Perpustakaan Digital

| No TrackBacks

Hari Minggu, 22 Februari, lalu saya berkesempatan mengobrol dengan Ismail Fahmi, salah seorang pengembang perangkat lunak Perpustakaan Digital di ITB. Saya pribadi selama ini termasuk salah seorang yang beranggapan bahwa projek Perpustakaan Digital tersebut hendak dioperasikan hanya di lingkungan perpustakaan universitas dan lembaga penelitian. Namun dari hasil pembicaraan dengan Ismail ini persepsi saya tersebut kurang tepat.

Memang jaringan simpul yang telah dibangun dengan Perpustakaan Digital selama ini berkisar di lingkungan perguruan tinggi dan organisasi. Dengan pemekaran jaringan simpul tidak hanya di ITB, secara psikologis organisasi lain yang hendak berkontribusi dapat lebih merasa terwakili identitasnya. Perguruan tinggi tersebut dapat menyusun simpul perpustakaan sendiri, mengelola sumber daya yang dimiliki, dan tetap sinkron dengan simpul pusat di IndonesiaDLN Central Hub. Menurut Ismail sendiri, yang telah memasang di beberapa kota besar di Indonesia, dengan model terdistribusi, institusi yang ikut berbagi materi tidak merasa “kehilangan” atau terambil sumber daya mereka oleh pihak lain.

Bahkan untuk antisipasi agar projek ini lebih “netral”, URI yang sebelumnya menggunakan itb.ac.id (nama domain ITB) dibuatkan aliasnya menjadi indonesiadln.org.

Oke, Ganesha Digital Library — nama projek perpustakaan digital tersebut — sudah menghubungkan banyak instansi dan saling sinkronisasi informasi. Bagaimana halnya dengan perorangan yang ingin berkontribusi dan tidak ingin (atau memang tidak memiliki) kaitan dengan institusi tertentu? Karena dalam pandangan Ismail sendiri, versi yang lebih luas dari perpustakaan digital ini juga mencakup koleksi tulisan pribadi atau bahkan dokumentasi anak-anak yang baru berkenalan dengan media tulis — sekalipun baru berupa koleksi gambar atau coretan.

Dengan sudut pandang lain, koleksi material ini dapat diibaratkan seperti Weblog, karena untuk sebuah koleksi personal, kerangka waktu (timeframe) materi yang dipasang menjadi penting. Dalam pandangan saya, seandainya terdapat investor yang berminat mengembangkan konsep perpustakaan digital untuk akoun personal, terobosan tersebut akan menarik, baik dari sisi kemanfaatan atau digandengkan dengan peluang bisnis. Yang disediakan adalah ruang untuk bergabung dan tentunya pemeliharaan pemakaian perangkat lunak itu sendiri. Praktisnya seperti Blogger atau Live Journal yang menyediakan alat dan ruang penyimpanan.

Sekalipun situs perpustakaan digital seperti halnya di ITB menerima registrasi untuk publik, tampaknya bagi audiens umum masih terkesan hanya mengakomodasi tulisan serius semacam publikasi hasil riset. Apabila kita lihat fenomena situs Web Ilmu Komputer, perlu sentuhan yang lebih “membuka diri” untuk mengakomodasi publik. Hal inilah yang dapat dilakukan oleh investor dengan sumber daya yang mereka miliki.

Atau ada pekerja relawan yang mau memulai?

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/111

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on March 2, 2004 3:37 PM.

Harga Produk Microsoft untuk Warnet? was the previous entry in this blog.

Resiko Mengekspos Kode Sumber Windows is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261