Menunggu Super Kaya Melirik UKM TI?

| 16 Comments | No TrackBacks

Jika kita memang tertinggal lagi di sektor TI, di bagian mana? Ini pertanyaan yang terbetik di kepala saya setelah membaca tulisan Budi Rahardjo, Ketinggalan booming IT lagi?

Kemajuan secara teknologi? Jumlah duit yang bergelinding dari bisnis berbasis TI? Pemasyarakatan pemanfaatan TI? Atau, yang lainnya lagi? Karena saya yakin pertanyaan Pak Budi tersebut dapat dilihat dari banyak sisi. Tulisan tentang Six Apart di Business Week tampaknya lebih condong pada sebuah model Usaha Kecil Menengah (UKM) yang sedang melejit secara bisnis dengan memanfaatkan momentum blog yang tengah berputar dan menggiurkan.

Perkembangan TI di Indonesia — terutama jika disempitkan pada layanan massal berbasis Web, dikaitkan dengan contoh yang disebut pada tulisan tadi — saya lihat memang sedang beranjak (atau baru beranjak) pada tingkat “memberi manfaat bagi orang lain”. Tempat-tempat kumpul komunitas dan forum-forum paguyuban sedang meriah dan jika diamati, hasilnya sudah bagus. Wikipedia Indonesia masuk peringkat ketiga di Asia, di bawah Jepang dan Cina. IlmuKomputer.com sudah membagikan ratusan cakram optik materi mereka. Secara perorangan beberapa teman perancang Web negeri kita sudah dikenal sampai mancanegara, baik untuk produk gratisan ataupun lewat proyek-proyek personal mereka. Demikian pula gagasan eksentrik seperti Failco milik Dody Suria Wijaya atau Detik.usable yang keduanya berhenti di tengah jalan.

Yang justru menjadi pertanyaan saya pribadi: bagaimana cara “menggoda” pelaku bisnis Indonesia agar mulai berani melirik sektor TI? Tiga bintang super kaya versi majalah Tempo pekan lalu bergerak di sektor properti, energi, dan sabun colek. Saya coba telusuri lima pemain berikutnya: yang disebut adalah minyak, rokok, dan biskuit. Turun lagi ke empat puluh peringkat, satu-satunya nama yang saya anggap dekat dunia informasi adalah Jakob Oetama, bos grup Kompas. (Terdapat kemungkinan pemain bisnis TI lain pada senarai tersebut yang terlewat dari penelusuran saya.)

Penyedia layanan yang bermanfaat bagi publik sangat mungkin kewalahan jika terus mengandalkan kedermawanan. Yang terjadi kemudian adalah pensiun dari usahanya tanpa sempat memperoleh model bisnis yang memadai untuk memperpanjang niat baiknya. Padahal yang berlaku: kian populer sebuah situs, tambah membengkaklah ongkos pemeliharaannya. Agaknya, menggambarkan model bisnis yang tepat — memuaskan pemilik gagasan dan penyedia modal — belum diperoleh di sekitar kita. Atau memang benar-benar belum dilirik oleh pemegang pundi-pundi.

Coba jika Trihatma K. Haliman menggaet Usaha Kecil Menengah sektor TI dengan “hanya” 10% dari nilai pembangunan mal terbesar di Asia Tenggara yang sedang dibangun, nilainya sudah Rp 120 milyar.

Catatan: saya setuju dengan stop mengeluh! Kita coba bergerak terus kendati baru berusaha “menyediakan manfaat”.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/469

16 Comments

lagi-lagi masalah uang. uang adalah masalah. mari kita hamburkan uang kita. menghamburkan uang=mengurangi masalah. bagaimana menurut anda? :p

Karena para pemrogram kere dan kurcaci-kurcaci TI sudah menghamburkan tenaga dan impiannya, jadi sewajarnya ada penghambur duit dari sisi lain. ;-)

saya juga mau bikin ukm IT ah…

Demikian pula gagasan eksentrik seperti Failco milik Dody Suria Wijaya atau Detik.usable yang keduanya berhenti di tengah jalan.

Agak ironis, hehehe…

Mau ikutan main prediksi ah:

Selama tarif internet di Indonesia masih seperti sekarang, hanya ‘wishful thinking’ saja kalau bisnis IT akan maju

Benar atau salah? Ya, kita lihat saja…

Resiko bisnis IT yang cukup tinggi menjadi kendala juga bagi para investor, jadi biasanya kalaupun masuk ke bisnis IT ya jadi pedagang IT saja yang aman. Kelemahan lain UKM IT adalah dalam mempersiapkan rencana bisnis yang bisa menarik Investor dan terlalu berkutat dalam hal-hal teknis.

TI tidak hanya Internet :-)

Sueng, sebenarnya jika saling mendekat, bagian teknis tidak perlu terlalu memaksakan harus meninggalkan spesialisasinya. Mereka tetap harus kuat pada sisi teknis, para mediatorlah yang menghubungkan dengan investor.

IMW: betul, oleh karena itu untuk tulisan di atas saya sempitkan hanya untuk layanan massal berbasis Web. Prestasi TI di negeri kita selain yang ditulis di atas tentu ada, namun barangkali kalah gemebyar dibandingkan bom duit dot-com. Jadi, tetap saya acungkan jempol untuk mereka yang telah berkarya.

Mediasi yang bagus kalau ada tentu saja sangat membantu , adakah ??

Mayoritas “kue” IT yang diperebutkan memang ada di Jakarta. Tapi berkat infrastruktur yang disebut internet, kesenjangan ini bisa dikurangi.

Pertanyaan: apa kira-kira nanti tahun 2010 wisudawan IT dari daerah masih berbondong-bondong pergi ke Jakarta? 2015? 2020?

Startup IT? Berat… babak belur Tapi yaaa bner kata mas Amal, stop mengeluh, maju terus.

Well, concider ourself is an artist. Seniman itu ga peduli ma pemodal, kapitalis dan macemnya. Bekerja dan berkarya, membangun negeri, menuju masa depan dengan langkah pasti. (kutipan jinggle pajak - DJP) :P

Sampai sekarang dan menurut banyak analisa peluang untuk bisa maju di bisnis IT sangat besar. Memang terkadang/seringnya kita berfikir bahwa bisnis IT itu butuh modal yang besar. Sebenarnya tidak. Terbukti dari pengalaman beberapa teman saya yang sudah mendirikan UKM IT. Modal mereka adalah pengetahuan diperkuliahan dan sedikit bekal bisnis. Yang paling utama adalah keberanian mencoba dan plan yang matang.

Bisnis IT? mengapa tidak…memang tidak dipungkiri, internet salah satu pemicu booming bisnis IT. Tapi saya sudah memulai bisnis ini, UKM IT di jogja dengan modal yang sangat kecil…. Cuma memang kendala terbesar saya adalah SDM IT yang handal dan yang punya loyalitas bagus susah dicari….Programmer emang seperti seniman….

Sebenarnya tentang modal itu, saya juga tidak sepenuhnya berpendapat bahwa hal itu adalah segalanya atau prioritas nomor satu. Namun… (nah, ini dia), ada baiknya para investor “bijak” juga dalam menggelontorkan duitnya. Cobalah kurangi pembangunan mal atau rumah mewah, lirik industri yang masih merayap, misalnya TI. Syukur lagi jika lebih membumi lagi, agrobisnis misalnya.

Tapi, oh, saya tidak mau mengeluh. Saya kembalikan hal tersebut pada kesadaran. :)

Sebenarnya bisnis IT itu sangat menjanjikan n tapi kalu ingin bisnisnya maju juga harus mangeluarkan modal yg cukup agak besar. Aq aja pingin buka bisnis ini tapi kendalanya adlh modalnya itu. Bagi para berduit yang mau jadi investor cobalah bisnis ini. Call me: 031-60302969

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on October 5, 2006 7:42 AM.

Keterlaluan! was the previous entry in this blog.

Pasal 72 Ayat 3 UU HaKI is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261