Lisensi untuk hasil pekerjaan yang saya pasang di Web merupakan sesuatu yang penting. Saya berharap pengunjung yang memerlukan materi tersebut dapat dengan mudah memanfaatkannya. Lisensi Creative Commons, seperti pernah diulas di sini, adalah penyedia yang paling praktis saya gunakan. Pertimbangan pemilihan jenisnya akan saya paparkan di bawah ini.
Penyebutan sumber jelas syarat mutlak. Saya kira di dunia
tulis-menulis manapun hal ini merupakan keharusan yang tidak dapat
ditawar. Lisensi Creative Commons menyertakan penyebutan (attribution) sebagai
bagian pertama yang penting. Saya juga berusaha sedapat mungkin
menuliskan sumber rujukan sampai pada halaman yang siap dibaca.
Sebagai contoh, apabila rujukan tersebut terdapat di arsip mailing list,
saya usahakan URL
pesan yang dirujuk. Tidak selalu mudah memang — oleh karena itu
sesekali saya berseloroh bahwa
Tentang pemakaian materi yang saya tulis, terutama yang dilandasi semangat berbagi ilmu, saya mengabaikan persoalan hendak dijadikan produk komersial atau bukan. Baik dari prinsip saya pribadi dan situasi di Indonesia, saya tidak mau berpanjang lebar menanyakan keuntungan rencana pemakai materi saya berikutnya. Silakan pakai.
Bagian yang lebih perlu pertimbangan adalah izin perbanyakan dan distribusi materi oleh orang lain. Pada intinya saya kurang memedulikan sekiranya hasil pekerjaan saya diperbanyak atau dibuat produk turunannya untuk sesuatu yang menguntungkan orang lain. Silakan, baik manfaat berbagi pengetahuan (benefit) atau keuntungan finansial (profit). Yang lebih saya pertimbangkan: menguntungkan orang lain dan meminta yang bersangkutan memedulikan orang lain berikutnya atau menguntungkan orang lain, titik. Secara formal, diminta agar berbagi dengan cara serupa (share-alike) atau cukup penyebutan sumber? Dalam term lisensi perangkat lunak juga masuk dua kelompok besar: GPL atau lisensi BSD?
Keuntungan lisensi hanya penyebutan adalah lebih luas, lebih akomodatif, terhadap kalangan industri atau lingkungan komersial. Mereka yang memang ingin mengikutkan hasil karya kita sebagai bagian dari produk komersial mereka tidak kesulitan dengan kombinasi dua lisensi tersebut. Ini menguntungkan apabila gagasan yang kita tulis ingin diterima khalayak yang lebih luas. Sebagai contoh, Wiki Linux Indonesia menggunakan lisensi ini, dan dugaan saya agar materi tentang Linux tersebut lebih leluasa digunakan oleh media manapun.
Dengan sedikit semangat berbagi ilmu pengetahuan yang ada sekarang, saya masih lebih condong untuk meminta orang lain berbagi lewat cara serupa kepada pemakai berikutnya. Ada semacam motivasi untuk “menularkan” kesediaan berbagi ini kepada orang lain, tidak sekadar berhenti pada hasil pekerjaan saya. Keinginan menularkan seperti ini yang menyebabkan GPL dituduh sebagai viral. Secara tidak langsung, pemakai hasil karya saya menghargai pekerjaan saya dengan jalan menyediakan pekerjaan turunannya kepada khalayak luas.
Sedangkan untuk situs yang disusun mengikuti konsep Wiki, saya lebih berani menggunakan lisensi yang mengikat modifikasi turunannya agar menggunakan lisensi yang sama (berbagi juga). Alasan saya lebih dari sekadar keinginan pribadi: karena materi yang ditulis di Wiki adalah hasil kerja bersama, saya ingin menghormati kerja keras semua kontributor yang telah rela berbagi untuk orang lain. Sangat logis jika turunan hasil kerja mereka juga diminta disebarluaskan dengan semangat yang sama.
Saya masih perlu masukan: barangkali pertimbangan saya tidak sesuai dengan situasi di Indonesia, atau ada aspek lain yang terlewat?
