Dunia menjadi lebih kecil dengan adanya Internet, dan bertambah sempit lagi gara-gara mailing list. Diskusi serius yang ramai pengunjung atau pendapat ada di mailing list; lainnya lagi menjadikan mailing list tempat sekadar kumpul yang bersifat sangat primordial, sehingga forum tersebut hanya sekadar menggantikan daftar alamat email, supaya praktis.
Saya sebut mailing list menyempitkan dunia, karena isu yang beredar di sana benar-benar luar biasa cepat beredar dari satu tempat ke tempat lain. Beberapa anggota malah seperti kecanduan meneruskan isu yang dianggap menarik ke mailing list lain yang diikuti. Tidak jarang bisa sampai dobel. Sebagian anggota beranggapan bahwa dengan menyalinkan berita dari tempat lain adalah tanda ikut serta di sebuah mailing list dan dianggap lebih baik daripada sekadar memantau diskusi. Tentu saja hal ini tidak ada hubungan dengan kebijakan Yahoogroups yang mengharuskan minimal setiap tiga bulan terdapat sekurangnya satu email dikirim ke mailing list sebelum ditegur oleh mereka.
Karena anggapan seperti itulah, saya masih menerima email yang berisi berita keliru tentang Jacques Yves Costeau di tahun 2004 ini yang dibantah pada tahun 1991. Parahnya, di mailing list yang sama pada tahun 2002 lalu saya menerima pesan serupa. Namun bagaimana hendak disalahkan pengirimnya: siapa yang mau menelusuri arsip mailing-list yang jumlahnya ribuan entri?
Pesan yang dikirim berulang di sebuah mailing list memang tidak terhindarkan, namun cobalah periksa dulu seandainya yang hendak diteruskan ke mailing list lain tersebut berita yang terlihat meragukan atau klaim sepihak. Namun bagaimana untuk berita yang memang benar dan ingin disebarluaskan?
Demikianlah… kemarin saya telepon teman yang ada di Düsseldorf, Jerman, dan pada saat kami membicarakan berita yang hangat hari-hari ini, dia langsung menyebut berita tentang Nelson Tansu, profesor termuda asal Indonesia, yang diperoleh dari mailing list. Wah, saya juga memperoleh email yang sama pada tanggal 20 Maret lalu! Kami berdua tertawa karena email yang kami terima lewat mailing list ternyata sama. Pada tanggal 20 Maret itu juga, saya penasaran ingin memeriksa informasi tentang Tansu di Web. Hasilnya antara lain: di portal Lintau, yang beralamat di Padang, Indonesia, berita tersebut sudah dimuat pada tanggal 27 Maret. Isinya sama persis, benar-benar salin-tempel. Sampai-sampai penulis di Lintau tidak menyadari bahwa di paragraf paling akhir tulisan tentang profesor muda ini terpotong begitu saja. Entah kenapa.