Setiap kali data dari lapangan ditanyakan, muncul kesulitan klasik di negara kita: siapa pencacahnya dan seberapa akurat. Pertanyaan pertama berhubungan dengan legitimasi, dan pertanyaan kedua dengan metode. Walaupun hal ini adalah pertanyaan umum di banyak sigi di seluruh dunia, di Indonesia perlu sedikit mengernyitkan dahi. Angka-angka statistik — yang memang sering dijadikan bahan olok-olok — dapat menjadi trauma dan akibatnya mereka yang fobi langsung bersikap defensif atau skeptis terhadap pernyataan “sekian persen”. Iklan terakhir dari Microsoft dengan bintang Budi Rahardjo juga sempat dikomentari bagian pernyataan persentasenya.
Benar, seratus penulis blog di Indonesia, angka dari mana? “Trend sesaat” itu seberapa lama? Di mana batas “ramai-ramai menulis [lewat] blog” ini masih dianggap sebagai “sekadar” kecenderungan (trend)?
Pertanyaan sebaliknya juga penting: ternyata topik tentang definisi blog menghasilkan ulir diskusi yang cukup panjang. Dari berbagai masukan, usulan terakhir dikemukakan oleh Budi Rahardjo,
Blog adalah catatan berkala yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat diakses melalui web dan dapat dikelola dengan menggunakan (basis) web.
Sejauh ini belum ada yang keberatan, termasuk di tempat diskusi dilangsungkan, mailing list Teknologia.
Oke, sebagian orang tidak memedulikan definisi ini — termasuk apabila menyulitkan, saya biarkan dulu tanpa definisi (anggap undefined variable); pertanyaan berikutnya: bagaimana mencacah blog [di] Indonesia? Jumlah blog atau jumlah penulis blog? Karena bahasa kita tidak membedakan penyebutan untuk negara dan bangsa, pengertian di Indonesia agaknya lebih mengacu pada bangsa — atau Indonesian blogger.
Dengan alasan tidak memiliki alat bantu khusus untuk melakukan sensus, selama ini selalu saya rujuk Blogbugs. Tentu saja boleh dikomplain: Blogbugs — menurut saya sendiri — adalah “warisan” generasi penulis blog sekitar dua-tiga tahun lalu. Di tahun 2002-2003 dunia blog di Indonesia lebih bernuansa medium untuk persahabatan, saling kunjung-mengunjungi (belum lewat pembaca sindikasi), dan kotak-sahut (shoutbox) adalah tipikal saat itu. Tahun lalu pun masih sempat diselenggarakan acara pertemuan Blogbugs di Yogyakarta.
Setelah itu blog meledak dan sebagian besar penulis blog Indonesia gelombang ini berkurang memedulikan Blogbugs. Selain karena orientasi penyusunan blog sudah berbeda dengan gambaran di Blogbugs, blog-blog generasi baru ini lebih bagus mengikuti standar Web dan semantik (X)HTML, sehingga materi mereka memenuhi halaman mesin pencari dan dari situ para pengunjung berdatangan. Ilmu getok tular lewat mesin pencari — bukan Blogbugs — pun bekerja: para pengunjung menjadi tertarik untuk ikut memiliki blog!
Alasan saya dengan hipotesis di atas sederhana: pertanyaan seperti cara instalasi alat bantu, cara terpampang di Google, dan CSS dari penulis blog sudah berkurang drastis akhir-akhir ini. Kita semua sudah mulai sibuk dengan materi yang lebih spesifik, lebih membawa gaya masing-masing, dan ini sesuatu yang tinggi “nilai sahamnya” di halaman Google. Para veteran aksesibilitas dan standar Web di Indonesia, bolehlah kalian mengambil rehat sekarang. Kalau kalian masih punya energi cadangan, barangkali bersedia memberi hadiah tema atau templat gratis yang indah?
Angka dari Blogbugs masih saya pakai karena baru mereka yang menyediakan halaman informasi cacah penulis blog Indonesia. Ada kemungkinan yang lain adalah rencana Idban Secandri, atau proposal yang (lagi-lagi) diajukan Budi Rahardjo. Pada periode menunggu ini, salah seorang pemrogram, dengan identitas Pakcik, menyusun rayap (crawler) sederhana (tentu saja isi programnya lebih rumit) yang berusaha mencacah blog berbahasa Indonesia. Dengan segala keterbatasannya (apakah usulan Priyadi Iman Nurcahyo sudah dipraktikkan?), hasilnya sudah menarik untuk pandangan pertama. First impression penting untuk menarik penyandang modal datang — itu dalam sejarah pengusaha di Lembah Silikon, entah dengan pemodal ventura di Indonesia.
Memang angka 100-an yang menjadi titik awal yang ingin dibantah sudah terlewati, bahkan terkumpul sampai lima belas kali lipat, sekitar 1500. Bravo Blogbugs: cacah kalian, sekitar 1000, tidak terlalu jelek.
Berarti masih berupa tantangan cara “mendaftarkan” blog Indonesia agar situasi baru ini dapat terakomodasi. Beberapa hari lalu Thomas Arie Setiawan lewat Yahoo! Messenger menyebut rencana besarnya dengan blog di Indonesia. Ada kemungkinan akan menjadi kejutan; yang sudah jelas, email yang dia tulis untuk Teknologia memberi sedikit gambaran.
Terima kasih Pak Budi, Sang Petualang Blog, yang telah menjawab Roy Suryo lewat “tantangan” di Teknologia. Jika terdapat pemberitaan yang ingin lebih seimbang, jangan lupa sebutkan sekian URL di atas, agar tidak muncul tudingan balik hanya OMDO.
[26 Feb] Kendati Boy Avianto belum waktunya disebut veteran aksesibilitas, dilihat dari semangatnya, dua hari lalu dihadiahkan olehnya tema Bricks untuk WordPress 1.5.
Saya ini kok masih goblog tentang blog. Terimakasih buat kursus singkatnya. Tafta.