Bersamaan dengan kondisi ekonomi yang meredup di negara-negara maju dan berakhirnya era keemasan dot-com, bertambah terus perusahaan multinasional yang melakukan relokasi ke negara lain. Karena pertimbangan yang digunakan murni persoalan ekonomi, maka kriteria yang digunakan adalah upah tenaga kerja lebih rendah dan ketrampilan tidak terlalu jauh berbeda.
Untuk Asia, negara yang menjadi incaran relokasi sekarang ini adalah Cina dan India. Terhitung Microsoft dan Yahoo! sudah membangun pusat pengembangan di sana. Sedangkan IBM yang memang sudah memiliki laboratorium riset di India, hendak memindahkan pekerjaan baru lagi ke India dan Cina. SAP yang bermarkas di Jerman pun tidak ketinggalan membuka laboratorium di Shanghai, Cina, dan Bangalore, India.
Berbalik dengan peluang yang muncul di negara tujuan dan aliran
devisa yang mengalir, sejumlah persoalan non-teknis masih perlu
disiasati. Sejumlah perusahaan besar tersebut berpendapat bahwa
pengalihan lokasi kerja ini berpotensi menarik perhatian dari
sisi politis, berkaitan dengan persoalan penyerapan tenaga kerja
misalnya. Bahkan menurut Jack Trout, petinggi Trout & Partners,
menyebut, Persoalannya adalah perusahaan-perusahaan tersebut
belum yakin hal ini benar secara politis untuk dibicarakan.
Alhasil, beberapa perusahaan berusaha menghindari ekspos terbuka
pada persoalan ini. Microsoft di India misalnya, melepas identitas
perusahaan pada bis karyawan dan perusahaan lain seperti Infosys
Technologies menghentikan pengenaan identitas perusahaan terhadap
karyawan. Belum lagi kecaman di dalam negeri sendiri seperti yang
dipaparkan Alan Tonelson
dari Badan Bisnis dan Industri Amerika Serikat,
Perusahaan-perusahaan itu membayar dengan upah Cina dan menjual
dengan harga Amerika.
Protes serupa juga dilontarkan oleh para
pekerja asuransi di Inggris terhadap rencana
pemindahan pekerjaan ke India. Prediksi yang dilakukan Amicus
menyebut angka dua juta pekerjaan akan hilang dari Barat ke India
sampai tahun 2008 nanti. Hitungan lain yang dilakukan Aviva menyebut
ongkos tenaga kerja di India lebih rendah 30-40% sehingga perusahaan
dapat menyediakan layanan 24 jam dengan kepindahan tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia sendiri yang pernyataan upah tenaga kerja lebih murah masih disodorkan dan TI pernah diharapkan dapat diisi lewat investasi perusahaan asing? Selain persoalan sosial yang masih memunculkan sejumlah tanda tanya bagi investor asing, kualitas tenaga TI di negara kita secara komunitas belum atraktif. Artinya, peluang relokasi perusahaan multinasional dan outsourcing ke negeri kita masih berupa gerakan sporadis dan belum akan berdampak signifikan dalam waktu singkat.
Dari catatan yang ditulis oleh Sigma, perusahaan yang mempelopori Bali Camp, pada akhir tahun 2003 ini pasar perangkat lunak di Indonesia tumbuh pada angka 25%. Pasar tersebut masih didominasi pihak asing dengan tingkat penguasaan hingga 80%. Sedangkan pada informasi tentang outsourcing disebutkan bahwa prediksi untuk tahun 2004 angkanya akan meningkat cukup besar. Sekalipun demikian, umumnya pasar outsourcing di Indonesia masih berkisar pada pemain dalam negeri.
Pemain TI di India menarik untuk disimak, karena mereka mengembangkan modal kepakaran dan kewirausahaan untuk menarik pemodal besar ke dalam negeri. Tenaga ahli dari India yang mengisi ceruk pasar tenaga kerja di Amerika terlihat menonjol pada sektor basisdata dan aplikasi. Di majalah Oracle misalnya, pada setiap edisi senantiasa ditampilkan profil dari India, baik yang berada di kawasan teknologi tinggi semacam Lembah Silikon Amerika, ataupun yang mengembangkan dari tanah kelahiran mereka. Dari sisi kewirausahaan, sebagian dari imigran ini menyusun perusahaan kecil yang gesit dan spesifik bidangnya. Perusahaan-perusahaan ini menyerap banyak kontrak di Amerika dan mengerjakannya sebagian di India. Secara tidak langsung mereka menyusun komunitas yang dapat saling bekerja sama antara perantau dengan tenaga ahli di dalam negeri.
Sedangkan dari Cina, perkembangan ekonomi yang bagus di daerah selatan, seperti halnya Shanghai, telah menarik pulang banyak imigran dari perantauan. Manufaktur perangkat keras, seperti Intel, telah menanamkan investasi di sana.