Pertama kali saya tahu keberadaan blog Polisi EYD adalah dari hasil pencarian di Technorati. Waktu itu saya periksa taut dari blog lain yang merujuk ke #direktif dan saya peroleh tulisan Ali Imron yang menyinggung pemakaian Bahasa Indonesia baku dengan judul sedikit berisi peringatan, Hati-hati, Tertangkap Pak Polisi!. Setelah itu Polisi EYD dimuat di Detik.com dan kemudian sering disebut di id-gmail — dua tempat yang sangat potensial menghasilkan “Efek Slashdot” ala Indonesia. Pantas jika saya ucapkan selamat untuk blog Polisi EYD pada usianya yang masih muda.
Sedikit yang mengusik adalah saya dikait-kaitkan dengan situs blog tersebut. Pada mulanya beberapa teman di id-gmail secara berseloroh menyebut “Polisi EYD” jika entri tentang aturan di dalam Bahasa Indonesia mulai saya lontarkan. Sebenarnya bukan hanya saya sendiri, Yulian F. Hendriyana, atau lebih dikenal dengan panggilan “Jay”, juga salah satu penikmat tulisan tentang aturan di dalam Bahasa Indonesia.
Pada beberapa kesempatan saya sudah memberi penjelasan lewat email ke mailing list atau acara obrolan yang sering dilangsungkan sore hari lewat konferensi di Yahoo! Messenger bahwa saya bukan pengelola dan tidak ada kaitan apapun dengan pengelola situs Web Polisi EYD. Yang lebih mengejutkan saya adalah komentar Didats Triadi untuk artikel di Polisi EYD tanggal 28 Agustus 2005, Tanda Hubung dan Tanda Pisah, yang dengan eksplisit ditulis berikut,
tengkiyu mas amal… hihihi
Karena saya bukan pengelola situs tersebut, bukan penulis artikel tersebut, dan tidak sedang dibahas dalam tulisan tersebut, maka mengherankan jika tiba-tiba nama saya (atau Amal yang lain?) disebut di komentar artikel.
Memang benar dari awal saya menulis di blog, saya bertekad akan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai alat pengungkapan, seperti saya tulis di Sekapur Sirih 1,
Tulisan yang saya kemas di situs ini berusaha sedapat mungkin menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya sendiri bukan ahli bahasa dan tidak memiliki latar belakang pendidikan formal dalam hal kebahasaan. Saya memulai dengan anggapan bahwa menulis dengan menggunakan bahasa tulis resmi dapat juga dibuat indah dan memikat. Hal ini merupakan tantangan lebih-lebih untuk Bahasa Indonesia yang berusia relatif muda dan menghadapi banyak kendala pada penerapannya sebagai bahasa nasional. Ditambah keterbatasan saya yang kemungkinan masih kurang teliti dalam mengungkapkan sebuah ide menjadi sebuah paparan, motivasi lebih kuat yang saya miliki adalah berusaha sedapat mungkin.
Demikian juga di Coret Moret saya menyediakan kategori khusus, Bahasa dan Sastra, yang memang menampung uneg-uneg saya tentang kebahasaan. Saya juga merasa “tertantang” mencarikan solusi terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan Jay tentang rujukan Bahasa Indonesia di Internet. Kendati demikian, yang tercetus di dalam kepala saya bukan berbentuk blog yang meninjau persoalan kebahasaan kasus per kasus, melainkan sebuah kelengkapan dokumen-dokumen referensi Bahasa Indonesia yang memadai, sehingga pemakai Internet dengan mudah mendapatkan sumber resmi. Karena pekerjaan saya cukup banyak, saya masih perlu menyisihkan sumber daya agar dapat berjalan selaras satu dengan yang lain.
Selain perbedaan sudut pandang di atas, di semua situs Web yang saya kelola dan sudah aktif, identitas jelas pengelola senantiasa saya pasang. Baik di Blogger, Yahoo! 360°, Friendster, dan #direktif ini, saya paparkan keterangan tentang saya secara jelas. Hampir semua dilengkapi dengan foto diri. Bahkan keterangan bahwa saya menyukai Dewa, Rock tahun 1980-an, dan Pink Floyd “The Wall” saya tulis. Tidak ketinggalan penyebutan Kung Fu Boy sebagai komik favorit dan saya adalah pembaca tulisan Goenawan Muhammad, Emha Ainun Nadjib, dan Yusuf Qardhawi. Dengan demikian tentu bukan gaya saya menggunakan identitas polisieyd.
Terakhir, kalaupun saya menyediakan blog yang membicarakan persoalan kebahasaan, nama yang akan saya pilih bukan “Polisi” dan kemungkinan besar tidak saya sebut eksplisit dengan “EYD”. Sahabat Berbahasa atau Berbahasa yang Benar dan Memikat, adalah contoh ungkapan yang lebih dekat dengan preferensi saya dibanding “polisi”. Ini bukan penilaian saya terhadap nama yang sudah dipilih oleh Polisi EYD. Setiap orang tentu punya pertimbangan masing-masing.
Dengan demikian, jangan menggunakan penyebutan (attribution) saya lagi dalam konteks Polisi EYD. Selain memang tidak pada tempatnya, tentu kita semua ingin lebih menghargai penulis blog Polisi EYD yang telah berjasa menarik perhatian pengunjung akan kepedulian pemakaian Bahasa Indonesia yang lebih baik dan lebih benar.
Jika masih ada yang penasaran dengan identitas Pak atau Bu Polisi EYD, coba saja rekrut para pemburu mata-mata (spy hunter, atau sepai dalam istilah mereka) di id-gmail. Konon “detektif” mereka sudah berpengalaman mengejar penyusup di mailing list sampai ke Jepang.
1 Sekapur Sirih adalah halaman pengantar di blog saya, Coret Moret. Karena belum selesai juga diperbaiki templatnya, halaman tersebut belum tersedia di Web.
hahaha, sebuah klarifikasi yang sangat bagus dan enak dibaca. Saya tiap kali berkunjung selalu tertarik sama susunan bahasa Amal :).
Lain kali tidak akan ada salah duga lagi :)
ah, saya gak bisa menyalahkan orang-orang yang nuduh mas amal begitu :)
baiklah, kalau begitu terperiksa selanjutnya adalah Bapak Yulian :lol:
Mas Amal, terima kasih atas pandangan Anda tentang Polisi EYD. Memang benar, pemilihan nama dan anonimitas Polisi EYD bukanlah tanpa alasan, meskipun bersifat subjektif. Saya meminta maaf jika pilihan anonimitas ini ternyata malah merepotkan Anda. :)
tapi masih anak gajah bukan? suspect selanjutnya Jay =))
#5: Saya tidak merasa direpotkan dengan pilihan yang anda ambil. Penjelasan di atas justru mengingatkan para pengunjung situs anda atau mereka yang berkepentingan dengan urusan tersebut agar jelas memberi kredit pada orang yang tepat — bukan saya.
Teruskan usaha dan sikap anda, jangan kuatir. Yang penting istiqomah atau konsisten.
hai pak rektor,…
habis klarifikasi sebaiknya ada acara makan2….
didats jad maluw deh… tutup muka
maap ye om…
untuk saya pribadi (bukan fp yah) keberadaan polisiEYD melecut saya untuk belajar membiasakan diri sedapat mungkin menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
kayaknya ngaco ya tata bahasa saya
mas amal, terus terang, seperti telah saya tuliskan di blog-nya benny, saya juga perlu mengklarifikasi supaya tidak terjadi hantam kromo-salah kaprah. intinya tidak semua warga id-gmail menuduh mas amal sebagai polisi eyd. tuduhan saya justru sebaliknya, polisi eyd sebagai mas amal.
demikian. :)
Hanya ingin memperbaiki juga, berikut kutipan dari komentar Anda nomor 7 (Amal). “#5: Saya tidak merasa direpotkan dengan pilihan yang anda ambil. Penjelasan di atas justru mengingatkan para…”
Penulisan Anda yang benar adalah dengan huruf A besar pada awalan kata, jadi penulisan Anda dengan anda (seperti pada kutipan diatas) adalah salah.
Saya bukanlah polisi EYD, tapi kali pertama baca tentang berita ini, ini adalah sesuatu yang bagus, dan saya mendukung sepenuhnya polisi EYD.
Terima kasih.
Saya memang sempat ragu akan pemakaian “anda”, menyangka terdapat perbedaan antara dipakai untuk panggilan dan kata ganti orang kedua. Setelah Anda koreksi, saya menyempatkan melihat Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan di bagian pemakaian huruf kapital nomor limabelas disebut:
Untuk selanjutnya, bayu dan jay yang jadi terperiksa dalam kasus “Siapakah PolisiEYD sebenarnya”
tampaknya saudara Azil terus menuduh. Anda perlu diperiksa juga hubungannya dengan PolisiEYD tersebut :P
Mate’lah aku (mati aku)… banyak tulisanku tidak sesuai EYD. Pantaskah aku jadi BuronEYD? jgn2 sudah ada BuronEYD ?
mas amal jadi asistenEYD saja kalau begitu :p
#16, ya anda buron!
Pak Amal, atau siapa saja. Aku lagi bikin situs dan berusaha pakai bhs Indo sebisanya.. Mohon pendapatnya, apa istilah Indonesia yg paling cocok untuk “Previous”, “Next” dan “Tag”?
Previous = Sebelum? Sebelumnya? Next = berikut? Lanjut? Selanjutnya? Tag = tanda? label? cap?