Saling Pengertian

| 10 Comments | 3 TrackBacks

Komunitas [penulis] blog Indonesia pada hari ini, 14 Februari, yang bertepatan dengan hari Valentin, mengucapkan hadiah kasih sayang untuk Roy Suryo. Saya belum tahu situs yang memuat daftar lengkap peserta acara tersebut, namun dapat dimulai dari blog Priyadi Iman Nurcahyo, termasuk telusuri di bagian komentar. Tampaknya kegiatan ini menjadi respon terhadap pendapat Roy tentang blog yang pernah disampaikan lewat media massa.

Terakhir saya mengirim email tentang silang pendapat Roy Suryo dan — secara tidak langsung — anggota mailing list Teknologia, saya layangkan email merespon Roy di mailing list Technomedia. Saya menyebutkan bahwa jika dia dapat berlapang dada kepada para wartawan media massa, tentunya sikap yang sama diperlukan terhadap mereka yang selama ini tidak setuju atau mengoreksi pendapatnya. Kelompok yang secara serampangan disebut “anti-Roy”. Kenapa tidak? Toh masalah sebenarnya pada perbedaan pendapat, bukan konflik pribadi. Pendapat ilmiah di jurnal pengetahuan pun dapat saja kemudian diketahui salah dan kemudian dikoreksi. Yang lebih penting dalam sikap keilmuan adalah kejujuran.

Saya juga membaca email dari salah seorang wartawan yang menyebut bahwa pendapat dari mereka yang tidak setuju dengan Roy Suryo, dan umumnya memang dimuat di blog pribadi, sulit dimuat oleh media massa tempat mereka bekerja. Mereka memiliki kebijakan perihal artikel yang dapat dimuat, dan sanggahan lewat blog tersebut tidak dapat melewati kebijakan tersebut.

Untuk hal tersebut saya kirim saran,

Nah, media yang “lebih sopan” (baik di tempat kerja anda atau blog lain yang peduli kepentingan publik) tetap dapat memaparkan persoalan ini dengan penghalusan (refinement) bahasa. Entah diubah gaya bahasanya (eufimisme?) atau dicarikan ungkapan lain yang lebih pantas untuk konsumsi publik. Itu sangat mungkin menurut saya — dan itu salah satu trik di ilmu jurnalistik kan?

Jadi kita mendidik publik dengan pendapat A dan B yang berbeda plus cara penyampaian yang lebih baik, sekaligus melindungi personal kedua kubu sehingga tidak menjurus ke arah adu domba.

Jadi tidak harus — dan memang bukan begitu — disalin mentah-mentah dari sumber sanggahan yang bertaburan di banyak blog. Ingat, tidak semua penulis blog dibekali dengan pendidikan jurnalisme, dan sebagian besar menulis sebagai kegiatan di luar pekerjaan utama mereka yang beragam.

Media resmi, yang umumnya dari kelompok konvensional itu, yang perlu punya perasaan terhadap gejolak yang hidup di sekitarnya. Toh, media resmi ini juga yang punya andil besar dalam menghasilkan figur “pemerhati”, “pengamat”, “pakar”, atau lainnya. Alhasil tidak berlebihan jika mereka dimintai tanggung jawab terhadap kepentingan publik apabila terdapat sesuatu yang perlu diluruskan di waktu berikutnya.

Tidak, saya tidak menulis ini dalam konteks khusus untuk kasus Roy Suryo dan penentang pribadi atau pendapatnya. Kondisi seperti ini punya kemungkinan juga dialami siapapun.

[15 Feb] Daftar blog peserta acara ini ditulis di http://for-roy-suryo-with-love.blogspot.com.

3 TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/278

Sehubungan dengan berbagai komentar KRMT Roy Suryo Notodiprojo akhir-akhir ini di berbagai media, kami, komunitas blog Indonesia berkesimpulan bahwa beliau kekurangan informasi atau bahkan menerima informasi yang tidak benar tentang blog. Kami s... Read More

from indonesian bloggers with love from i solemnly swear that i'm up to no good on February 15, 2005 4:28 AM

in the next few minutes it will be 14th February 2005 in WIT time zone. the indonesian blogs community would dedicate this valentine's day for Drs. KRMT Roy Suryo Notodiprojo, whom had a very special attention for the rapid growth of indonesian blogs.... Read More

Beberapa waktu yang lalu, bertepatan dengan perayaan Hari Kasih Sayang, beberapa blogger Indonesia ikut berpartisipasi dalam sebuah 'perayaan' tersendiri. Kali... Read More

10 Comments

Mas, Saya tidak menemukan kaitan judul ‘salah pengertian’ dengan paparan valentin, RS dan jurnalis.

OOT BTW, sebenarnya kata ‘pengertian’ itu dari mana sih? saya cenderung menghindari kata tersebut, sebab yang saya tahu kata dasar ‘mengerti’ (understand) menjadi ‘salah mengerti’ (missunderstand).

Duh! Saling, bukan salah. tendang jay

Tapi saya setuju tentang penggunaan kata pengertian yang seharusnya mengerti. tangkap jay

lho, di sini ada Roy juga.. :-)

Memang, di sini ada RS; ada sekitar 7 kali disebut. Yang lebih penting: a) catatan peristiwa yang terjadi hari ini; b) persoalan [berkepanjangan] antara kedua belah pihak.

Masalahnya, pihak wartawan masih terkesan ‘under estimate’ dgn para blogger dan lbh ‘mencintai’ RS. Padahal para blogger cukup terbuka…

Blog itu bukan jurnalisme! Jadi memang gak bisa dicopypaste mentah-mentah. Kalau ada penulis blog yang diwawancarai oleh wartawan, pasti gaya bahasanya akan berbeda dibanding penulisan dia di blog. Kalau wartawan ingin materi yang sudah ‘matang’, mungkin bisa dengan mengontak penulis blog untuk wawancara.

Benar, tidak semua blog masuk kategori jurnalisme, namun sebagian kecil atau besar mengarah ke sana. Definisi jurnalisme sendiri di antaranya: discipline of collecting, verifying, reporting and analyzing information gathered regarding current events, including trends, issues and people (Wikipedia). Salah satu penulis blog terkemuka, Dan Gillmor, menyebut situsnya, “Jurnalisme Akar-rumput”, sebuah julukan yang menurut saya pas dan mengakar pada pelakunya sekarang ini.

Saya sendiri tidak mempermasalahkan semua cetusan di masyarakat, atau setidaknya penulis di Net, berupa bahan dalam bentuk jurnalisme atau tidak, yang lebih penting adalah kepekaan wartawan media resmi tersebut terhadap situasi yang tumbuh dinamis di sekelilingnya. Itu tugas mereka dan hak yang diperoleh pembaca sebagai konsumen media.

Met palentin yah Roy cintah!™

Pokoknyahhh; Hi Roy!™

pertama yak pertama yak ? hwahahaha

Saya garis bawahi perkataan Amal soal “kepekaan wartawan media resmi tersebut terhadap situasi yang tumbuh dinamis di sekelilingnya”. Saya kira itu memang yang kurang dimiliki oleh wartawan Indonesia sekarang pada umumnya, terutama di desk IT.

Dan itupun masih harus ditambah dengan “keseimbangan”. Jangan hanya selalu tokoh itu saja, apalagi sudah banyak yang membantah segala teori-teori gak jelas darinya. Tentunya teman-teman wartawan tidak sedang pura-pura buta dan tuli ‘kan… :)

Arena yang dipilih sepertinya tidak sinkron. RS bermain di media sementara para blogger membalas di internet. Paling bagus kalau RS punya blog atau homepage pribadi jadi persilangan pendapat bisa berlangsung online.

Kalau memang RS tidak mau online, bagaimana kalau para penyikap bermain di ladang yang sama, masuk ke media? Mungkin sudah pernah ada yang mencoba, saya kurang tahu. Saya tahunya jadi RS jadi polemik hebat juga baru-baru ini.

Bukannya ada media yang cukup bersahabat dengan teman-teman disini, mungkin infolinux atau detik.com?

salam,

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on February 14, 2005 3:10 AM.

Lisensi: Cukup Penyebutan atau Berbagi dengan Cara Serupa? was the previous entry in this blog.

Ayo Berdiskusi is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261