Tulisan "Jangan Kirimi Aku Format MS Word" Dikritik Sebagai Arogan

| 4 Comments | No TrackBacks

Salah satu teman yang cukup dekat melayangkan kritik terhadap tulisan saya, Jangan Kirimi Aku Format MS Word. Disampaikan lewat percakapan di Yahoo! Messenger, disebutkan bahwa tulisan tersebut bernada arogan, disertai beberapa keberatan dia. Diskusi berlangsung dua arah. Sekalipun hal ini percakapan pribadi, namun karena menyangkut tulisan saya yang dikonsumsi publik, saya ingin mengungkapkan di sini.

Sebelum saya paparkan argumen yang disebutkan pada kritik tersebut, saya ucapkan terima kasih atas kritik. Salah satu bagian penting dalam dunia penulisan adalah kritik sebagai bahan pembelajaran.

Pertanyaan penting yang diajukan sebagai alasan bahwa tulisan tersebut bernada arogan adalah,

  • bagaimana orang mengirim dokumen kepada saya? Terutama oleh mereka yang belum memahami pengertian-pengertian yang “dianggap lebih rumit” seperti format teks, Latex, dan lain-lain.
  • apakah tulisan tersebut memang ditujukan kepada sekelompok pembaca elit yang sudah faham TI, sedangkan masih banyak orang yang bahkan pengertian sederhana seperti papan ketik, RAM, CPU, pun belum mengerti?
  • pengantar tulisan tersebut bercerita tentang kesulitan yang saya alami dengan format Microsoft Word dan hal itu dapat diterima, namun kenapa kemudian digeneralisir untuk semua orang, dan menjadi “mengatur-atur orang lain”?

Artikel tersebut termasuk tulisan dengan gaya persuasif dan saya memosisikan diri sebagai pihak yang mengajak dengan cara bersikap. Sedangkan sikap yang ditonjolkan adalah tidak memihak pada sebuah format tertutup (proprietary) dan sependek pengertian yang saya terima: standar etis yang digunakan untuk berkorespondensi dengan email cenderung memudahkan semua pihak. Justru dengan menghindar dari format-format data tertutup, email menjadi mudah bagi semua orang; dan jika anda merasa disulitkan dengan pengertian “format data” dan sebagainya, saran saya juga pendek: ketikkan saja email apa adanya seperti halnya yang telah kita lakukan bertahun-tahun dengan mesin ketik.

Yang menjadi persoalan memang lampiran di dalam email. Karena saya terima dalam kondisi yang tidak dapat dibaca, maka besar kemungkinan dokumen tersebut diperlakukan “semena-mena” seperti yang saya ceritakan pada artikel tersebut. Di samping kemungkinan lain bahwa lampiran itu tidak dapat saya baca sama sekali.

Sedangkan pada pertanyaan kedua tentang kelompok pembaca yang dianggap sebagai sasaran tulisan, saya tegaskan bahwa tidak ada pembatasan apapun. Semua orang yang merasa #direktif ini adalah bacaan baginya, maka untuk merekalah tulisan tersebut dibuat. Bagi pembaca yang merasa kesulitan memahami pengertian yang ditulis di sebuah topik, sila dikemukakan di bagian komentar; seimbang halnya yang berpendapat lain atau menyebutkan tambahan informasi. Akan halnya pembaca yang merasa perlu informasi lain yang lebih dasar, seperti dicontohkan pengertian papan ketik, RAM, barangkali artikel di sini tidak cocok, dan saran saya: lebih baik informasi tersebut diperoleh dari situs lain yang menekuni persoalan yang diperlukan itu.

Sama sekali bukan maksud saya tidak memedulikan kelompok pembaca yang perlu hal-hal mendasar tadi, namun benar-benar karena saya seorang diri tidak sanggup mengulas semua aspek TI. Saya juga pernah mendapat kabar dari Andika Triwidada, pada salah satu kegiatan rekrutmen yang diikuti olehnya sebagai pewawancara, dia mendapati topik yang ditulis di Wiki#direktif pun (yang direncanakan berisi penjelasan mendasar) sulit diikuti dari sisi pengertian teknis oleh beberapa orang yang diwawancarainya. Jadi apabila dilihat dari sisi “hikmah”, maka peluang penyusun situs Web berisi informasi hal-hal yang lebih mendasar, dan kemungkinan besar dengan cara lain yang lebih mengena, masih terbuka luas. Saya akan ikut bergembira seandainya ceruk ini segera diisi oleh penulis Web yang antusias.

Kelompok yang saya tulis menghadapi kesulitan tidak memiliki alat bantu, seperti halnya saya, untuk membuka berkas dengan format tertutup yang diterima, juga bukan sebuah kelompok khusus, melainkan sebuah kemungkinan yang akan muncul. Sekalipun barangkali jumlah orang ini tidak banyak, tidak ada salahnya peduli dengan kesulitan tersebut.

Saya juga mengakui bahwa tampaknya saya terlalu gegabah melakukan generalisasi hanya berdasarkan contoh kesulitan yang saya alami. Akhir kalimat Apa mau dikata, lampiran dengan format Microsoft Word harus diakhiri pada bagian kesimpulan terbaca sebagai saya memaksakan kehendak dengan “harus” dan karena tidak dilengkapi keterangan tentang sasaran pernyataan tersebut, sehingga seolah-olah saya melakukan tindakan generalisasi untuk melarang semua lampiran di semua urusan.

Realistis saja: kuasa apa yang saya miliki untuk melakukan pengharusan kepada setiap orang, dan alangkah konyolnya jika hanya karena kasus saya seorang diri kemudian digeneralisasi untuk semua hal. Pun saya tidak menggunakan penjelasan ini sebagai apologi untuk tindakan defensif saya mempertahankan tulisan tersebut. Apabila anda merasa sensitif dengan permintaan saya dan ajakan saya “berharus ini dan itu”, tolak saja permintaan tersebut dengan argumen anda sendiri dan gantilah “harus” dengan “seharusnya” atau “sepatutnya”.

Saya sangat berharap bahwa jika muncul anggapan arogansi di sana, maka hal itu lebih pada metode penulisan, dan sudah menjadi komitmen saya untuk terus memperbaiki kualitas cara menulis. Sebuah blog yang berisi kritik atau resensi terhadap karya tulis, termasuk blog itu sendiri, tampaknya menarik, sehingga kualitas artikel yang dipasang bertambah bagus dan profesional, seperti halnya yang sudah berjalan di media cetak. Ada yang berminat memulai?

Demikianlah, sila beri masukan dan kritik untuk tulisan saya: baik lewat form komentar yang tersedia di setiap artikel atau lewat Halaman Kontak apabila ingin mengirim saran secara keseluruhan. Terima kasih.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/222

4 Comments

hill-up… Saya tidak melihat adanya arogansi dalam tulisan Amal sebelumnya. Begitu pula dalam tulisan ini. Saya menganggap artikel tersebut sebagai bentuk penolakan yang cukup halus dan masuk akal.

Menurut saya, penerima email berhak menentukan format apa yang dia terima dan mana yang dibuang. Bahkan suatu hal yang sangat bagus, dengan membuat pengumuman ke publik(teman2 yang mengirimi email).

Seseorang yang memaksakan untuk mengirim sesuatu yang sebelumnya telah ditolak, berarti sudah melakukan pelanggaran terhadap hak penerima. Jika pembaca tidak setuju; bayangkan dengan spam yang anda terima? apakah anda menginginkannya?

Sekian.

Halo lagi, mas.. Saya pun seringkali dibuat tak berdaya dan akhirnya menyalin .sxw ke .doc di OO.org. Masalah tataletaknya mungkin jadi berantakan sih bukan urusanku lagi lah! ;)

Saya kira masalahnya adalah pemahaman etika. Rasanya tidak banyak orang yang menyadari perlunya permisi dulu sebelum mengirim berkas. Jika etika ini dijalankan, keinginan mas Amal tidak ingin dikirimi .doc tentu bukan arogansi lagi.

Belum lagi, pengetahuan setiap orang akan format file bisa berbeda. Saya pernah menemui orang yang ngotot bahwa file .sxw saya harus bisa dibuka di Word! versi Mac pula :D (rasanya ada OO.org versi Mac, tapi waktu itu nggak sempat memetik) dan itu terjadi setelah saya jelaskan bahwa formatnya berbeda. gubrak!

Masalah lainnya, mungkin OO.org belum dapat ‘diterima’.. karena belum punya ‘feel’ seperti MS-Word —-walau saya juga tak paham ‘feel’ macam apa, karena OO.org baik-baik saja buat saya. Lain halnya dengan Firefox. Saya pasang sekali, seminggu kemudian, teman-teman yang sudah saya beritahu nikmatnya ‘tab browsing’, dll akan menyarankan pada temannya: ‘pakai mojila aja!’ :)

saya sekarang cenderung melakukan pertukaran file dengan format .pdf, walaupun saya tahu kalau format .pdf itu sendiri termasuk proprietary tapi AFAIK, hampir di semua sistem operasi pasti ada PDF Reader yang gratis.

Lain halnya kalau file tersebut merupakan file yang akan diedit ramai-ramai, ya kalau begini sih lewat web saja, pakai wiki atau weblog, nanti kalau sudah fix baru di copy paste =)

Saya kira setiap orang punya keyakinannya sendiri untuk melakukan apa yang dianggapnya paling mendekati kebenaran (menurut logikanya).

Tools apapun yang ada, bisa digunakan untuk pencapaian kebutuhan. Jadi tidak harus menggunakan tools A atau tools B, karena tentu pemilihan tools oleh yang bersangkutan adalah yang paling memenuhi kebutuhannya saat itu.

Namun, keputusan akan berubah ketika tingkat dan jenis kebutuhannya juga berubah. Seorang montir tentu punya alasan kuat mengapa dia harus memiliki banyak jenis obeng atau tang. Atau seorang koki masak harus memiliki beberapa jenis pisau. Atau seorang dokter bedah harus memiliki dan menguasai alat-alat bedah. Kesemua tools tersebut akan digunakannya pada kondisi yang paling memenuhi kebutuhan saat itu.

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on September 12, 2004 12:47 PM.

Pernyataan "Jamaah Islamiyah" Ditulis di Forum Publik was the previous entry in this blog.

Tulisan Priyadi tentang Anne Menimbulkan Kegusaran is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261