Podcasting: Persiapan Materi yang Sedikit Lebih Repot

| 4 Comments | 1 TrackBack

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari pengenalan podcasting: kali ini saya ingin menceritakan sedikit pengalaman menyediakan situs Web dengan materi dalam bentuk audio. Eksperimen kami memang bukan termasuk podcasting, melainkan radio Internet.

Bulan Oktober tahun lalu, De Gromiest, organisasi muslim dari Indonesia di Groningen, Belanda, tempat saya ikut membantu sumber daya TI, mengakomodasi keinginan sejumlah pihak untuk memancarkan radio di Internet. Sebelumnya kami tergugah oleh kegiatan serupa yang dilakukan Radio Tarbiyah di Jepang dan alasan lainnya kemungkinan media baru ini dapat menjangkau anggota organisasi dari sisi yang lain. Ismail Fahmi, yang sedang menempuh program doktoral di Rijksuniversiteit Groningen, merupakan penggagas paling aktif rencana ini.

Saya belum berpengalaman mengurus radio yang dipancarkan lewat Internet, sehingga untuk menyiapkan “pemancarnya” harus berputar-putar di antara Icecast dan alat bantu pendukungnya. Hal ini tidak ada kaitan dengan podcasting yang memang menggunakan cara pendistribusian berbeda, namun yang saya ingat: cukup repot juga mendapatkan bitrate yang seimbang antara kemampuan server dan lebarpita dengan kualitas yang diterima pendengar. Sedangkan dalam pengalaman Boy Avianto dengan podcasting-nya dia terpaksa menurunkan kualitas hasil rekaman agar tidak terlalu susah diambil oleh pendengar di Indonesia. Diakui juga olehnya bahwa berkutat dengan teknik rekaman agak merepotkan. Kesamaan dalam hal ini adalah: perlu pertimbangan tersendiri antara memanjakan pendengar yang berharap kualitas memadai dan sumber daya yang tersedia.

Faktor berikutnya yang menyita sumber daya adalah persiapan materi. Agar bervariasi, pemapar perlu menyajikan materi dengan intonasi misalnya; sedangkan musik latar belakang diperlukan supaya materi nyaman didengar. Tentunya agar lebih rapi lagi masih ada kemungkinan perbaikan di “studio”. Proses di studio ini yang menurut Ismail, dalam eksperimen kami, menyita waktu cukup banyak. Itu pun ditambah kerepotan mendapatkan musik pengantar yang lisensinya memungkinkan dipakai bebas begitu saja. Pada salah satu kesempatan mendatang saya ingin mengusulkan pendekatan yang lebih luwes terhadap musik di Indonesia dalam hal lisensi.

Kesimpulan sementara: sekalipun Boy menyebut “iming-iming” keuntungan podcasting adalah dapat didengarkan sambil joging misalnya, proses penyusunan materi memang memerlukan kerja lebih keras. Bukan maksud saya memicingkan mata terhadap media baru ini, melainkan justru pendapat saya bahwa siapapun yang hendak memilih mengudarakan suaranya perlu lebih bersiap-siap. Seperti halnya blog yang berisi begitu banyak gaya penyajian, sangat mungkin beberapa proses “formal” di atas diganti dengan cara lain yang lebih membawa gaya masing-masing. Demikian juga apabila permintaan akan sumber daya podcasting ini meningkat, bahan baku yang sekarang terlihat sulit dapat saja suatu saat mudah diperoleh.

Demikian para pembaca, eh, para pendengar sekalian.

1 TrackBack

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/303

Pada posting terakhir saya melakukan percobaan untuk membuat Podcast. Podcast ini adalah posting blog yang isinya berbentuk audio. Topik yang saya angkat pertama kali untuk Podcasting ini adalah pemilihan produk prosesor dan Gigahertz. Untuk merekam P... Read More

4 Comments

ide saya sih, bikin rekaman podcasting on the road. jadi gak menyita waktu. supaya gak kelihatan ‘aneh’ bagi orang sekitar, bikin rekamannya pakai telepon, jadi kalo ada orang lihat disangkanya kita lagi telepon.

dengan cara ini gak menyita waktu sama sekali. in theory ya, soalnya blum pernah nyoba juga :) maklum gprsux

ya, memang merepotkan. terlebih harus mempunyai komputer based multimedia yang ada program audio mixing-nya. kemarin saya mencoba membuat hal ini. saya menggunakan program audio gratisan. hasilnya? mengecewakan :( tapi saya tetap senang karena ini pengalaman baru.

komentar saya tentang podcasting sih… too modern for Indonesian people :-)

Am i right ?

lagipula, koneksi di Indonesia masih dial-up (99%).

Saya punya blog resep masakan, dan saya punya rencana untuk membuat mp3 yang membacakan resep masakan itu… ga tau ide yang bagus atau tidak.. hehehe.

Saya mau nyumbang resource nih… podcastalley.com… Bagus-bagus podcastnya n bisa download software yang berhubungan dengan pembuatan atau podcast downloader.

  1. Variasi media berarti alternatif yang bertambah — dan hal ini besar kemungkinan positif;
  2. Budaya lisan — sejauh ini — masih lebih dominan dibanding tulisan, bisa dimanfaatkan potensi ini;
  3. Jika infrastruktur koneksi Internet di Indonesia masih payah, alternatif yang bisa dibidik adalah bangsa Indonesia yang tinggal di banyak negara/tempat yang tersedia koneksi Internet lebih baik. Atau sekalian, target audiens tidak dibatasi, go global.

Silakan dicoba menyajikan materi resep masakan dengan media podcasting. Sangat mungkin menjadi peluang yang bagus misalnya dikaitkan dengan kepadatan aktivitas ibu rumah tangga dan kemudian dapat mengikuti blog masakan lewat cara mendengarkan. Atau bisa juga dilihat dari sisi lain: efek suara aktivitas memasak dapat lebih menggugah pendengarnya untuk “benar-benar mempraktikkan di dapur”. :)

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on April 20, 2005 10:42 PM.

SQLite: Basisdata Alternatif untuk Situs Web Berskala Kecil was the previous entry in this blog.

Kenal "Kerja Pintar" Justru dari Komentar Spam is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261