Sebenarnya siapa yang benar-benar memerlukan perangkat lunak populer dengan bahasa pengantar selain Bahasa Inggris? Pertanyaan ini ditujukan kepada para pemakai Microsoft Windows yang memiliki audiens luas dan sekarang Program Antarmuka Bahasa (LIP) sedang dikerjakan oleh Tim Strategic Partnership Microsoft di ITB SmartCampus. Sedangkan di lingkungan Linux, terutama perangkat lunak desktop, pekerjaan penyusunan bahasa pengantar perangkat lunak berbahasa Indonesia dikerjakan sebagai kerja sama BPPT, Teknik Elektro UGM, dan Komunitas Open Source dengan bendera Software RI - WinBi.
Frans Thamura melemparkan pertanyaan di atas lewat mailing-list Genetika dengan alasan penting: negara kita menggunakan abjad Latin (dengan ASCII yang “dipaksakan” oleh Amerika pun, cukup kan?) dan seharusnya tidak susah memahami “hanya beberapa” menu perangkat lunak dalam Bahasa Inggris. Coba pilih mana yang lebih mudah difahami secara umum: File - Save atau Berkas - Simpan? Tidak dapat dipungkiri bahwa Bahasa Inggris, lebih sempit lagi yang digunakan di Amerika Serikat, telah menjadi lingua franca dunia komputer dan Internet.
Saya sendiri sampai hari ini belum bisa cocok dengan hasil pekerjaan penerjemahan bahasa pengantar perangkat lunak ke dalam Bahasa Indonesia. Paket i18n yang disertakan, misalnya yang pernah saya coba di Mutt, belum memuaskan dengan dua alasan: penyusunan pesan seringkali mengabaikan aturan penggunaan tanda baca, misalnya Mau dihapus???; kenapa harus menggunakan sampai tiga buah tanda tanya? Hal ini secara tidak langsung merusak faktor estetis perangkat lunak.
Alasan yang kedua, cara menyusun pesan seringkali tidak mengikuti kaidah yang benar, misalnya Tidak bisa disave. Mengapa disave, bukan saved yang jelas menggunakan Bahasa Inggris, atau di-save yang sekalipun masih jelek, tapi masih lebih baik karena dipisahkan antara kedua bahasa, dan, apa susahnya dengan diterjemahkan saja: disimpan?
Sepanjang pengalaman saya membantu orang lain menggunakan perangkat lunak, terjemahan yang sebenarnya ditunggu pengguna akhir adalah dokumen bantuan (help document) baik versi cetak yang disertakan sebagai panduan pengguna atau versi digital yang ditampilkan oleh sistem bantuan, misalnya pada saat pemakai menekan kunci F1. Dokumen ini cukup panjang dan penjelasan dalam Bahasa Indonesia akan lebih dimengerti oleh pengguna akhir. Tentu saja terhadap pengertian menyesuaikan sebuah sistem perangkat lunak terhadap kondisi lokal secara keseluruhan tidak lepas dari ungkapan yang dipasang di menu. Resikonya sudah jelas: tidak disukai oleh pemakai yang sudah terbiasa menggunakan versi Bahasa Inggris.
Berkaitan dengan rencana Microsoft mengeluarkan Windows berbahasa Indonesia, seperti terlihat dari kerja sama dengan Smartcampus ITB, bagaimana dengan dampak penetrasi di pasar nanti? Sebagai contoh, di Belanda, pada awal diluncurkan Microsoft Windows XP, harga edisi Bahasa Belanda (NL) lebih murah dibanding edisi Bahasa Inggris (UK). Sekarang, di beberapa toko harga tersebut sudah sama: seperti terdapat rencana untuk “menjual sebanyak mungkin edisi NL” terlebih dulu. Namun untuk versi bundel dengan penjualan perangkat keras (OEM), pilihan yang diperoleh pemakai menjadi lebih terbatas: karena beberapa merk sengaja hanya menyediakan versi Bahasa Belanda. Apakah Microsoft Indonesia akan menggunakan kebijakan seperti itu juga? Saya pernah mengusulkan harga perangkat lunak “versi Indonesia” dengan pengertian penting terhadap harga. Dikaitkan terhadap isu ini tentu tidak sepatutnya menjadikan pemakai dibatasi dengan bahasa pengantar tertentu.
Persoalan lain yang perlu diperjelas: seandainya karena satu dan lain hal pengguna ingin mengganti perangkat lunak menjadi berbahasa pengantar lain, apakah hal tersebut tidak melanggar perjanjian garansi perangkat keras? Bagaimana apabila vendor perangkat keras menolak memberikan garansi dengan alasan sistem operasi OEM mereka sudah diganti?
Salah seorang teman yang membeli IBM Thinkpad di Belanda akhirnya menelepon layanan konsumen IBM untuk memastikan bahwa garansi notebook tersebut masih berlaku seandainya sistem operasi diubah menjadi berbahasa pengantar Bahasa Inggris. Kebetulan IBM Belanda tidak mempermasalahkan hal itu, namun persoalan bahasa tersebut sempat dibicarakan oleh beberapa kolega dia di kantin dan kesimpulan unik yang diperoleh: hampir semua staf di universitas tempat dia kuliah lebih memilih Windows XP edisi Bahasa Inggris dibanding Bahasa Belanda!
Saya sependapat! Sebenarnya masih untung lho proses penerjemahan tidak sampai pada nama parameter konfigurasi klo tidak salah . Bayangkan saja nama-nama aneh seperti : - AkarDokumen ( DocumentRoot ), - InangMaya ( VirtualHost ), atau - Pelanjut ( Forwarder ) Semoga hal semacam ini tidak terjadi di negara kita yang damai. :p