Setelah email perkenalan dari Thomas A. Setiawan di mailing list Teknologia dan usulan dia tentang blog bersama, Ronny Haryanto segera mewujudkannya di Planet Terasi. Ronny sendiri sejauh ini tidak memberi batasan apapun tentang materi yang ditampilkan di sana.
Jika sekadar mengumpulkan materi lewat pembaca sindikasi seperti RSS dan Atom, alat bantu Planet yang digunakan Ronny dan disusul oleh Thomas, sudah terlihat memadai. Templat yang disediakan pun memungkinkan tampilan all out seperti di Planet Terasi atau cukup senarai judul di Planet Rujak. Dilihat dari banyak situs yang menggunakan alat bantu Planet, umumnya merupakan koleksi para pengembang (atau lebih luas lagi, komunitas) sebuah topik — apapun yang mereka tuliskan di blog. Alhasil di Planet GNOME misalnya, dimuat entri dari Jamin Philip Gray tentang grup musik saudara perempuannya, Lauren’s Five-Piece Bucket.
Hal ini mengingatkan saya pada usulan Mohammad DAMT agar entri yang dimuat lewat blog bersama sebaiknya dibuatkan kategori sendiri, jadi tidak semua disedot begitu saja. Saya rasa dengan pendekatan pembacaan sindikasi, baik RSS atau Atom, yang digunakan Planet, jika ingin lebih spesifik, perlu dibuatkan sindikasi tersendiri yang siap diambil. Hal ini disebabkan mayoritas penulis blog saat ini menggunakan media tersebut untuk semua keperluan yang dianggapnya urusan pribadi. Alhasil semua cita rasa yang dialami sehari-hari ditulis di sana. Di sisi lain, daftar blog berbahasa Indonesia yang berdasarkan topik yang dikumpulkan Enda Nasution pun hanya berisi tiga buah.
Persoalan kedua: format sindikasi itu sendiri. Andika Triwidada menanyakan perihal sindikasi Atom yang disediakan Blogger hanya ditampilkan judulnya. Budi Rahardjo yang masih menggunakan Blogger juga terkena getah tersebut di Planet Terasi. Padahal Blogger termasuk salah satu pendukung standar Atom.
Sindikasi yang bermasalah juga ditemui di lingkungan
WordPress.
Plugin Markdown tidak otomatis menerjemahkan untuk sindikasi RSS mereka, sehingga
Priyadi Iman Nugroho Nurcahyo yang memilih menggunakan sintaks
Markdown, tulisannya menjadi tidak nyaman dibaca di Planet Terasi,
misalnya
This is probably too late because of my *mudik* activities, but [Firefox 1.0](http://www.mozilla.org/products/firefox/) has been officially announced.
Persoalan ini dapat diatasi dengan meminta Markdown menerjemahkan
untuk sindikasi, namun justru menimbulkan masalah lain: hasil
terjemahan RSS tidak
valid. Tampaknya plugin semacam
StripTags yang melucuti
semua tag HTML belum
tersedia di WordPress. Padahal fungsi tersebut diperlukan misalnya
penulis entri ingin mengetikkan semua tag HTML yang diperlukan (termasuk <p>
) dan perlu
membuangnya karena tidak sesuai standar RSS.
Lepas dari itu semua, secara pribadi saya juga lebih setuju adanya blog kolektif yang berdasarkan topik, bukan an sich penulis. Walaupun, tentu, menyusun sebuah koleksi dengan kriteria ketat juga sulit, karena pengelola Planet tidak memiliki tim redaksi. Atau, benar-benar “santai” seperti penjelasan yang disebut Thomas: lumayan untuk dipakai sebagai koleksi pribadi. Iya kan, seperti miniatur Bloglines?
Bagaimana untuk lingkungan yang juga terbatas: intranet?
pas pertama kali liat “planet” yg kebayang langsung orang2x bikin website boongan dan nyuri content dari sindikasi orang lain sekedar untuk banyak2xin jumlah halaman situs mereka demi mendongkrak posisi di search engine.
tapi skrg kayaknya metoda itu belum ketauan, belum ada yg bahas.
Sebetulnya di planet terasi sudah saya tulis batasannya, yaitu “Planet Terasi is an aggregate blog for Indonesian bloggers who share common interests in blogging and technology in general.” Blog untuk resep masak dari Korea (misalnya) tidak akan saya tambahkan di sana :D
Soal blogger.com rasanya itu glitch dr program planetnya sendiri, sepertinya bukan kesalahan atomnya blogger.com. Tapi saya belum sempet ngoprekin lagi, dan disearch waktu itu hasilnya nil.
Mengenai pemfokusan topik technically speaking bisa, punya Harry Sufehmi hanya saya munculkan yg kategori “teknoblogia” atas request beliau. Yang menjadi kendala potentially adalah kalo kategorinya lebih dari satu per orang. Dan kalo jumlah orgnya sudah banyak jadi agak repot maintainnya, belum lagi kalo orgnya ganti2 nama kategori dan pas dia lupa kalo diaggregate di planet.
Terima kasih Ronny atas “penegasannya” — saya tidak menyangka hal itu sekaligus menjadi batasan Planet Terasi. ;-)
Demikian pula Harry Sufehmi telah memberi contoh menyediakan sindikasi tambahan untuk kategori yang ingin dipasang, yakni Teknoblogia. Itu yang saya maksud “sindikasi tersendiri” untuk sebuah planet.
Menurut saya, lebih baik untuk satu planet disediakan satu kategori, sehingga menjadi tanggung jawab penulis blog untuk menyediakan beberapa sindikasi apabila ingin ikut beberapa planet.
s/Nugroho/Nurcahyo/ :)
soal markdown, memang sudah masuk todo untuk dioprek :) mungkin ngoprek 1.2 atau sekalian upgrade ke 1.3
Well, soal category supaya topik bahasan (jika menggunakan Planet), menurut saya bagus juga kali yah… biar lebih “fokus”. tapi mungkin hal ini jadi tidak berlaku ketika yang di ‘sedot’ RSS nya tidak menyediakan RSS untuk category tertentu. Tapi hal itu kayaknya juga tidak masalah jika memang yang dituliskan (walaupun tanpa kategori) memang sudah memiliki sebuah topik bahasan yang spesifik. Gitu ya?
Mengenai Rujak saya, terus terang jelas itu terinspirasi dari Planet Terasi, dan untuk personal use, sepertinya cocok-cocok saja…
Atau, buat yang jago, bikin itu semacam weblogs.com saja kali ya? Tapi saya ndak bisa… huhuhuh… Ah, tapi bisa-bisa malah jadi ribet kali ya? :D
Priyadi, terima kasih atas koreksi tentang nama lengkap anda. Sudah saya koreksi dan sekaligus saya minta maaf atas keteledoran tsb. Saya jadi ingat bahwa pada saat menulis artikel di atas berdekatan dengan waktu membaca email dari teman yang namanya berakhiran dengan Nugraha. (Kok jadi Nugroho ya? Ah, sedang konslet!)
Tentang memilih menggunakan kategori atau sebuah blog khusus, saya rasa bisa diatur, Thomas. Alat bantu blog semakin bagus mendukung RSS dan bisa diatur seperti milih Harry Sufehmi. Yang penting konsisten, supaya redaksi Planet seperti Ronny tidak kerepotan mengubah-ubah konfigurasi. Kecuali disediakan antarmuka berbasis Web untuk menyusun konfigurasi sendiri. Jadi tambah pekerjaan ya?