Telkomsel Flash di Empat Lokasi di Bandung: Sensasi Mbps dengan Risiko Koneksi Fluktuatif

| 20 Comments | No TrackBacks

Berkah juga berada di kantor kecil yang memiliki staf keranjingan koneksi Internet. Setelah saya berinvestasi Telkom Speedy (ini eufimisme untuk “hiburan di rumah”), kisah percakapan teman yang punya usaha sampingan Warnet dengan salah satu PJI, hingga modem Vodafone dari CentrinOnline. Pekan ini Telkomsel Flash1 datang di kantor.

Modem Flash dari Huawei

Banyak muatan berat yang ikut: HSDPA, Mbps (betul, ini Indonesia, omong Mbps di rumah masih termasuk kategori “berat”), hingga harga modem yang praktis-namun-elitis atau jauh di atas rata-rata. Tantangan bagi Telkomsel adalah bersiap-siap memasarkan produk dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti dan risiko komplain dari pengguna. Semacam fraudband menurut Boy Avianto: bahasa pemasaran sudah menyetarakan dengan situasi di negara maju, infrastruktur masih warisan hari kemarin.

Waspada buat calon pelanggan adalah “di lapangan tidak selalu seindah paparan di lembar promosi”. Soalnya sehebat apapun standar kapasitas koneksi disebutkan, jika rasio sumber daya dan pemakai tidak dijaga, bak kucuran air ledeng di negeri kita lagi yang terjadi: bertekanan sangat tinggi di dekat mata air — coba nikmati air ledeng di daerah Dago, Bandung Utara; dan meratap-ratap disedot lagi dengan pompa air di daerah Bandung Selatan. Seperti cerita koneksi di daerah mahasiswa: konon harus berebut dengan rasio kapasitas dan konsumen di daerah padat maniak koneksi.

Seperti apa Telkomsel Flash? Menurut tulisan Agus Hery, Bandung adalah kota ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Modal modem yang langsung dicolokkan ke USB lebih mahal: produk Flash dari Huawei dipatok pada kisaran Rp 1,5 juta untuk PCMCIA dan 2 juta untuk USB. Itu harga paket lewat Telkomsel; pembelian terpisah malah lebih mahal.

Dua teman di kantor mencoba di empat lokasi yang berbeda: Geger Kalong (Bandung Utara), Cijerah (Bandung Barat), di sekitar Rumah Sakit Boromeus (Bandung Utara), dan di kantor PT SDDN (Bandung Utara).

Hasilnya: di SDDN diperoleh koneksi yang lebih baik dibanding lainnya, dengan prestasi pengunduhan berkas berukuran 330 MB dalam rentang waktu 40 menit. Saya hitung sekitar 1,1 Mbps. Hasil tersebut diperoleh dengan perjuangan yang berat: sering turun hingga koneksi terhenti dan sesekali mencapi 2,6 Mbps. Koneksi terbaik yang bertahan paling lama adalah 1 Mbps dalam rentang 30 menit. Catatan tambahan: pada jam istirahat siang koneksi lebih baik.

Geger Kalong paling mengenaskan pada percobaan ini: koneksi tertinggi yang diperoleh adalah setingkat layanan 3G GPRS2.

Di Cijerah HSDPA belum terjangkau, koneksi yang diperoleh baru UMTS. Dengan percobaan selama 3 jam terjadi sekitar belasan kali koneksi terputus dan kecepatan koneksi maksimal yang tercapai adalah 410 kbps. Informasi dari perangkat lunak Download Manager, diperoleh angka 20—44 kilobyte per detik. Dari skor empat maksimal yang disediakan aplikasi pengelola koneksi, koneksi di Cijerah memperoleh skor maksimal 2.

Rumah Sakit Boromeus terletak di kawasan utama belanja dan wisata Dago, Bandung. HSDPA tercatat aktif di sini, kendati demikian kecepatan koneksi tertinggi yang diraih adalah 720 kbps selama 45 menit, lebih sering di sekitar 200. Ini yang saya sebut: benarkah infrastruktur kita sudah mendukung promosi layanan yang dikabarkan kepada pelanggan?

Pengambilan tempat dan waktu uji coba di atas memang tidak dilakukan melalui persiapan secara khusus. Kedua orang tersebut hanya bergantian menggunakan sebuah alat, mencoba secara terpisah, dan secara umum respon yang lain di kantor adalah “tunggu dan lihat” akan perkembangan Telkomsel Flash. Kecepatan sangat tinggi memang menggiurkan, apalagi dengar-dengar jatah koneksi dapat dibeli dengan cara bayar di depan (pre-paid).

Yang perlu berhati-hati berkaitan dengan persoalan skalabilitas. Menyediakan standar kapasitas koneksi terhadap jutaan calon pelanggan tentu bukan pekerjaan mudah dan kita tidak ingin terjadi, “bagaikan GPRS berbulu HSDPA”. Dengan rentang kondisi koneksi yang sangat tinggi (dibanding rata-rata koneksi di Indonesia) dan seringkali jatuh hingga nol, pertanyaan yang sulit dijawab oleh teman saya adalah, Dapat berapa biasanya? Menangani perilaku koneksi yang seperti sulit diprediksi juga tidak nyaman. Saran tambahan untuk Telkomsel adalah tentang perhitungan waktu pemakaian: perbedaan waktu di aplikasi penghubung dan di halaman Web dapat menjadi persoalan.

Secara pribadi, teman yang mencoba koneksi Telkomsel Flash merasa “cukup puas”. Kelihatannya beberapa kekurangan yang masih menyertai layanan baru ini tertutupi oleh tingkat kecepatan yang masih “mencengangkan” ini.

Terima kasih kepada kedua teman yang dengan sabar memberi penjelasan dan mengingat-ingat rincian percobaan di atas.

1 Saya pilih tautan ke blog Mira Marsellia selain karena saya mengenalnya lewat beberapa pertemuan kegiatan di Bandung, Mira sendiri adalah staf di Telkomsel. Peringkat tulisan dia di Google hari ini pada posisi kedua untuk kata kunci “Telkomsel Flash”.

2 Koreksi dari teman yang menguji coba di daerah Geger Kalong, di sekitar Ciwaruga.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/567

20 Comments

Kata teman saya yang kebetulan bekerja di Telkomsel Cirebon, sampai 2 mingguan yang lalu, tower HSDPA di Bandung cuma sebiji (again, 2 minggu lalu, entah deh kalau sekarang udah di upgrade) jadi memang koneksi masih empot-empotan.

Masih lebih luas cakupan Indosat lah kayaknya untuk saat ini

Iyalah…, ngak recommend pake Telkomsel Flash, teman-teman juga banyak yang kecewa.., mending pake 3,5G Indosat.

wah janji manis yang diberikan telkomsel memang hanya sekedar bualan belaka rumah saya di daerah marga wangi ternyata malah kalah jauh dengan speedy dirumah saya hasil hanya di dapat GPRS saja tidak lebih, saya sangat kecewa udah beli modem yang dengan harga mahal hanya mendapat bualan belaka kalo bisa tingkatkan lagi qualitas dulu cakupan area 3,5G baru promosi bermodal pas-pasan hanya janji yang menggiurkan saja kasian deh gue udah ketipu brosur dan janji manis saja

yg penting juga mungkin edukasi pemakaian Internet volume-based charging..apalagi kl yg pake windows..

moga bener2 jd hsdpa :D

driver ubuntu-na geus aya can euy? :)

nah lo… produk apa lagi nih ??? mahal gak abonemennya mas??

hmmh.. lumayan buat kalo lagi di perjalanan

Oh gitu yah. Thanks nich informasinya.

Udah make flash di Jakarta… Kalo di Pondok Indah mah ‘amazing’ lah. Tapi sebenernya, paling kerasa buat saya kalo lagi di pojokan Indonesia entah di mana tapi masih ada sinyal Telkomsel. Akhirnya ada alternatif internetan dengan biaya cukup terjangkau (pake GPRS biasa? No way, tekor abisss!)… Walaupun kecepatan mentok di GPRS, tapi yang penting ada internet :P

Ya, tapi market itu sebenarnya unik pak, kaya pareto aja, saya kira 80% pelanggan internet itu orang awam yang cuma cek email dan chat doank. Karena itu broadband ato gak, kualitas jelek ato gak, tetep aja laku telkomsel tuh.

Saya nemu blog ini lewat google. dan saya kira sangat berbobot isinya. Keep writing mister.

moal aya driver keur ubuntu na euy, urang ngeus neangan…. teuacan kaluar sigana mah …. :(

Hu-uh telkom kok lemot bgt yach

kenapa saya kalau pakai HSDPA USB Modem, model E 220 , Sampai saat ini saya kesulitan kalau masuk ke room camfrog, ( www camfrog.com) tapi kalau saya paki IM2 kok bisa . saya sudah komplain ke telkom sel masih mbulet, jawabannya kok ngga ada yg masuk akal. tolong saya diberi solusinya.

Walah.. untung sempet baca postingan ini.

Kemaren rabu (17/10) dalam perjalanan menuju Jakarta, saya di menerima telfon dari Telkomsel Bandung. Intinya mereka menawarkan Flash, karena memang aktivitas GPRS kartu simpati saya yg tinggi.

Udah mikir-mikir sih mo ikutan. Tapi.. melihat kondisi konakesi untuk Bandung (coret) Selatan yg sedemikian TIDAK ADA HSDPA.

Wah trims Mas/Om atas infonya..

heehhehe, tp jgn under estimate dulu. T-Flash bakal ngeluarin paket volume based semuanya quote 3gb. cuman yg bedain speednya, 125 ribu dpt 256 kbps mentok, 225rb dpr 512 kbps, 400 up to 3.6mbps dengan prasarana HSDPA (hanya bisa berandai)

saya sudah pakai nih tflash dan memang lambuat! sering kecepatannya hanya 0 bps karena di tempat saya hanya ada sinyal EDGE. tapi ya masih mending ketimbang gak ada internet sama sekali.

pake telkomsel flash sangat menyebalkan, koneksinya sering putus-putus, aksesnya juga LAMBAAAAAAAAAT banget. coba deh lihat penglaman gue.klik disini

Kalo di daerah marghayu gimana? Lbh baik pake m2 ato tel.flash?

Tolng d jwb!

Hatur nuhun

koneksi nya LEMOT.. iklan nya palzu semua.. masih cepat sepeda ontel sya daripada kecepatan koneksi telkomsel Flash.. “PALSU”…!!!.

mw cepat tp murah??? naik bis executiv aja mahal ongkosnya. kecuali mw naek kereta api ekonomi,, bejubel tuh. bau deuih.

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on July 4, 2007 4:13 PM.

Peringkat Atas Entri Flickr di Google was the previous entry in this blog.

IndosatM2: Cicilan Modem dan Layanan 3.5G is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261