Boleh jadi pengertian “rival” yang selama ini sering digunakan dalam kompetisi perlu diberi makna yang lebih sesuai di lingkungan Open Source: setidaknya demikian yang terpikir setelah membaca sentilan ilustrasi untung dan rugi Open Source di antara dua penjual distribusi Linux berkaitan dengan perbaikan layanan email. Red Hat, salah satu pemain utama yang menghadirkan Linux di lingkungan korporasi, disebut telah mengadopsi kode perbaikan layanan email yang dilepas oleh Novell menjadi berlisensi Open Source.
Bermula pada bulan Mei lalu dengan diluncurkan Exchange Connector, sebuah program yang menghubungkan perangkat lunak email Linux dengan server Microsoft Exchange, menjadi Open Source. Hari rabu pekan lalu, Red Hat menyebutkan bahwa mereka akan menyertakan aplikasi tersebut pada versi tes pemutakhiran ketiga Red Hat Enterprise Linux. Stephen Shankland dari CNet menyebut gambaran ini sebagai keuntungan dan kerugian perangkat lunak Open Source di lingkungan nyata bisnis. Di satu sisi keterbukaan Open Source memungkinkan perusahaan untuk berkooperasi dan menghadapi musuh bersama semacam Microsoft, namun di sisi lain di antara vendor Open Source sendiri sulit untuk membangun keuntungan kompetitif satu terhadap yang lain.
Apakah memang masih perlu waktu untuk menindaklanjuti cara berbisnis baru dengan produk Open Source atau pemaparan Shankland “sekadar salah satu sisi praktis tidak penting” lainnya? Karena artikel tersebut tujuan utamanya menjelaskan rencana Red Hat dan masuk kategori kolom TI. Dengan kata lain, pembahasan dari sisi kelangsungan usaha terkait dengan kompetisi produk tentu lebih komprehensif dilakukan dengan meninjau banyak kasus dan dicarikan solusi pada sisi manajemen dan aspek legal. Karena saya amati dari pertumbuhan produk Open Source yang mulai membesar dan masuk ke lingkungan perusahaan, para pemainnya tidak lagi melihat sebuah produk sebagai sebuah komponen terpisah dari keseluruhan solusi yang diberikan. Sebagai contoh, optimisme MySQL di lingkungan RDBMS komersial menyertakan dukungan layanan teknis dan secara menyeluruh dianggap lebih murah bagi konsumen yang menggunakan.
Exchange Connector tersebut tetap tercatat sebagai produk yang dihasilkan oleh Novell kendati kodenya tersedia untuk publik. Jika Novell serius menggeluti solusi koneksi ke Microsoft Exchange, menurut hemat saya mereka tetap dapat membundelnya dalam sebuah solusi menyeluruh. Secara sekilas seperti mengeliminasi salah satu bagian kompetisi antarperusahaan, namun bukankah keterbukaan antarperusahaan untuk menggunakan produk yang mengikuti bakuan harganya “lebih mahal” dan manfaatnya lebih banyak bagi khalayak luas?
Kecuali model bisnis yang kita bangun masih mengandalkan gaya tukang sulap: penonton membayar karcis untuk memperoleh hiburan karena ketidaktahuan mereka terhadap trik yang digunakan pemain di atas panggung.