Selama perbaikan komputer pada pertengahan bulan Oktober lalu, saya pindah sementara menggunakan notebook yang sehari-hari dipakai oleh anak-anak, dan yang terpikir pertama kali adalah klien email. Bagaimanapun, pesan yang datang untuk saya pribadi dan urusan di sejumlah mailing list tidak boleh terbengkalai.
Karena saya tidak ingin menambah instalasi perangkat lunak baru lagi (notebook tersebut sudah dipenuhi game), segera terpikir untuk menggunakan klien email yang tersedia bersama perambah Opera. Saya sengaja memasang Firefox dan Opera di komputer tersebut, tentunya di samping IE yang memang sudah tersedia semenjak instalasi sistem operasi, antara lain untuk memeriksa halaman Web yang saya urus.
Begitu dipakai, bagian yang impresif dari Opera Mail, klien email dari Opera, adalah upaya dia untuk mengenali email yang datang dan mengumpulkan dalam beberapa kelompok tilik (view). Sebagai misal, email yang datang dari sebuah mailing list dikumpulkan dalam tilik nama mailing list tersebut, tilik nama pengirimnya, dan jika belum dibaca, masuk tilik Unread. Termasuk usaha Opera Mail untuk mengenali “nama” mailing list yang diambil dari tag di tajuk email, List-Id, sehingga saya menyadari bahwa deskripsi yang ditulis untuk mailing list Linux-Aktivis perlu dibetulkan ejaannya.
Di setiap tilik terdapat pembedaan pesan yang sudah dibaca atau belum. Saya rasa hal ini sudah menjadi hal yang baku bagi semua klien email.
Setelah mengamati beberapa tilik, saya baru menyadari bahwa Opera Mail merepresentasikan semua email yang masuk dalam sebuah senarai di satu tempat terpusat dan tidak menyediakan konsep folder seperti halnya klien email klasik. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan produk sebelumnya, Gmail dan Opera sudah memulai cara pandang baru dalam pengelolaan email.
Selama ini klien email umumnya mengorganisasikan pesan yang diterima dalam bentuk struktur pohon seperti halnya sistem pemberkasan. Dengan Inbox sebagai tempat yang umum untuk semua email yang baru datang dan beberapa folder sistem lainnya, umumnya disediakan kemungkinan membuat folder sendiri untuk menampung kumpulan pesan kesamaan logis yang dibuat oleh pemakainya. Bagi pemakai komputer yang terbiasa bekerja dengan (sub)direktori tentu hal ini bukan sesuatu yang aneh.
Namun kesulitan pengorganisasian berbentuk struktur pohon ini pada pencarian email. Tidak semua klien email menyediakan pencarian rekursif ke dalam subdirektori, sehingga beberapa kali menyulitkan bagi saya yang menggunakan Mutt dan masih bekerja secara “tradisional”.
Klien email Opera dan Gmail boleh jadi terasa asing bagi beberapa pemakai karena koleksi email terlihat “banyak yang sama” dan berada di mana-mana. Hal ini adalah konsekuensi dari fasilitas tilik dan di Opera kemampuan tambahan untuk berusaha “mengenali” email.
Yang jelas, bagi saya aplikasi klien email tetap lebih enak dibanding Webmail, karena tampilan ulir (thread mode) terlihat lebih jelas menggambarkan alur diskusi dibanding conversation view di Gmail misalnya. Pemakaian beberapa profil sekaligus, misalnya untuk beberapa alamat email yang saya gunakan, juga dimungkinkan. Yang masih agak terbatas di Opera adalah penyediaan label, karena hanya menggunakan yang disediakan sistem, sedangkan di Gmail dapat dibuat sendiri oleh pemakai.
Jika representasi email gaya baru ini kian populer, pada saatnya nanti akan mempengaruhi alat bantu lain semisal procmail, yang selama ini banyak digunakan sebagai mail processor. Terutama untuk pemakaian label pada email, karena hal ini tidak dapat dihindari guna memudahkan pemakai mengidentifikasi koleksinya.
Setelah saya kembali ke komputer kerja, email yang telah saya terima lewat Opera diimpor dengan cara manual: pindahkan berkas berformat Mbox ke direktori kerja saya di Debian GNU/Linux. Mutt akan membaca dan operasi pemindahan ke folder berformat Maildir akan dilakukan olehnya.