perlu dibaca di What’s new on Gmail, di atas senarai pesan email terdapat satu baris tambahan Web Clips yang berisi potongan entri RSS yang dikumpulkan. Di akun saya, disediakan 22 daftar sindikasi oleh Gmail, merentang dari referensi seperti Word of the Day hingga berita terakhir dari CNN.

Tentu perlu dicoba menambahkan sendiri entri RSS baru dan berikut pengalaman saya. Dari halaman setting Web Clips saya ketikkan langsung “Planet Terasi” ke kotak masukan untuk pencarian. Muncullah satu halaman entri hasil pencarian, masing-masing dilengkapi dengan tombol “Add” untuk menyertakan entri yang diinginkan. Saya cari Planet Terasi dengan URL mereka http://planet.terasi.net dan klik “Add”. Ekstensi Web Developer yang saya pasang di Firefox mengisyaratkan ada persoalan dengan JavaScript dan harapan saya bahwa tidak perlu memasukkan URL utuh dari RSS Planet Terasi seperti halnya di Bloglines, tidak berkesampaian.

Kamera Digital, Gadget, dan Layanan Album Foto

| 6 Comments | 1 TrackBack

Setelah mendapat hadiah kamera digital bekas pakai Olympus Camedia C-150, saya lebih menikmati lagi urusan fotografi amatir. Kendati modal dan kemampuan “pas-pasan”, motivasi yang saya gunakan adalah “rajin mengumpulkan” dan menjadi dokumentasi tempat-tempat yang pernah saya kunjungi. Termasuk rencana saya lebih melengkapi beberapa tulisan blog dengan foto atau “balas dendam” kesulitan yang saya temui pada saat menulis Wiki tentang kota Groningen: saya ingin berbagi foto-foto tentang kota Bandung misalnya. Seringkali foto-foto yang “biasa” namun diperlukan untuk ilustrasi dokumen belum tersedia dengan lisensi mudah digunakan untuk publik, contohnya: Lapangan Gasibu, halte di Bandung, atau situasi Pasar Simpang.

Jika sebelumnya saya sangat jarang menengok informasi tentang gadget, karena perlu melengkapi kamera digital tersebut (flash disk yang sudah rusak perlu diganti), akhirnya saya tergerak juga untuk melongok ke dunia gadget. Saya baru memerlukan informasi tentang baterai yang dapat diisi ulang dan pengisinya. Di Bandung Electronic Center (BEC) — pusat perbelanjaan untuk telepon genggam dan komputer — asesoris untuk telepon genggam menempati ruangan dua kali lebih banyak dibanding komputer. Sedang untuk situs Web, meniru kebiasaan beberapa teman dekat, saya jenguk EK Gadgets untuk informasi produk, terutama harga.

www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from ikhlasulamal. Make your own badge here.

Seperti halnya lebih sering saya jumpai laki-laki yang sibuk dengan pernak-pernik barang elektroniknya dan menguasai hampir semua kemampuan teknisnya, segmen pembaca inilah yang dibidik majalah-majalah gadget. Foto yang menyajikan model perempuan membawa PDA terbaru atau di lehernya berjuntai kabel adalah pemandangan lazim di sampul dan halaman majalah gadget. Sebagian malah kelewatan karena faktor keseksian model yang ditonjolkan, sehingga jangan heran apabila majalah gadget dapat sulit dibedakan dengan majalah semi-porno.

About this Archive

This page is an archive of entries from December 2005 listed from newest to oldest.

November 2005 is the previous archive.

January 2006 is the next archive.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261