Catatan Budi Rahardjo lagi tentang kegiatan perusahaan yang dia kelola, Indocisc: Hari Belajar Bersama. Dengan jumlah staf sekitar 10 orang, dan disebut olehnya sebagai “perusahaan kecil”, kegiatan belajar bersama ini menggunakan teknologi tinggi. Dengan dua kantor mereka di Jakarta dan Bandung, koneksi Internet kontinu yang mereka miliki dapat digunakan sebagai alternatif yang murah untuk bertukar pikiran di antara dua tempat. Pendapat tentang Skype yang kurang nyaman dipakai untuk acara tersebut kemungkinan bersesuaian dengan eksperimen Andika Triwidada, salah seorang staf Indocisc: uji coba 64 kbps kurang mulus?
Sesuai dengan bidang yang digeluti Indocisc, materi yang dibahas di seputar TI dan levelnya lanjut, semisal LATEX, routing di jaringan komputer, dan CVS.
Belajar bersama dapat menjadi kegiatan yang menarik bagi perusahaan kecil dengan cara yang dikemas “unik.” Karena jumlah peserta yang sedikit, hubungan antarpersonal yang sangat dekat, acara lebih mudah diatur agar menyenangkan, sedikit santai, dan tidak perlu keluar ongkos besar. Penyelenggaraan kegiatan juga dapat dilakukan di kantor.
Saya pernah diundang menjadi instruktur pelatihan Microsoft Word oleh salah satu LSM di Bandung beberapa tahun lalu: di sela materi utama pemakaian Word kami bertukar pendapat tentang beragam aspek TI dengan staf yang mengelola pemakaian komputer di sana. Diskusi kami terbawa sampai dengan jam makan siang bersama dan kami nikmati makanan fresh from the “dapur”. Demikian pula beberapa pengalaman lain serupa di perusahaan yang lebih besar, berupa pelatihan yang diselenggarakan oleh atau untuk staf dalam jumlah terbatas.
Dalam beberapa kondisi, organisasi mengundang instruktur dari luar dengan alasan menghemat ongkos. Sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak berbenturan kepentingan dengan tempat kerja si instruktur yang bersangkutan. Sebaliknya, misalnya mereka kenal saya dari tempat kerja saya yang juga menyelenggarakan pelatihan di tempat klien, kemudian mereka menghindari “harga perusahaan” dengan langsung mengontak saya. Tentu hal seperti ini dapat menjadi ganjalan bagi saya dan kerugian bagi tempat kerja saya karena mereka tidak mendapat keuntungan apapun dari pekerjaan tersebut.
Omong-omong, berapa ongkos mendatangkan instruktur atau konsultan di tempat klien saat ini?
Saya punya sedikit gambaran dari cerita teman yang pada bulan Januari lalu mengundang konsultan pemrograman di kantornya. Materi yang dibicarakan: Microsoft Visual Basic Application untuk keperluan pengembangan aplikasi Microsoft Office internal di kantor. Setelah pembicaraan awal spesifikasi materi — termasuk diskusi dengan saya dalam kapasitas “relawan TI” — konsultasi di kantor dia berjalan empat kali pertemuan.
Informasi yang saya dengar dari dia, tarif yang dipatok konsultan adalah EUR 100/jam pertemuan. Jumlah yang lumayan, apalagi jika dilihat jasa konsultasi yang diundang tersebut adalah perusahaan yang dimiliki secara privat oleh si konsultan yang bersangkutan. Tentu tidak sepadan jika tarif tersebut dibandingkan begitu saja dengan kondisi di Indonesia. Sebagai pembanding yang lebih pantas adalah tarif jasa lain di Belanda: ongkos instalasi perangkat lunak “standar” (sistem operasi Microsoft Windows dan Microsoft Office) di toko komputer, EUR 40-50/jam (pembuatan cadangan data dilakukan oleh klien sendiri); sedangkan ongkos periksa ke dokter sekitar EUR 60 per kedatangan.
Mendatangkan tenaga ahli ke kantor memang lebih mahal: ongkos mendatangkan jasa pijat di kantor (layanan yang pernah dijadikan ilustrasi iklan salah satu kartu kredit di Belanda) EUR 100-125. Tidak disebutkan lama layanan dan jumlah klien yang ditangani.