Barangkali sudah disangka oleh banyak orang: kata “blog” meledak di tahun ini, sehingga Merriam-Webster memilihnya sebagai “Word of The Year 2004”. Penyedia blog gratis membludak dan kemungkinan melimpah-ruah melebihi jumlah calon penulis. Baik hendak menggunakan tempat gratis dan tinggal menulis atau mau sedikit repot mengurus sendiri dan bahkan keluar ongkos dengan imbalan kustomisasi yang lebih personal, semua dimungkinkan. Tidak perlu menunggu menjadi Hamzah Haz untuk memiliki situs berisi pemikiran pribadi.
Tulisan tentang blog dari Belanda juga menarik disimak: penyedia blog terbesar,
web-log.nl, menyebut jumlah pemakai layanan mereka sekitar 50 ribu, pengunjung unik
250 ribu setiap hari, dan sekitar 1,2 juta halaman
dikunjungi per hari. Dengan jumlah
penduduk 16 juta, jumlah
tersebut berarti 0,3%, atau jika dilihat dari usia aktif
(15-64 tahun) yang mengisi 67,8% dari populasi Belanda, berarti
0,4%. Salah satu situs berita di Belanda, nu.nl, menyebut situasi
ini sebagai, Orang Belanda secara massal ngeblog
.
[Weblog] bersifat interaktif, tidak ada sensor, dan mudah
digunakan
, demikian menurut Michiel Houben, manajer komunikasi
Ilse Media.
Pertama kali dikenalkan dengan Movable Type pertengahan tahun lalu, saya sama sekali tidak menyangka bahwa perangkat lunak ini berkaitan dengan blog. Bayangan saya sederhana: saya memerlukan sebuah alat bantu yang memudahkan pengorganisasian tulisan yang akan dipasang online. Saya ingin punya lebih banyak kesempatan untuk menekuni materi tulisan dibanding mengurus pengorganisasiannya.
Gambaran lainnya saat itu adalah sebuah koleksi tulisan tentang topik yang lebih spesifik. Tidak perlu terlalu personal, karena isu yang diangkat berasal dari, dan untuk, publik. Ternyata alat bantu tersebut — antara lain setelah saya baca dari artikel legendaris Enda Nasution — menghasilkan sesuatu yang disebut sebagai blog. Sedemikian tidak tahu saya akan “dunia gemerlap” blog tadi, sampai-sampai Enda saya sangka salah satu penulis blog perempuan!
Pengalaman tersebut yang sampai hari ini sering saya jadikan acuan untuk memotivasi teman-teman di sekitar saya untuk menulis — bukan sekadar “memiliki blog”. Blog adalah konsep yang alat bantunya memudahkan pemiliknya mengorganisasi publikasi tulisan. Seperti halnya pulpen yang merupakan salah satu alat bantu, menulis di dunia online dapat menggunakan jenis alat lainnya. Ada Wiki, CMS, bulletin board, dan bahkan koleksi halaman Web statik yang diorganisasi sendiri oleh pemiliknya.
Jika saya mendorong penggunaan alat bantu blog — dengan demikian berarti mengarahkan menjadi pemblog (blogger) — alasan saya lebih pada pertimbangan berikutnya: si penulis yang sudah semangat tadi perlu dibantu agar dia lebih mudah menuangkan idenya. Sedapat mungkin agar dia lebih konsentrasi dengan tulisannya. Sisi praktis ini yang sudah tersedia pada alat bantu blog, sehingga “pencerahan” yang saya berikan lebih pada arahan jenis materi, isu etiket, pendekatan gaya menulis di media online, dan trik memantapkan bahan tulisan.
Kendati tidak serta-merta menolak, saya masih konservatif
dalam mengekspos hal-hal pribadi. Salah seorang teman yang sudah lama
menekuni dunia penulisan pernah “mengingatkan” saya, Di zaman aku
masih remaja dulu, buku harian itu disimpan dengan seksama, jika
perlu disimpan di tempat yang berkunci. Sekarang ini lewat blog
diumbar cerita-cerita pribadi tanpa rasa malu.
Blog
memang lebih banyak dipakai untuk situs personal, namun menurut saya
lebih sesuai pengertian personalnya diarahkan pada gaya penulisan,
cita rasa desain Web, atau pemilihan topik yang diangkat. Bukan pada
isi materi yang menjadi seperti buku harian diekspos ke publik. Termasuk
perkembangan
photoblog yang lebih perlu berhati-hati lagi karena
lebih visual dalam pemaparan. Tidak semua kejadian, sekalipun
hal itu adalah fakta dari lapangan, pantas dikonsumsi
publik.
Ah, di tengah-tengah isu ledakan aktivitas blog di banyak tempat, terselip kabar Jason Kottke menemui kesulitan pada aspek legal berhadapan dengan Sony dan memunculkan pertimbangan baru: perlunya bantuan legal untuk penulis blog. Itu di Amerika Serikat, di Indonesia — menurut Boy Avianto — kita masih perlu membangunkan banyak orang.
huhuuu disebut legendaris sama mas amal hekehke… dah malu skrg sama tulisan itu, dah ga update lagi, harusnya dibuat versi 2, 3 dst, tapi dasar ga pernah dikerjain :)
blog tanpa cerita berbau pribadi, menurut gw, justru jadi garing. jadi gak beda sama baca surat kabar atau situs berita…
minimal isi posting blog merupakan pendapat pribadi… bukan sejarah ini dan itu, misalnya.
Benar, pendapat/pengalaman pribadi tentang sebuah topik, karena memang di situ “kekuatan” tulisan bergaya blog. Tampaknya yang lebih dicemaskan oleh teman saya tersebut adalah penulisan beberapa cerita pribadi (entah fakta atau rekaan) yang secara [tidak] langsung merembet pada hal-hal sensitif privasi. Atau bisa juga secara [tidak] sengaja melibatkan privasi orang lain.
Happy new year!