Entri Kedua Ratus

| 5 Comments | No TrackBacks

Artikel ini merupakan entri kedua ratus di #direktif. Walaupun tidak ada perubahan di situs ini dan saya anggap tidak perlu dirayakan secara khusus, entri ini ditulis sebagai tanda pertama perjalanan #direktif.

Dihitung dari artikel pertama di situs ini, yakni pada tanggal 23 Agustus 2003, berarti hari ini telah lewat 550 hari. Dengan demikian apabila dirata-rata, entri baru terpasang setiap 2,75 hari, atau rata-rata tiga hari sekali saya menulis sebuah artikel untuk #direktif. Tanpa saya periksa secara persis lewat statistik, selama ini jam utama saya untuk menulis adalah pagi hari, 09.00-11.00, atau sore hari (demikian orang Belanda menyebut) pukul 21.00-24.00, keduanya berzona waktu CET (UTC+1, atau +2 selama DST). Keuntungan dengan selisih 5 atau 6 jam terhadap WIB: untuk tulisan yang dipasang pagi hari, pembaca di Indonesia dapat menikmati seusai jam kantor, sedangkan untuk tulisan yang dipasang sore hari, karyawan yang mengakses Internet di kantor dapat membaca sebelum jam kerja utama mulai.

Menu utama Movable Type

Berdasarkan perkiraan juga, umumnya sebuah artikel memerlukan total waktu 1-2 jam untuk diselesaikan. Cara kerja saya begini: pertama, mulai dengan sesuatu yang menjadi topik yang akan ditulis. Pada proses ini saya tidak pilih-pilih, semua topik yang menarik saya ingat, atau jika terdapat seleksi dan tambahan catatan, saya kumpulkan di sebuah blog privat di komputer saya. Termasuk keterangan-keterangan yang kemungkinan dapat memperkaya tulisan tersebut. Buku saku juga membantu: setiap saya berkunjung ke perpustakaan dan mendapati topik menarik dari majalah komputer Belanda, segera saya catat.

Kedua, saya pilih sebuah topik untuk mulai dikerjakan. Garis besar tema yang diangkat saya “pelajari” dari situs Web, mailing list, dan pembaca sindikasi. Di sini pentingnya bookmark dan saya termasuk terlambat menggunakan social bookmark yang praktis seperti del.icio.us. Bagian yang perlu mendapat perhatian: setiap mendapat artikel yang menarik dari media massa Indonesia, segera catat! Jika terlewat atau lupa, saya bisa menghabiskan waktu yang lama untuk mencarinya lagi. Bloglines dan ingatan saya akan kata kunci untuk Google juga membantu.

Setelah itu, ketiga, tulis artikel tersebut. Pada bagian ini saya tidak terlalu memedulikan tag HTML dan susunan kalimat. Yang lebih penting adalah ide mengalir keluar. Bukan berarti saya tidak menyisipkan tag HTML sama sekali, namun biasanya saya batasi “yang gampang” diisikan terlebih dulu. Pengertian “yang gampang” ini lebih pada faktor kebiasaan. Alat bantu setia adalah editor Vim (saya menggunakan versi GTK, Gvim) dengan sekian makro dan shortcut yang saya kumpulkan; selain itu, saya menggunakan penulisan tag ala Markdown.

Terakhir, barulah perbaikan tulisan dikerjakan. Struktur kalimat, ejaan, tanda baca, dan termasuk perbaikan frasa agar lebih enak dibaca. Kendati masih perlu belajar banyak dalam pemakaian Bahasa Indonesia, tip yang saya pakai: pendekkan kalimat dan manfaatkan variasi. Contoh sederhana: kalimat Pemrogram menulis program tersebut dengan bahasa pemrograman Perl sekalipun benar secara tata bahasa, namun pemakaian kata program dan bentukannya yang muncul sampai tiga kali mengurangi kenyamanan pembaca. Jika yang dimaksud sebuah skrip dan pemrogram tersebut adalah Tim Gembel, konstruksi di atas dapat diubah menjadi, Skrip tersebut ditulis oleh Tim Gembel menggunakan bahasa pemrograman Perl.

Perbaikan artikel juga menyita porsi waktu lama karena saya perlu menyeleksi semua taut yang telah dikumpulkan, mencari bagian yang menguatkan materi, dan memasangkan pada bagian yang tepat. Tidak jarang saya harus berpusing-pusing di beberapa halaman arsip mailing list misalnya untuk mendapat salinan email yang paling cocok.

Sedangkan resep saya untuk mengatasi persoalan belum ada ide (yang biasanya dikeluhkan oleh beberapa penulis blog): mulai saja menulis apapun yang terlintas, sekalipun hanya sedikit. Bagi saya lumrah saja apabila setelah mengetik beberapa puluh baris kemudian membatalkan begitu saja! Saya sangat jarang menghapus berkas secara langsung di Linux; sebagai gantinya berkas-berkas yang tidak diperlukan saya pindah ke ~/tmp dan cron akan menghapus berkas yang berusia 100 hari atau lebih di subdirektori tersebut. Waktu yang cukup bagi saya untuk mengambil kembali apabila ternyata di kemudian hari saya memerlukan artikel terbuang tadi.

Wah, seperti pelajaran mengarang — anggap saja sebagai “hadiah”.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak1 yang telah berpartisipasi di #direktif. Di halaman depan situs ini memang tidak dicantumkan senarai taut situs lain. Mohon tidak berprasangka salah bahwa saya tidak perlu teman; sama sekali bukan demikian. Karena cukup sulit mendapatkan kriteria yang pas untuk memasang daftar taut di sana, akhirnya saya putuskan untuk mengosongkan bagian tersebut. Sebagai gantinya, saya berusaha sebanyak mungkin menulis rujukan dari situs orang-orang yang potensial disebut “teman”. Baik berupa pendapat yang dikutip atau penyebutan nama. Itulah cara saya memasang taut untuk teman.

Secara khusus untuk saat ini saya berterima kasih kepada Thomas Arie Setiawan yang telah membantu saya dalam hal hosting situs ini. Lebih dari sekadar kerja sama bisnis, saya dibantu merealisasikan sejumlah situs berbagi pengetahuan dalam bentuk ukuran ruang penyimpanan dan kapasitas lebar pita. Ini penting untuk sekarang karena saya tidak mempunyai dukungan finansial yang memadai untuk semua aktivitas ini.

Terima kasih pula saya sampaikan kepada teman-teman yang telah memasang taut ke situs ini atau memperkenalkan #direktif. Boy Avianto, Enda Nasution, Andika Triwidada, penulis di Wikipedia Indonesia, dan sebagian anggota id-gmail, termasuk kelompok ini. Masih ada sejumlah situs Web lain yang saya ketahui rujukan kalian dari log referer server Web, Technorati, dan Google. Tidak ada maksud saya mengecilkan rasa bersahabat kalian semua hanya karena tidak ditulis satu per satu di sini. Kita dihubungkan oleh beberapa mekanisme di dunia Web, yang bagi saya itulah cara kita telah menjadi sahabat.

Ah, sebuah artikel yang panjang — sesuatu yang selalu saya khawatirkan menjadi basi dari sebuah perayaan.

Setelah ucapan syukur alhamdulillah, harapan saya sederhana: besok masih sanggup melanjutkan menulis entri ke-201, 202, 203, …

1 [11 Mar] Penjelasan Jason Kottke tentang penulis dan pembaca blog merupakan bentuk partisipasi yang saya sukai, If I’m writing, you’re reading, I’m responding to what you’ve got to say about my writing, and we’re mixin’ it up in the comments, why do we need a middleman? Why not keep that dynamic intact if we can?

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/283

5 Comments

Selamat telah menyelesaikan yang ke 200. kalo melihat trackback dari tulisan ini pasti masih banyak yang dalam status draft ya, ?

sangat menarik tentang pertemanan yang mas Amal bahas, meninggal kan bekas di benak untuk terus dipikirkan deh …

ohoo posting ke 200. selamat! cerita tehnik menulisnya berharga juga tuh mas untuk dipelajari :)

Selamat! Entar posting ke 500 makan-makan ya! :)

Selamat dan sukses selalu! Menurut saya Direktif adalah salah satu blog terbaik di Indonesia. Mudah-mudahan bisa lebih baik lagi di masa yang akan datang.

GVim-nya tambahin cream deh, lebih lekker! http://cream.sourceforge.net/

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on February 23, 2005 1:39 AM.

Tantangan Sang Petualang was the previous entry in this blog.

Perangkat Lunak Bajakan: Mortir di Sebarang Tempat is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261