Hari ini, bertepatan dengan sebutan April Mop, berita bahwa Google mengeluarkan layanan email 1 GB dilansir di banyak tempat. Sebagian pihak masih lihat dan tunggu, karena ada kebiasaan mengejutkan yang dilakukan oleh situs Web serius pun untuk bermain-main dengan April Mop. Informasi resmi dari Google berisi penjelasan Gmail — demikian layanan baru tersebut dinamai — sudah cukup lengkap dan disebutkan bahwa saat ini masih pada tahap uji coba, sehingga registrasi belum dapat dilakukan.
Tempat penyimpanan yang ditawarkan Gmail memang luar biasa dibanding kompetitor layanan Webmail lain, yang masih berkisar pada angka kurang dari 10 MB (1 GB = 1000 atau 1024 MB*). Pertimbangan yang disebutkan Google: dengan kapasitas yang sangat besar tersebut pemakai tidak perlu ganti-ganti alamat email hanya karena tempat yang digunakan cepat penuh, apalagi karena dihajar spam.
Yang perlu diperhatikan adalah: bagaimanapun, Gmail tetap Webmail, yakni perangkat lunak pengolah email dengan antarmuka Web. Atau dengan bahasa lain, antarmuka yang digunakan untuk melayani pemakainya adalah fasilitas yang disediakan HTML dan kemungkinan kecil, tambahan plug-in yang disediakan oleh perambah. Karena berbasis Web, kemudahan yang dinikmati oleh pemakai adalah faktor ketersediaannya. Selama tersedia akses ke layanan Web, pemakai tinggal mengaktifkan perambah dan pesan yang disimpan di server Web dapat diurus dari manapun. Bagi pemakai yang sering bekerja di beberapa lokasi atau menggunakan komputer publik, kepraktisan ini terasa sekali.
Sebaliknya, kendala yang dijumpai dalam penggunaan Webmail umumnya terletak pada keterbatasan antarmuka Web itu sendiri, dan dibanding konfigurasi yang disediakan oleh klien email (atau istilah resminya, MUA), seperti Outlook Express atau Eudora Mail, Webmail “lebih miskin” fasilitas.
Saya sendiri dari awal menggunakan layanan email di sekitar tahun 1995, hanya menggunakan Webmail apabila sedang bekerja di luar kota dalam waktu singkat. Apabila di tempat kerja tersebut tersedia terminal Linux atau dipasangkan subnetwork tersendiri, saya tetap berusaha login ke server email di Bandung atau saya akali agar email yang datang di server email dapat diteruskan (forwarded) ke tempat saya bekerja tersebut.
Persoalan yang saya anggap tidak nyaman dengan Webmail adalah,
- Editor yang sangat payah
Menggunakan boks yang ditampilkan oleh perambah Web untuk menyunting pesan sangat tidak nyaman. Mulai dari persoalan penggulungan kata (word wrap), identasi, sampai dengan urusan salin-tempel, fasilitas yang disediakan boks hasil HTML memang tidak bisa diharapkan banyak. Saya sendiri menggunakan email mode teks polos (tidak ada format efek visual), namun dipakai untuk itu pun editor Webmail masih repot. Belum lagi simpanan sekian banyak makro yang saya siapkan di editor Vim (editor favorit saya), tentu tidak bisa dicarikan penggantinya di editor Webmail.
Kesimpulan saya sederhana: boks di HTML memang dibuat dengan maksud untuk menuliskan pesan yang lebih panjang dari kotak edit, namun ia tetap bukan editor. - Sulit dilakukan pengarsipan
Saya pernah bekerja di komputer publik selama beberapa bulan dan setelah tiba saatnya mendapatkan koneksi Internet untuk komputer pribadi, pekerjaan pertama yang cukup repot adalah memindahkan ratusan email dari Webmail ke komputer pribadi. Hendak disimpan atau dikirim menggunakan forward, tetap saja harus dilakukan satu per satu. Seharusnya tersedia sebuah mekanisme yang memungkinkan sekumpulan email tersebut dapat dijadikan sebuah arsip dan arsip tersebut dapat diambil atau dikirim ke alamat email lain, sehingga proses mengumpulkannya dilakukan di server email, bukan diambil sebagai potongan satu per satu. Dengan ukuran 1GB seperti yang disediakan Google, bagaimana cara mengambil misalnya sampai ribuan email di sana? Sekalipun konsep yang disodorkan Google adalah “akses dari manapun”, tetap saja saya merasa perlu mengelola email dengan modus offline, tanpa koneksi ke Internet. Apalagi di lingkungan dengan harga koneksi Internet masih mahal seperti di Indonesia. - Antarmuka yang masih perlu diperbaiki
Kendati klien email yang saya gunakan hanya bermodalkan modus teks, yakni Mutt, namun sudah dilengkapi tampilan tilik ulir diskusi (thread view), sehingga saya dapat melihat sekumpulan pesan yang masih berkaitan. Termasuk tersedia pengurutan berdasar kriteria tertentu dan pemakaian penanda (flag) terhadap sebuah pesan. Klien email yang menggunakan GUI tentu memperoleh antarmuka lebih baik dari yang saya gunakan. Sedangkan di Webmail, sejauh ini yang saya lihat baru daftar email ditumpuk begitu saja dan kita harus menyusun sendiri kaitan logis daftar pesan yang masuk tersebut.
Dengan demikian, apakah tawaran Google Mail masih menarik? Dari sisi
reputasi layanan mereka lainnya, saya pribadi masih melihat sisi
positifnya. Salah satu opini
di Slashdot tentang isu GMail ini
menyebut bahwa hal yang menarik dari Google adalah, Mereka
berpikir besar dan untuk jangka waktu panjang.
Setidaknya
apabila saya mulai sering bepergian lagi, tawaran yang disodorkan
Gmail perlu dipikirkan.
[15:46] Menurut ComputerWeekly, Gmail akan menyediakan tampilan modus “conversations” yang menyertakan email balasan, seperti halnya gaya newsgroup. Bahkan Times Online menuliskan pertanyaan retorik: Is Gmail the future of e-mail?