Setelah meyakinkan beberapa teman di kantor tentang kelebihan manajemen paket perangkat lunak di Debian GNU/Linux — dengan apt yang sohor, dselect bagi penikmat antarmuka berbasis menu, dan aptitude untuk versi antarmuka yang lebih akhir — persoalan yang muncul adalah cara menghemat pemakaian koneksi jaringan ke luar agar tidak perlu setiap pemakai Debian mengambil paket yang diperlukan dari Internet. “Persoalan” ini dapat dilihat dari sudut positif sebagai “tantangan”, mengingat pemakai Ubuntu juga bertambah setelah kedatangan distribusi yang dikirim sudah dalam media CD. Kendati apt-get di Debian dapat diset agar lewat proxy Web yang digunakan untuk keperluan umum pengaksesan situs Web, saya masih meragukan efektivitasnya mengingat sifatnya yang umum; dan, kedua, proxy tersebut berada di luar. Kenapa tidak disediakan sebuah komputer di dalam (intranet) yang berfungsi khusus untuk proxy mekanisme apt ini?
Pada awalnya kami mempertimbangkan sebuah penyedia-salinan, atau yang dikenal dengan mirror, untuk keperluan lokal atau kami sendiri. Setelah berdiskusi dengan Andika Triwidada, kesimpulan yang saya peroleh: perlu sumber daya besar, terutama lebar pita koneksi Internet, untuk menyediakan layanan seperti itu. Tidak mungkin disediakan dengan koneksi Internet di kantor kami. Selain itu kemungkinan besar akan tidak efisien: sangat sedikit dari paket Debian yang berjumlah ribuan itu yang digunakan. Pola pemilihan paket tidak terlalu berbeda banyak di antara pengguna Debian di sekeliling saya. Akhirnya diusulkan agar dipasang apt-proxy.
Instalasi dan konfigurasi yang diperlukan relatif mudah. Malah di dalam contoh berkas konfigurasi sudah disertakan setting untuk Ubuntu. Aha! Berarti sekaligus dapat dipakai untuk bahan propaganda kepada pemakai turunan Debian tersebut.
Ternyata yang perlu kesabaran adalah mengoperasikan
apt-proxy
tersebut dengan lebar pita koneksi yang aduhai sempitnya.
Berkali-kali pemutakhiran senarai paket lewat apt-get update
gagal
total tidak rampung mengunduh berkas Packages.gz. Saya
sudah mengarahkan pengambilan paket untuk Debian ke
komo.vlsm.org
dan berganti-ganti konfigurasi lewat proxy Web atau langsung, namun
hasilnya masih belum memuaskan. Termasuk nilai untuk timeout
diperbesar agar lebih lama waktu tunggu untuk permintaan akses.
Pada saat-saat itulah saya memikirkan keuntungan apabila PJI tempat kami berlangganan Internet menyediakan mirror Debian. Komputer proxy ini tidak perlu harus berkali-kali menghubungi vlsm.org dan akses ke server PJI jelas lebih baik kondisinya. Saya membandingkan dengan keuntungan serupa itu pada saat berlangganan koneksi Internet di Belanda. Pada mulanya saya menggunakan mirror Debian di Universitas Twente atau salah satu alternatif di Utrecht. Tulang punggung koneksi Internet di dalam negeri Belanda sudah bagus dan saya menikmati pemutakhiran dan instalasi paket dari dua tempat tersebut. Sampai akhirnya beberapa bulan kemudian PJI tempat saya berlangganan koneksi Internet menyediakan akses ke salinan Debian di server mereka, dan tentu saja lebih andal dan cepat dibanding saya menghubungi pihak luar.
Saya belum tahu kapasitas lebar pita yang rata-rata dimiliki PJI di Indonesia — termasuk tempat kantor saya berlangganan — dalam konteks: apakah sudah layak bagi mereka menyediakan layanan mirror gratis (salah satu) produk Free Software? Di PJI langganan saya di Belanda pun sebenarnya bukan keharusan untuk menyediakan servis semacam itu. Malah secara formal dukungan untuk GNU/Linux belum disediakan. Namun demikian kelengkapan ekstra berupa salinan Debian disediakan, walaupun saya cukup yakin jumlah pemakainya masih sedikit. Tidak dapatkah PJI di Indonesia mempertimbangkan layanan penyediaan mirror seperti itu?
apakah sudah layak bagi mereka menyediakan layanan mirror gratis (salah satu) produk Free Software? Di PJI langganan saya di Belanda pun sebenarnya bukan keharusan untuk menyediakan servis semacam itu.
Layak? tentu layak, apalagi untuk mendukung produk free software di Indonesia tercinta ini. Jadinya dengan makin banyaknya mirror distribusi free software maka diharapkan penggunaan free software bisa meningkat. Tapi kembali kemasalah koneksi yg amit2 karena pake telepon adn tarif telepon yang tidak bersaing. Lebih baik tunggu release baru daripada update
ps:wah berhasil komporin teman2 nih..:)