Berdasarkan berita yang dilansir Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, jumlah pemakai Internet di Indonesia sekarang ini mencapai 10 juta orang. Perkiraan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal APJII, Heru Nugroho, dan meliputi pemakai yang terhubung lewat akses perumahan, perkantoran, sekolah, hingga layanan publik seperti Warnet. Data ini terkumpul sampai dengan semester I tahun 2004 dan diduga pada akhir tahun 2004 dapat mencapai 12 juta orang.
Angka lain yang menarik: 90% pemakai Internet di Indonesia terhubung lewat koneksi dial-up, atau berarti jumlahnya 9 juta orang. Artinya sejumlah itu pula pemakai Internet di Indonesia menikmati layanan berharga mahal, kendati dari jumlah uang yang mereka keluarkan untuk membayar pulsa telepon terlihat lebih murah jika dibandingkan paket penuh koneksi kontinu berkualitas broadband misalnya.
Persoalan koneksi Internet ini mengulang kritik yang pernah dikemukakan oleh Jan Pronk, Ketua IGGI, pada zaman Orde Baru, tentang layanan air bersih di kota-kota besar. Menurutnya infrastruktur air ledeng yang bagus tersedia lebih dulu di kompleks perumahan menengah ke atas, sedangkan di perkampungan kumuh, karena ketidaktersediaan infrastruktur yang bagus, rakyat terpaksa membeli air dari pedagang secara eceran. Selain kualitas air eceran ini kalah dibanding yang dialirkan lewat pipa ke rumah-rumah, harga per satuan volume pun menjadi lebih mahal.
Jika sekarang akses Internet kontinu menumpang di atas infrastruktur televisi kabel, berarti yang lebih pertama menikmati adalah tempat-tempat yang pada kritik Pronk di atas juga sudah memiliki infrastruktur bagus lainnya. Ongkos yang dikeluarkan untuk koneksi berkualitas lebih baik tersebut juga lebih murah per satuan volume data.
Namun jenis koneksi seperti apa yang sebenarnya diperlukan masyarakat kita? Soalnya, seperti halnya PDAM yang memasang target menyediakan air siap-minum, menurut saya yang lebih realistis dan diperlukan konsumennya: menjamin air mengucur terus dan dijual dengan harga sesuai daya beli konsumen.
Betul sekali, saya ‘apply’ berlangganan koneksi broadband (JogjaMediaNet)… hampir 2 tahun-> sampai sekarang blum ada tanggapan. Jaringan kabelnya belum sampai kata mereka, padahal jalan kaki kurang dari 10 menit sudah ada kabelnya di seberang jalan….
hwahahaha soalnya nambah satu node di tempat mu belom jaminan mereka dapet revenue mas :)) kecuali tetangga samping mu 10 orang langganan kabeh… =))