Sejauh mana perbedaan menggunakan trik HTML untuk keperluan mengirim email spam dan menggunakannya untuk melacak email? Salah satu teknik yang mulai diimplementasikan oleh banyak Webmail adalah memblok gambar dari server lain dengan tujuan menghindari identifikasi yang dilakukan pengirim email spam. Namun uniknya, pada sisi lain, kepentingan komersial pemasang iklan yang menghidupi layanan gratis penyedia jasa Webmail: terpampang iklan alat bantu pelacak email yang menjanjikan dapat menyajikan informasi email yang dikirim sudah atau belum dibaca oleh penerima.
Karena mekanisme pengiriman pesan lewat email tidak menyediakan teknik secara khusus untuk notifikasi sebuah pesan sudah dibaca oleh penerimanya atau belum, maka trik yang dilakukan oleh penyedia jasa seperti ini adalah lewat email berformat HTML. Entah dengan menyisipkan kode ke gambar, skrip, atau teknik lain yang memungkinkan pembaca email menghubungi server penyedia jasa dan notifikasi ini tersedia sebagai informasi kepada pengirim email bahwa pesan yang dikirim sudah dibaca.
Walaupun saya belum pernah menggunakan jasa seperti itu, namun jika dilihat dari cara kerja yang disodorkan beberapa layanan pelacak email, terdapat dua mekanisme yang banyak digunakan.
- Lewat plug in yang dipasang di klien email.
Email yang dikirim dimodifikasi oleh plug in dengan ditambahi kode tertentu. Kode tersebut akan terbaca oleh klien email penerima dan mengaktifkan notifikasi bahwa sudah dibaca. Status hasil notifikasi ini disimpan di server penyedia jasa dan pengirim dapat membaca status tersebut dengan alat bantu yang mereka sediakan. - Lewat server email yang mereka sediakan.
Email tidak langsung dikirim ke alamat tujuan, melainkan “dibelokkan” terlebih dahulu ke sebuah server. Sebagai misal, email hendak dikirim untuk sebuah alamat palsu@example.com dan penyedia jasa menggunakan domain lacakemail.com; si pengirim diminta mengubah alamat tujuan email menjadi palsu@example.com.lacakemail.com. Dengan demikian, email yang dikirim tidak langsung menuju palsu@example.com melainkan diterima oleh mesin dengan nama example.com.lacakemail.com yang sebenarnya milik lacakemail.com. Setelah email diterima, alamat tujuan “dinormalkan” lagi menjadi palsu@example.com, kode pelacakan ditambahkan ke dalam email, dan email diteruskan ke tujuan sesungguhnya. Tentu saja penerima email tidak mengetahui begitu saja bahwa email yang dia terima telah “singgah” terlebih dahulu di tempat orang lain.
Inti dari kedua cara tersebut adalah melakukan modifikasi isi pesan sehingga trik untuk pelacakan dapat ditambahkan tanpa merepotkan penulis email. Oleh karenanya trik ini bekerja pada jenis email HTML yang memang sangat dimungkinkan diboncengi kepentingan seperti di atas. Ada juga penyedia jasa yang sudah menyediakan alat bantu untuk melacak dokumen terformat lainnya, semisal berkas Microsoft Word atau Microsoft Excel.
Sebelum bisnis pelacakan email seperti ini marak, Pegasus Mail — yang merupakan salah satu produk awal klien email — sudah menyediakan pilihan mengaktifkan konfirmasi untuk email dan mekanisme ini bekerja antar-Pegasus Mail. Selain itu, terdapat juga bagian dari tajuk email, X-Confirm-reading-to, yang sekalipun dikaitkan dengan RFC 822, namun berstatus tidak baku. Artinya hal tersebut diimplementasikan secara terbatas sebagai fasilitas antar-klien email seperti halnya kasus Pegasus Mail dan tidak dapat “dipaksakan” harus diikuti oleh klien email lainnya. Selain itu, pengelola server email dapat menghentikan fasilitas tambahan konfirmasi seperti ini.
Dengan perkembangan teknik pengelolaan email dan kepentingan lebih luas yang dijadikan bisnis terutama untuk keperluan pemasaran produk secara massal (mass marketing), tentu pengertian pelacakan email yang disodorkan saat ini lebih canggih dibanding yang telah tersedia di Pegasus Mail misalnya.
Persoalan lain yang tidak kalah penting adalah kenyamanan itu sendiri. Di sisi pengirim email tentu memuaskan mengetahui lebih rinci jumlah email yang sampai ke tujuan dan dibuka oleh penerimanya, dan tentunya informasi lain yang bersifat profiling, misalnya lokasi geografis penerima dan spesifikasi alat bantu yang digunakan. Namun pada sisi sebaliknya: bagi penerima email hal seperti ini justru menciptakan “ancaman psikologis” bahwa aktivitas mereka dengan email tersebut dikuntit oleh orang lain lewat kode yang disisipkan. Baik berupa identifikasi untuk keperluan pengiriman email spam atau profiling pemasaran secara sembunyi, keduanya menciptakan ketidaknyamanan.
Dari salah satu kutipan pendapat Rob Dwight, ICSTIS, disebutkan, Di mata konsumen, baik pengirim spam atau mereka yang menawarkan layanan yang memiliki legitimasi akan sama dianggap salah.
bagus!