Iklan di Sindikasi

| 3 Comments | No TrackBacks

Jika Yulian F. Hendriyana dengan mudah memasang foto di RSS dan kemudian diikuti oleh Idban Secandri, tentu sudah menjadi pikiran kelompok penambang uang di Internet untuk memanfaatkan RSS menjadi tempat iklan. Bagi pebisnis media di Internet, hal ini merupakan kompensasi terhadap iklan di halaman Web yang menjadi berkurang ditengok pengunjung (apalagi diklik) karena sindikasi seperti RSS dan Atom memungkinkan pengunjung membaca materi tanpa harus datang ke situs mereka.

Pemilik blog memiliki alasan tersendiri: sebuah situs Web yang ramai pengunjung kian perlu dana ekstra untuk pengadaan infrastrukturnya dan itu bisa diperoleh — antara lain — dari pemasukan tarif pemasangan iklan.

Berita baik untuk situs penyedia berita atau menjadi persoalan baru untuk pembaca?

Bulan Desember lalu, Jason Kottke memaparkan hasil wawancara lewat email terhadap sejumlah pengembang pembaca sindikasi tentang kemungkinan teknik menghalangi iklan yang datang lewat RSS. Hasilnya: para pengembang sindikasi yang ditanyai masih berhati-hati. Pertama, terhadap isu pemasangan iklan di RSS itu sendiri; dan kedua, dalam hal teknik menghalangi iklan. Argumen yang dipaparkan oleh Brent Simmons dari NetNewsWire misalnya, masih melihat hubungan baik antara penulis blog dan pembaca, sehingga penyisipan iklan di RSS bisa merusak hubungan tersebut. Mirip dengan penjelasan Kottke membangun micropatron: jika dia sebagai penulis blog dapat berinteraksi langsung dengan pembaca, mengapa perlu ada pihak ketiga, yakni pemasang iklan? Alasan yang saya yakini merupakan salah satu kekuatan blog dan membuat saya betah menulis di sini.

Sedangkan dilihat dari teknik pemasangan iklan dan cara membloknya, Erik Barzeski dari Pulp Fiction menilai “bisa repot” karena pemasangan iklan dapat disisipkan di antara entri, atau memang iklan tersebut berupa sebuah entri yang muncul dengan frekuensi tertentu. Katakanlah, dalam contoh dia, setiap sepuluh entri disisipi sebuah entri yang isinya memang hanya iklan. Seperti penjelasan Barzeski, saya membaca sindikasi blog di Bloglines dengan hanya membaca judulnya terlebih dulu (materi disembunyikan), dan jika terdapat entri yang menarik baru saya tampilkan isinya. Dengan demikian, kurang efisien jika iklan dijadikan satu bagian dengan entri karena ikut disembunyikan.

Sayangnya situs penyedia berita di Indonesia terlambat menanggapi isu sindikasi ini, sehingga jika kemudian menyediakan sindikasi dan langsung bersinggungan dengan kemungkinan dipasang iklan di sana, bisa-bisa beroleh sindiran, Ya… iklan lagi!

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/291

3 Comments

lebih baik di sindikasi tidak disisipi iklan, tapi cuma ringkasan yang ditampilkan di sana, sedangkan iklan tetap ditampilkan di situs utama. jadi sindikasi berfungsi lebih ke media untuk menarik pembaca.

iya dengan menggunakan sindikasi bukan berarti traffic jadi turun. toh sindikasi bisa diset hanya untuk menampilkan excerpt dari berita2x terbarunya saja.

untuk membaca lengkap tetap bisa dibuat untuk datang ke websitenya lagi.

Sebagian blogger mensindikasi !seluruh! tulisannya beserta grafis dan bukan hanya penggalan/excerpt/teaser. Jika ditinjau dari pemakaian bandwith ini sudah bisa dikatakan hampir sama besarnya (lebih dari 68%? ;)) dengan tampilan di situs web.

Jika model sindikasinya seperti ini, saya rasa bisa dimengerti mengapa iklan disertakan dalam sindikasi.

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on March 16, 2005 10:04 AM.

Terima Kasih was the previous entry in this blog.

Yahoo! 360°: Buku Harian Baru is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261