Penulis media online Indonesia, ayo lebih banyak lagi menulis!
Saya ingat sekitar empat tahun lalu di Bandung, beberapa kali saya didatangi siswa setelah pertemuan di kelas, dan mereka menanyakan cara praktis menyusun situs Web informatif dengan ongkos yang terjangkau. Atau jika lebih mungkin: gratis. Saya sendiri belum menekuni dunia penulisan di Web saat itu, masih lebih sibuk dengan urusan mengajarkan pembuatan halaman Web, sehingga saya jelaskan yang saya tahu bahwa yang lebih penting adalah motivasi untuk menyajikan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Akan halnya fasilitas, besar kemungkinan dapat dicarikan jalannya.
Apalagi sekarang ini: beragam alat bantu yang memungkinkan lebih banyak orang untuk bergabung sudah tersedia. “Kekhawatiran” bahwa penulis media online harus memahami HTML semakin berkurang. Alat bantu blog sudah dilengkapi templat, mesin Wiki sudah datang dengan otomasi penyusunan halaman baru, papan buletin memiliki format penulisan sendiri yang lebih mudah, dan masih banyak lagi alat bantu berbagi pengetahuan (knowledge share) yang memudahkan penulis lebih konsentrasi pada materi.
Persoalan ongkos pun bertambah terjangkau. Tempat-tempat gratis dengan berbagai layanan tersedia dengan kualitas baik. Malah untuk pekerjaan berbasis komunitas, lowongan menjadi kontributor terbuka di mana-mana: IGOS perlu penulis blog Open Source, Linux Indonesia perlu penulis untuk situs utama dan Wiki mereka, Wikipedia, baik edisi Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, juga masih minim kontributor dari Indonesia atau untuk topik tentang Indonesia. Belum lagi puluhan buletin online, wiki, sampai dengan blog komunitas.
Semua perlu lebih banyak lagi penulis baru atau lebih banyak lagi materi dari penulis yang sudah aktif.
Memang ini kerja besar dan dalam banyak hal merogoh ongkos dari kantong pribadi. Karena selain menulis untuk komunitas tersebut tidak ada honornya, penulisnya malah mengeluarkan duit pribadi untuk bayar ongkos koneksi.
Kepada para penulis relawan ini bolehlah saya ajak: bagaimana jika kita yakinkan bahwa semua modal perjuangan ini membuahkan hasil yang manfaatnya lebih luas dan kemungkinan besar menjadi warisan teladan bagi generasi mendatang? Ini tidak berlebihan, Internet yang kita gunakan dengan nyaman sekarang ini disertai sikap komunitas global untuk berbagi pengetahuan, juga merupakan perpanjangan sebuah tradisi yang lama. Sudah ada yang memulai di tempat asalnya; dan sekarang masa untuk kita melanjutkan di negeri ini.
Dalam kaitan ongkos dan jangkauan audiens, teknik yang digunakan Ilmu Komputer menyediakan materi offline bisa dipertimbangkan. Penghematan memang baru dapat dilakukan untuk pembaca: bagaimana seandainya situs-situs Web yang menyediakan informasi untuk komunitas, atau atas permintaan audiensnya, menyediakan juga versi offline dan dikemas dengan media yang relatif murah, CD misalnya?
Pendekatan yang disodorkan: dapat berupa salinan basisdata terakhir yang dibuat secara periodik, atau cara kedua berupa hasil grab satu situs secara keseluruhan dan disimpan menjadi koleksi dokumen Web statik.
Cara pertama sudah dilakukan oleh Wikipedia: setiap orang dapat menyusun instalasi ensiklopedia tersebut di lingkungan yang lebih terbatas, di komputer pribadi atau intranet misalnya. Dengan mengumpulkan dalam bentuk satu paket instalasi, yakni perangkat lunak yang menjadi alat bantu dan salinan isi basisdata yang digunakan, dan dikemas di CD, organisasi-organisasi yang kesulitan memperoleh akses Internet tetap dapat menikmati materi pengetahuan tersebut secara offline. Bagaimana jika materi Wiki Linux Indonesia menjadi kado rutin di setiap pertemuan tentang Linux di Indonesia?
Alternatif lain bagi pemilik situs adalah lewat pendekatan kedua: secara berkala situs miliknya dibuatkan salinan dalam modus offline. Utilitas seperti wget
dari GNU dapat digunakan untuk menyalin persis sebuah situs dan menerjemahkan taut antarhalaman menjadi lokal. Hasilnya struktur direktori dan isi materi di dalamnya, kemudian dikumpulkan dan dikompres agar berukuran total lebih kecil. Pembaca yang ingin menikmati salinan tersebut tinggal membongkarnya di mesin lokal dan siap dinikmati secara offline.
Apakah hal ini hanya menguntungkan pembaca? Bagaimana dengan urusan memacu minat menjadi kontributor? Saya masih punya prasangka baik bahwa mereka yang menikmati hasil, sedikit atau pelan-pelan pun, akan tergerak untuk ikut gerakan berbagi ini. Tentu saja dengan cara masing-masing: entah menjadi penulis online selanjutnya, entah menjadi distributor CD gratisan tersebut ke pembaca berikutnya.
Siapa yang benar-benar menghargai usaha banting tulang begini? Saya kira penjelasan Abdullah Gymnastiar sudah mengena: gunakan kesempatan untuk menghasilkan manfaat sebanyak mungkin. Tentang ongkos pribadi yang dikeluarkan oleh kontributor, saya kira kita sudah sampai pada pertanyaan mendasar: apabila masyarakat sudah bergerak ke arah positif dengan semua kesukaran yang dihadapi, masak pemerintah tetap bergeming melihat keadaan tersebut? Pemerintah macam apa itu yang diam saja?
Saya kira ide http://planet.terasi.net sudah bagus.
Kita bisa sharing pengetahuan kita dengan mudah. Saya sendiri posting ke agregat tsb via email (well, sebetulnya posting ke kategori teknoblogia di blog saya, yang kemudian “disedot” oleh planet), sehingga sangat memudahkan proses sharing knowledge-nya.
Lalu situs planet.terasi.net ini juga mudah di-index oleh search engine (barusan sudah saya submit ke http://google.com/addurl), sehingga mudah ditemukan oleh yang membutuhkan.
sebetulnya, memang saat ini planet.terasi.net masih belum membatasi bahwa hanya topik IT yang boleh ditampilkan, jadi saya mulai dari saya sendiri dulu, mengikuti sebuah ide yang dilemparkan di forum teknologia. saya pikir bagus kalau bisa disediakan 2 agregat - satu menampilkan blog umum, dan satu lagi menampilkan blog khusus mengenai teknologi/IT.
Mengenai wget - hati-hati, IlmuKomputer.com sudah pernah diusir oleh berbagai webhoster mereka karena overquota bandwidth - salah satunya adalah karena pengguna wget / kegiatan me-mirror situs ini. Situs Isnet.org juga beberapa mengalami masalah yang sama; terakhir terpaksa pindah dari webhosternya di Amerika dan sekarang dihosting di Indonesia.
Jadi kalau bisa memesan versi CD-nya, mungkin itu lebih baik. Dan untuk update rutin bisa menggunakan rsync yang hemat bandwidth.
Mengenai menggugah masyarakat untuk menjadi kontributor - selama ini pengalaman saya masalahnya adalah waktu. Banyak kawan-kawan yang ingin berkontribusi, namun terbentur pada kendala waktu. Jadi kalau proses kontribusi bisa dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan nyaman, mungkin bisa lebih banyak yang berkontribusi.
Salah satunya mungkin adalah dengan menyediakan fasilitas blog yang bisa diisi via email. Bagi yang bisa memberi manfaat bagi komunitas IT Indonesia, saya bersedia menyediakan fasilitas ini secara cuma-cuma.
Planet bekerja hanya mengumpulkan kondisi instan dan kemudian “hilang.” Jadi menurut saya lebih bagus sebagai “provokator” atau icip-icip agar pengunjung datang ke situs sumber materi.
Tentang Google, jangan kuatir. Jika sudah pernah disebut oleh salah satu blog, katakanlah Warnadunia, atau arsip Teknologia, crawler Google akan segera datang. Dalam hitungan hari sudah beres. :)
Saya juga tidak setuju dengan wget yang dilakukan oleh pengunjung, apalagi untuk situs berisi berkas berukuran besar seperti Ilmu Komputer. Itu sangat tidak etis. Yang saya sarankan justru pemilik situs yang menyediakan sebuah berkas .tar.gz/.zip dan ini yang didistribusikan. Apalagi kalau pemilik situs mau sedikit kerja tambahan membikinkan dulu salinan situsnya di localhost baru kemudian wget dijalankan di localhost. Hemat bandwidth, kan?