Pemakaian Foto di Flickr oleh One Comm

Sebelum One Comm, saya pernah dimintai izin pemakaian foto saya untuk pengajian muslim di Amerika Serikat dan salah satu konsultan di Bappenas. Keduanya menggunakan foto-foto tersebut untuk edaran (newsletter) mereka dan karena media tersebut berlisensi terbuka, pemakaian foto tersebut masih sesuai dengan lisensi Creative Commons Share-Alike yang saya pasang.

Ketentuan Share-Alike tersebut saya jelaskan kepada One Comm dan karena mereka menggunakan foto saya untuk keperluan komersial, transaksi dilakukan. Berdasarkan keterangan yang saya peroleh dari Enda Nasution — sebagai teman yang bekerja di bidang periklanan — bagian penting yang perlu saya perhatikan adalah: pemakaian model di dalam foto, lama pemakaian foto, dan eksklusivitas. Foto yang dipilih One Comm tidak mengandung model foto, durasi yang digunakan untuk foto adalah untuk satu keperluan di hari raya Idul Fitri kali ini, dan foto tersebut tidak dipakai secara eksklusif.

Yang menarik bagi saya: One Comm sudah memulai “berburu” foto di Flickr. Ini kisah baru di negeri kita, pada saat hiruk-pikuk partisipasi khalayak mulai masuk ke wilayah yang dipertimbangkan oleh pelaku bisnis. Setelah penulis blog dibesarkan dari ribuan bazar situs yang merekah, akan sampai pada fotografi amatir yang marak oleh teknologi foto digital dan galeri penuh waktu dan murah meriah.

Menurut pihak One Comm saya merupakan pemakai Flickr kedua yang mereka pilih kerja sama. Budi Sukmana, teman blog foto yang antusias berbagi ilmu fotografi lewat Google Talk, mengusulkan agar saya menulis tip pengalaman ini. Saya pikir tidak ada yang istimewa, justru menurut saya lebih baik kita menyarankan agar lebih banyak lagi pihak yang mulai melirik kemungkinan “membesarkan” amatir, dengan tujuan lebih banyak kisah dapat diekspos.

Saya pernah mengikuti layanan penyedia stok foto yang bermarkas di Inggris. Mereka hanya meminta pemasok foto menyediakan tag khusus di Flickr dan seleksi akan dilakukan berdasar foto dengan tag tersebut. Namun pada akhirnya saya merasa kriteria mereka sulit diikuti: foto yang masuk hitungan mereka berisi momen yang sangat istimewa, semisal foto publik selebritas kelas dunia atau peristiwa besar yang penting. Saya jauh dari dunia tersebut dan — seperti halnya blog — memotret adalah pekerjaan bersenang-senang yang saya kerjakan sembarang waktu dan tempat.

Secara teknis kamera digital saya hanya berkapasitas 2 mpex ditambah kamera-telepon seluler 1,3 mpex, tentu sulit menerobos kriteria foto indah untuk cetakan berukuran besar atau berkualitas tinggi. Budi Sukmana juga yang menunjukkan contoh-contoh hasil fotografi dari Jepang yang diambil dengan kamera “seadanya”, namun tetap indah dan membawa perasaan si pemotret.

Akan halnya lisensi untuk foto-foto saya di Flickr, saya sempat mempertimbangkan tambahan larangan pemakaian komersial secara langsung (Share-Alike No Commercial), namun setelah saya pikirkan untuk saat ini, tetap akan digunakan Share-Alike. Dengan demikian tetap dapat dipakai untuk menghasilkan keuntungan komersial bagi orang lain, sepanjang tetap mengikuti ketentuan Share-Alike.

Lepas dari urusan komersial dan lisensi di atas, dua hal yang saya nikmati dengan aktivitas blog adalah memainkan jari di atas papan ketik dan memijit tombol kamera.