Pada hari yang sama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut bangsa Indonesia perlu memperbaiki diri untuk bisa berdiri sebagai bangsa yang maju, sejajar, disegani, dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain — dan anjuran ini dikutip sebagai “jawaban” atas diskusi Indonesia dan Vietnam di mailing list Telematika — sebuah email yang dikirim oleh Pieter di Depok berisi “jeritan” perihal “kuburan Warnet” di Depok. Jeritan ini kemudian menjadi ulir diskusi yang ramai di mailing list Asosiasi Warnet, melengkapi kabar-kabar tentang operasi penertiban (sweeping) oleh aparat keamanan di sejumlah Warnet, dan berita dari Depok tersebut diteruskan oleh Onno W. Purbo ke sejumlah mailing list TI.
Secara terpisah tercetus dampak tidak langsung yang menimpa
anggota mailing list: ada mahasiswa yang kesulitan mencari
Warnet untuk menyelesaikan laporan atau wartawan yang terpaksa lama
mencari Warnet untuk menulis berita — dan setelah ketemu sebuah
Warnet kecil, si wartawan seperti menjerit, Pakai Open
Source!
Entah gembira atau sempat kerepotan.
Dari email yang dikirim Pieter terlihat bahwa jeritan sejumlah Warnet di Depok lewat mailing list tersebut tertuju kepada Judith MS, ketua Presidium Asosiasi Warung Internet Indonesia (Awari). Jika dilihat dari respon di mailing list, terbaca bahwa permintaan tolong dari Warnet di Margonda, Depok, ini sudah disebut “terlambat” dihubungkan dengan gerakan yang sudah digulirkan oleh Awari sebelumnya. Dalam jawaban Taufiq A. Rachman,
Nasi sudah menjadi bubur, komunitas ini sudah tak bisa lagi bergantung kepada bunda. Saatnya komunitas ini untuk bergerak sendiri (atau bersatu lagi) “menikmati” buah pahit setelah sekian lama menikmati manisnya.
Setelah sebelumnya penertiban Warnet berkaitan dengan izin penyelenggaraan dan infrastruktur koneksi, sekarang bisnis kecil ini dihadapkan pada aturan legal pemakaian perangkat lunak. Bukan cerita baru memang bahwa pemakaian perangkat lunak ilegal sudah lazim di kalangan pengusaha Warnet: berdasarkan jumpa pers Judith sendiri disebutkan 90 persen Warnet di Indonesia masih menggunakan perangkat lunak bajakan — dengan semua alasan di belakangnya. Megawaty Khie, direktur Small and Mid-Market Solution & Partner Group PT Microsoft Indonesia, menyebut sudah waktunya perencana bisnis TI di Indonesia memasukkan perangkat lunak sebagai modal kerja yang harus diperhitungkan. Seruan ini bukan hanya untuk Warnet, perencana bisnis TI lainnya pun tidak boleh lagi menggunakan pengertian “murah dan mudah” hanya berdasarkan perhitungan perangkat lunak komersial yang “hampir dinilai nol” (yang berarti perolehannya ilegal).
Lisensi komersial untuk Warnet juga tidak mudah: karena perangkat lunak tersebut disewakan ulang kepada pelanggan, lisensi yang digunakan berbeda dibanding pemakai personal di rumah misalnya. Kendati Awari dan Microsoft menyepakati klausul khusus dalam hal lisensi, namun sejumlah keterbatasan dari Microsoft Indonesia masih mengganjal, sehingga seperti dikemukakan oleh Ihsan,
Microsoft Indonesia itu (CMIIW) *cuma* punya wewenang menjual. Mereka tidak mempunyai kewenangan lain (misalnya menentukan harga). Untuk wilayah Asia Tenggara yang berhak adalah Microsoft Singapore.
Jadi, bagi pengusaha warnet buang sajalah harapan-harapan muluk kepada Microsoft. Microsoft baru akan “ngeWongke” warnet kalau warnet itu bisa membuktikan kekuatannya. Kekuatan itu bisa berwujud, misalnya, pemakaian open source secara menyeluruh. Rasanya tidaklah sulit bagi warnet (bukan games online) untuk berpindah ke open source. Syaratnya cuma satu: mau mencoba. Dan saya amat yakin komunitas open source (baca: Linux) akan dengan senang hati bergabung di milis ini untuk membantu apa saja yang patut dibantu.
Kisah Judith MS berhadapan dengan aparat keamanan sudah menjadi drama tersendiri dalam kaitan penertiban Warnet bulan April lalu. Termasuk kelanjutannya adalah rencana Presiden yang akan membawa persoalan Warnet dan Microsoft dalam kunjungannya ke Amerika Serikat.
Selain usaha-usaha di tingkat atas, yang juga menggembirakan adalah tumbuhnya gerakan, baik karena kesadaran atau terpaksa, untuk melirik alternatif pemakaian perangkat lunak berlisensi Free Software atau Open Source. Beberapa kalangan di lingkungan Warnet melihatnya bukan sekadar cara “mencari selamat” atau solusi teknis, melainkan sebagai bentuk alternatif permanen dan perlawanan terhadap cara-cara korup menyogok aparat misalnya.
Kembali pada semangat Hari Kebangkitan Nasional: apakah situasi sulit ini sudah mulai dapat membuka mata kita bersama untuk mencari solusi yang fair sehingga kita dapat tegak dan terhormat sebagai bangsa? Jika pertanyaan tersebut dianggap hanya retorika di lapangan upacara, mari kita bergerak dari hal-hal kecil di sekitar kita — dunia TI kita.
[23 Mei] Berdasarkan keterangan Suwandi Ahmad lewat mailing list Technomedia: banyak Warnet di Malang yang tutup semenjak hari Sabtu, 21 Mei. Sisanya yang buka adalah mereka yang menggunakan perangkat lunak Open Source.
Sudah saatnya untuk mencari alternatif, misalnya open source. Penggunaan open source harus sudah diperkenalkan sejak dini melalui sekolah-sekolah.
Yang penting kita tidak melegalkan sesuatu yang illegal (pembajakan software). Meskipun 90% warnet sudah menggunakan software bajakan, bukan berarti kita boleh mendukung hal itu ! Jangan sampai kita mengajarkan anak cucu kita untuk tidak menghargai hasil karya orang lain (hormati undang2 hak cipta).
Singkatnya, kalau kita tidak bisa membeli karena mahal, ya cari yang lain yang lebih murah. Yang penting kita tidak mencuri!
wah wah dejavu, baru aja nulis tentang ini
Yah, memang gitu,.. hukum vs. etika. … tinggal liat sapa yang menang.. hmmm…
Komputernya SBY, menteri2, dan wakil2 rakyat kita pake software bajakan juga ga yah ?
Apa komputer mereka semua udah pake software asli? I wonder ;-)
Any thoughts about this ?
Kalau mau “tuding-tudingan” perangkat lunak bajakan atau legal dengan orang lain, ceritanya bisa panjang. Soalnya seringkali berakhir pada saling tuding dan jauh dari sikap introspeksi.
Saya bukan membela para pejabat, lho — itu kondisi yang umum terjadi. :)
Perlu penyelesaian yang arif tentang hal ini
lebih baik kalo semua master2 linux seluruh indonesia ngopi bareng sambil ngebahas masalah ini…
mungkin dengan adanya pertemuan akbar menambah keyakinan para warnetter2 untuk menggunakan OPEN SOURCE
gimana pak i made, pak budi rahardjo, pak ono, bang MDAMT dan master2 linux yang ga bisa di sebutin di sini ….
Udah mendingan pake Windows 3.11, khan ga bayar….hihihihih….emang seh dari pada kena sweeping mendingan kita ke open source aja….pertamanya susah, keduanya ribed……hehehhehe ga bisa cam, Game online(kecuali Nexia sama Warcraft)…kalo ga sweeping aja tuh yg punya CD-RW, di situlah asal mula bajakan, sama Pengcopy CD tuh…tapi pihak polisi kalo udah lihat duit mah….mingkem trus pergi…!!!kekekkekkekkekke
wew sweeping.dimana pemerintah saat ini?Jika mereka mengusulkan ttg pelarangan bajakan lalu apa solusi yang mereka usulkan?Kalau mereka mengusulkan untuk membeli yang orisinil, ya bukan solusi namanya. itu namanya thats the way it is.Maksud saya, masa kita harus membeli dg standar harga internasional.Jika harganya terjangkau, toh berarti its a win-win solution. Sebetulnya siapa sih yang dibela pemerintah yang kita pilih ini?Jika ini bisnis, maka pemerintah adalah bos yang kejam bagi pegawainya yang WNI(pengusaha warnet).thx.
memang kita seharusnya go open sorce tapi apakah kita sudah siap dengan open source tersebut. Dan yang menjadi permasalahan, anak-anak bangsa kita, baru mulai bangkit dari gaptek ( gagap teknologi ) dan mereka memulainya dari windows dan kemudian di jejali dengan linux !!!!
Skarang waktunya PERANG dengan hegemoni microsoft! Di PC-Mag (gua lupa edisi brapa) ada tulisan Dvorak yg ngebahas soal pembajakan di Asia. Ada satu kalimat yg cukup menggelitik yg artinya kira2 adalah soal pembajakan Ms Window, MS itu agak sedikit ragu2 utk abis2an mengatasi soal ini karena jika MS betul2 menerapkan aturan pembajakan ini, maka sebagian besar pengguna MS di asia akan beralih ke open source, yg mana akan memperbesar Open Source yg adalah musuh MS saat ini. Gua sebenarnya agak sangsi, bahwa razia “besar2an” terhadap pengguna MS Windows ini adalah desakan MS Indonesia. Apakah mungkin gerakan penrazian ini cuma sekedar “gerakan” aparat saja untuk mencari keuntungan? Tapi lepas dari semuanya, inilah saat untuk ber-PERANG melawan MS! and bersama2 kita membangun kerajaan open source! Viva LINUX…
terlepas dari semua polemik diatas mengapa microsoft merazia warnet di indonesia…alangkah lebih baiknya kita mulai beralih pada opensounce, gnu/linux sama handalnya dengan windows yang jadi masalah cuma kebiasaan.
gue agak setuju dg anti software bajakan!!, dengan sweeping-nya pula. tapi apa pemerintah juga memberi solusi buat WARNETER selain Open source?? ada dan tidaknya BSA di balik semua ini gak penting!! pikir deh oleh SEMUA!! kalo bangsa ini maju siapa yg banggga!! dan buat aparat penegak hukum, jangan melihat semua ini sebagai UANG!! UANG dan UANG!! gue memang pemilik warnet, g bangun warnet dg modal pas2an, TAPI jangan melihat dg modal gue, tapi apa yg terjadi dibalik pas2an??, g bisa membantu anak SMA, Pekerja, dan pendidikan bagi siswa dan siswi. saat ini sudah bukan rahasia umum klo ada diantara kita, anak2 didik yg masih belum mengetahui apa itu internet dan apa itu komputer. lihat dunia kerja!! saat ini, apakah disana mereka menggunakan operasi “open source” ?? rata2 mereka menggunakan OS WINDOWS.
sementara harga OS bikin garuk2 kepala, buat org2 kaya gue, seandainya ada lembaga yg menjual OS windows buat warnet (lisensi untuk warnet” gue pasti beli!!