Jika hari ini saya libur menulis blog, siapa yang akan komplain? Pembaca yang datang ke sini karena dituntun oleh mesin pencari jelas tidak, karena mereka umumnya baru tahu tentang situs Web ini. Pembaca saya yang memang punya kebiasaan rutin menjenguk situs ini? Belum tentu, karena saya yakin mereka memiliki rujukan yang lebih penting untuk dikunjungi. Atau, terakhir, mereka yang memantau perkembangan situs ini lewat pembaca RSS? Mereka juga sulit untuk komplain, karena tidak ada kewajiban apapun dari saya untuk selalu menulis perkembangan berita setiap hari. Kalau istilah yang lebih informal: suka-suka saya saja.
Namun bagaimana halnya dengan media massa resmi? Mereka harus menulis perkembangan terakhir secara terus-menerus. Karena ada tuntutan profesi dan orang-orang di sekitarnya yang harus dihidupi. Keuntungannya: kita dapat mengikuti berita dari waktu ke waktu dengan kecepatan yang kian bertambah, apalagi di zaman Internet sekarang ini.
Persoalannya: dengan kecepatan yang luar biasa tersebut, penguatan gaung yang ditimbulkan juga mencengangkan, dan jika berita tersebut baru berupa dugaan, maka yang terjadi belum apa-apa sudah “diadili” oleh pers, trial by the press. Coba perhatikan: begitu Reuters menyebut bahwa Jamaah Islamiyah menulis pernyataan di situs Web bahwa mereka mengirim bom bunuh diri ke Kedubes Australia di Jakarta kemarin, maka mendadak sontak dugaan Jamaah Islamiyah berada di balik peledakan bom tersebut beredar di hampir semua media. Penjelasan Reuters sendiri bahwa klaim tersebut tidak mungkin segera dapat diverifikasi, karena ditulis di sebuah situs Web forum publik, yang berarti ada kemungkinan palsu, menjadi kurang penting, atau malah diabaikan, oleh pembaca. Lebih buruk lagi, sudah cukup banyak hasil penelitian bahwa para pembaca instan halaman Web umumnya bekerja dengan tergesa-gesa, hanya mencari bagian pentingnya, dan banyak informasi terlewat.
Termasuk koran nasional Belanda pagi ini yang saya baca menulis Al Qaidah dan Jamaah Islamiyah sebagai subtitel. Pernyataan Ba’asyir sendiri justru mengutuk penyerangan tersebut dan karena hanya diekspos di Detik.com, gaungnya tidak sekeras tulisan di Reuters.
Kasus penggunaan media digital tanpa verifikasi juga pernah digunakan sebagai alasan dalam peledakan bom di rumah susun di Jakarta pada era Orde Baru. Email digunakan sebagai salah satu barang bukti.
Barangkali memang benar Jamaah Islamiyah yang melakukan serangan tersebut, dan hal itu di luar pembicaraan materi di situs ini. Yang lebih penting adalah: jangan sampai pernyataan tanpa verifikasi seperti halnya di situs Web publik digunakan secara langsung untuk menciptakan sebuah prasangka terhadap sebuah kasus. Apalagi untuk urusan yang tidak main-main seperti ini.
kalo libur nulis 2 - 3 hari gak papa mal, kalo libur nulis terus - terusan kayak punya mdamt :) ya jangan. nanti saya baca apa?
Iya yah.. mdamt sudah berapa lembar kalender liburnya… :)