Jika di dalam undangan pernikahan sering diminta orang yang diundang untuk tidak membawa kado, bolehkah saya minta agar jangan mengirim saya lampiran (attachment) email dalam format proprietary (baca: format Microsoft Word). Maaf, ini bukan persoalan sentimen anti-Microsoft atau saya meremehkan kemampuan pengirim email dalam hal menghindarkan lampiran tersebut dari virus, melainkan coba pertimbangkan beberapa hal di bawah ini.
Pertama dan penting sekali: sadarkah saudara dengan peribahasa kepala sama berambut, pikiran lain-lain? Ya, saya — seperti halnya saudara-saudara sekalian — sama-sama sebagai pemakai Internet dan menikmati kepraktisan email, namun apakah saya punya alat bantu untuk membaca isi lampiran tersebut? Saya menggunakan Linux dan Microsoft belum pernah melansir versi Microsoft Word di sana. Jangan minta saya untuk memasang Open Office misalnya, karena komputer saya sudah sibuk melayani pengunjung Web. Jika saya meminta perhatian tersebut, sebenarnya dalam rangka mewakili ribuan pemakai komputer lain yang barangkali, dengan satu dan banyak alasan, tidak memiliki alat bantu tersebut. Hargai kondisi kami.
Seandainya saya pun menggunakan Microsoft Windows (ah, benar, saya sering mampir di notebook yang digunakan anak-anak dan di sana masih menggunakan Windows XP), apakah saya otomatis memiliki Microsoft Word? Harga produk mereka versi terbaru masih mendekati Euro 300, atau saudara meminta saya mencari versi 97 di Ebay? Jadi tolong sekali lagi pertimbangkan harga ini — dan, ehm, maaf, saya tidak tertarik CD kucel dengan judul Microsoft Word ditulis menggunakan sablon kualitas kaos itu.
Terpaksa, dokumen saudara saya baca menggunakan utilitas catdoc di Linux yang fungsi utamanya membuang semua tag format DOC dan tinggal menyisakan teksnya saja. Dengan demikian dokumen yang saudara susun dengan indah, dan tentunya menghabiskan sekian jam-kerja, akhirnya saya baca sebagai teks polos.
Apa mau dikata, lampiran dengan format Microsoft Word harus diakhiri.
Ah ya, sebelum lupa: Microsoft Excel, PowerPoint, dan lainnya juga termasuk dalam penolakan di atas.
[12 Sep] Saya menerima kritik tentang tulisan ini dan saya bahas sebagai artikel tersendiri di Tulisan “Jangan Kirimi Aku Format MS Word” Dikritik Sebagai Arogan.
setuju pak! saatnya mengeliminasi format proprietary sebagai ‘katanya-standar’ format.
sebagaimana eliminasi HTML pada email :P.
yang lagi dilematis dengan format PDF, di satu pihak dia proprietary, di lain pihak dia Postscript base, di pihak lain dia confinient banget
Kalau saya, malesnya dapat MS-Word, karena file size nya gede… hehehe.. .txt saja dah… ** ah, moga2 si pengirim tidak menjawab dengan, “Wah, kalau txt, tidak bisa kelihatan bold nya donk… “
huhuhuhuh
Hm… saya juga susah baca Ms-Word karna memang saya sengaja pake Linux(single OS) di komputer kamar saya. Jarang pake MS-Win juga sih :( . Cari HALAL-nya.
Kalau mau mengejar standard sih menurut saya alternatif yang lebih tepat adalah LATEX. Lebih standard dan cukup tangguh tapi memang tetap perlu sebuah Perjuangan!!!
Dewa, jangankan pemakai email pada umumnya, beberapa mahasiswa program studi yang berkaitan dengan penulisan dokumen menggunakan Latex (misalnya Matematika, Fisika), malah belum tahu ada “dunia hebat” (ya, Latex bukan hanya alat bantu lagi, tapi sudah menjadi dunia tersendiri) pemformatan dokumen tersebut.
Sebenarnya, apabila dikehendaki dokumen yang berformat, HTML cukup memadai dan bisa ditampilkan di hampir semua platform. Tentunya sebagai sisipan, bukan otomatis dituliskan sebagai isi email itu sendiri.
kalo .RTF , oom?..