Semenjak sikap anti kebijakan Amerika Serikat marak di beberapa kota di Indonesia — saat dilakukan pemeriksaan turis-turis di Surakarta beberapa tahun silam hingga reaksi atas kedatangan presiden Amerika Serikat George W. Bush Senin lalu, teknologi informasi adalah sindiran paling halus dan paling akhir terhadap sikap sebagian dari kita yang anti Amerika Serikat. Seperti ditulis oleh Putu Setia di Koran Tempo Ahad, 19 November, lalu,
Di milis Internet, seseorang mengajak untuk mengecam Bush dengan memboikot produk Amerika. Sayangnya, orang itu menggunakan alamat e-mail gratisan dari Yahoo dan mailing list itu pun dari Yahoo Group (sic!). Jangan-jangan di komputernya juga ter-install Microsoft Word bajakan.
Produk TI Amerika Serikat yang kita konsumsi sangat banyak jenis dan jumlahnya; dari aneka ragam layanan di Internet (dan Internet itu sendiri juga berasal dari Amerika Serikat) hingga pengadaan sistem komputer berskala besar yang nyata-nyata terlihat di depan mata. Melakukan generalisasi “semua produk Amerika” bahkan sekadar di lingkungan TI pun sudah sulit. Tempat hosting situs Web ini, alat bantu blog yang digunakan, bahasa pemrograman penunjangnya, hingga pemandu pengunjung datang ke sini, semua adalah produk Amerika Serikat.
Menurut pendekatan baru tentang cara pemboikotan yang saya baca di mailing list Jurnalisme: mulailah dengan lingkup objek yang terbatas, realistis untuk dikerjakan, dan jalankan dengan tekun di lapangan. Menyebut “semua produk Amerika Serikat” sering menimbulkan pertanyaan balik seperti yang disebut Putu di atas, sedangkan memilih boikot antara Yahoo! dan Microsoft Word tentu lebih mudah.
Yahoo! sudah menjadi salah satu penyokong dari sekian banyak budaya di Internet, layanan mereka dapat digunakan dengan gratis (walaupun pemakai tetap mengeluarkan devisa untuk konsumsi lebar pita koneksi ke tempat server Yahoo!), dan faktor penting berikutnya: belum tersedia komplemen produk yang sepadan di luar Amerika Serikat. Apalagi di dalam negeri.
Kasus Microsoft Word berbeda: perangkat lunak pengolah kata ini sudah terlalu tertatih-tatih untuk dipertahankan dengan cara membeli dan sudah sangat tidak elegan dibajak. Aneka produk substitusi Word dan cara migrasi meninggalkan Word sudah tersedia di mana-mana. Yang perlu dilakukan adalah usaha “mengembalikan pada jalan yang benar” bahwa yang diperlukan adalah perangkat lunak pengolah kata, bukan merk dagang bernama Microsoft Word.
Lebih jauh lagi: ketimbang terlalu sering meributkan aksi boikot secara insidental, sudah saatnya kita menentukan pilihan. Mari lakukan sekarang.
Open Office?
Bukan fokus ke boikot produknya. Percuma. Boikot mindset amerika saja.
Jadi sejatinya orang timur :)
Saya lebih memilih untuk tidak melakukan boikot terhadap apapun. Produk amerika apalagi, kita cuma nyari susahnya sendiri. Sudah saatnya untuk memilah, mana yang hakiki dan mana yang substansi.
Melihat lebih jelas ke dalam cermin, mungkin seharusnya kita yang DIBOIKOT
#1 ganti Open Office? Lha IP-nya punya Sun Microsystem gitu kok, kan kelihatan kalo lagi startup. Sampe sekarang SUNW masih beralamat di California.
Betul, baik MS Word atau OpenOffice adalah buatan Amerika Serikat. Oleh karena itu sudut pandang saya lebih pada “mencari produk alternatif” dibanding istilah “boikot” secara global. Pertimbangan saya pada masalah dana untuk membeli: kita dapat menghemat tanpa harus terjerumus pada keadaan yang lebih rendah lagi, yaitu sebagai pembajak.
kita=pembajak kita mau ngajak boikot?
ganti produk aja
masih ragu boikot? minimal dari kita sendiri heran masih ada aja yang bilang pake produk yang diboikot.taukah anda sebagian besar dana dari penghasilan penjualan barang banrang tersebut digunakan untk mempersenjatai militer mereka.itu sama artinya kita menyumbang peluru untuk mempersenjatai mereka yang digunakan untuk membunuh kaum muslimin.so masih niat pake produk mereka?ya kalo dulu kita msh minimal mulai hari inilah.stoop dan ganti produk mereka.jangan hanya produk AS tapi juga Zionist Israel dan yahudi..