Subsidi untuk Warnet atau Kegagalan Berdiplomasi?

| 10 Comments | 1 TrackBack

Di tengah diskusi tentang lisensi dan motivasi Open Source atau Free Software di Teknologia, muncul email dari Firdaus Tjahyadi tentang pernyataan Menristek yang menegaskan bahwa pemerintah akan membantu Warnet dengan cara subsidi. Mengejutkan (atau sebenarnya “sudah lazim” untuk situasi di Indonesia saat ini?), karena cara yang ditempuh pemerintah “cukup aneh” dan jumlah uang yang dikeluarkan tidak sedikit.

Saya sebut aneh karena baru beberapa bulan lalu pemerintah mati-matian menjelaskan bahwa pencabutan subsidi BBM adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk penghematan saat ini dan sekarang dengan mudahnya mengeluarkan subsidi baru. Oke, memang tidak dapat dibandingkan begitu saja: jumlah Warnet lebih sedikit dari pemakai BBM dan program ini untuk menghindari penambahan jumlah pengangguran akibat Warnet tidak dapat beroperasi. Namun coba amati aliran duit subsidi ini.

Jika anda pengusaha Warnet dan mendapat rezeki nomplok Rp 32,5 juta, apa yang terpikir di kepala? Anggaplah anda seorang pengusaha yang jujur dan memperhatikan kesejahteraan karyawan: memperbaiki fasilitas Warnet, memperhatikan kesejahteraan karyawan, atau investasi untuk lisensi perangkat lunak? Berani bertaruh, pilihan yang terakhir — investasi untuk lisensi — memang benar-benar paling akhir anda pikirkan. Bukan karena pengusaha Warnet tidak peduli tentang lisensi, melainkan keperluan mereka untuk menjalankan bisnis Warnet tersebut masih sangat banyak dan investasi untuk lisensi masih bisa disiasati.

Sekarang duit sebesar itu hendak dikucurkan untuk subsidi dan pemilik Warnet menerima dalam bentuk lisensi perangkat lunak: ke mana pada akhirnya duit tersebut berhenti, masuk kantong? Apakah ini hasil pembicaraan empat mata dengan William H Gates beberapa hari lalu, sehingga kita bangsa Indonesia (karena duit itu tentu diambil dari uang kita) setuju membayar lisensi? Tidak adakah cara berdiplomasi sehingga harga lisensi perangkat lunak tersebut bisa ditekan dan tidak perlu menghabiskan Rp 32 juta untuk setiap Warnet?

Kemudian bagaimana dengan Warnet yang dengan kesadarannya sendiri memilih solusi lain — katakanlah menggunakan Free Software — dan jelas perlu dana untuk migrasi? Apakah ada subsidi untuk pilihan ini? Jika pemerintah hendak adil, seharusnya ada, apalagi sumber daya untuk migrasi ini boleh dikatakan tenaga domestik, teman-teman relawan dari komunitas, dan boleh dikatakan mereka ingin situasi segera normal tanpa terlalu ribut dengan lisensi.

Bukan, tulisan ini bukan bermaksud menuntut pemerintah agar menghambur-hamburkan duit untuk semua Warnet, melainkan sudah seharusnya pemerintah lebih menghargai pihak-pihak yang berusaha mencari solusi dengan jerih-payah sendiri dibanding sekadar membeli sesuatu dengan menghamburkan dana yang tidak kecil. Pekerjaan besar bagi pemerintah jugalah seharusnya menyelenggarakan perundingan yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan produsen perangkat lunak dengan mempertimbangkan situasi di Indonesia.

Jika persoalan lisensi dan perdagangan dengan produsen perangkat lunak ini tidak sesederhana yang saya tuliskan (kompleksitas persoalan sering dijadikan alasan), saya usul bagaimana jika pengusaha Warnet tidak tergiur skema yang disodorkan pemerintah ini? Saya tidak mewakili siapapun, namun terus terang saya kagum dengan motivasi anda semua untuk berusaha bermain mengikuti aturan beberapa hari lalu. Dan kekaguman saya akan bertambah lagi jika anda menolak memakan uang rakyat begitu saja lewat jalur subsidi tersebut.

Tambahan: Email berikutnya dari Ryo Saeba menjelaskan gambaran lain versi yang dia ketahui. Karena tulisan ini sudah selesai sebelum email Ryo saya baca, saya tetap memasang untuk publik, sambil menunggu perkembangan selanjutnya.

1 TrackBack

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/323

Setelah Priyadi menuliskan beberapa hal tentang warnet yang terkena sweeping, beberapa alasan untuk tidak memakai produk microsoft, beberapa alasan untuk masih memakai produk microsoft kemudian dilanjutkan dengan tulisan Mas Amal tentang subsidi warne... Read More

10 Comments

Hmmm di detikinet ada berita bantahan ttg subsidi itu dengan mengatakan kalau itu hanya solusi.. Lagian uang sebesar itu gitu lhoo

Kesimpulannya? Kurang koordinasi antarpersonil atau salah liputan dari pihak Detik.com? :)

Benar, dari sisi jumlahnya memang tidak masuk akal, hanya saja lepas dari jumlah Warnet yang dikurangi atau subsidinya diperkecil, tetap saja solusi tersebut potensial menimbulkan masalah baru.

Detik ? Ah biasa banget! (tm)

sebaiknya kita harus galakkan penggunaan open source linux misalnya, karena apabila kita tidak mulai dari sekarang kita bisa tergantung sama biil gates beberapa generasi, dan kita pasti harus seperti kerbau dicocok hidungnya, harus selalu nurut sama bill gates.

kalo aku seh setuju aja ada subsidi, cuma harus liat warnet tipe apa yg harus menerimanya. kalo pemilik warnet masih mampu, ya ndak usah disubsidi, trus penggunaan subsidinya itu juga harus dipantau agar tidak disalahgunakan (ini bagian tersulitnya :))

ternyata bukan subsidi kok..hanya salah berita.. tapi kasian juga warnet2 yang kena sweeping, lumayan juga tuh…bahkan kalo ketemu warnet yang udah punya license, maka polisinya cari2 masalah…misal : nyamar jadi user, terus minta nge burn Cd hasil download situs porn,lalu ditangkap gara2 menyebarkan pornografi…

Hi,

Masak warnet mesti bayar $3400 setara dengan 30 jt untuk license, lha habis dong modalnya… kapan BEP nya,walaupun bayar nyicil tetap aja ngga ok. pilihannya yaa porting lah ke open source, semoga aja orang yang punya warnet mau dan para pemakai warnet bisa memahamin permasalahannya kenapa pada porting ke open source, lagi pula kalau utk sekedar chatting dan browsing linux mah jagonya…

intinya harus ada kemauan dari pemilik warnet dan pemakluman dari pemakai yang kudu bisa ngerti kesulitan usaha kecil ini.

dalam hal ini pemilik warnet yang bermodal besar seharusnya bisa educated end user, cara nya user di kasih options aja, kalau make PC dengan M$ harganya per jam di naikan 50% alih-alih utk nyicil license, kalau make linux harga tetap bonus coca-cola, jadi kalau end user yang cekak mau ngga mau make linux, pasti lama-lama udah biasa.

inget case sabuk pengaman…. gara-2 denda 1 JT banyak yang make tuch.

Sedikit bercerita … Seorang kawan saya, seorang pengguna tetap internet(browsing, email, dan tukar menukar data) tetapi awam masalah teknis di windows; Beliau mempunyai pendapat bahwa, sebagai orang awam tidak mendapat kesulitan berarti mengenai perbedaan penggunaan M$-Wndows dengan Linux. Kesulitan beradaptasi di Linux sama seperti pergantian dari Wn95 : Wn98 : Wn2k : W*nXp yaitu istilah dan lokasi icon sedangkan prosedur operasi(membuka file, copy, paste) relatif sama. Melihat kenyataan ini menurut saya sesungguhnya Linux(contohnya) layak dijadikan pilihan bagi warnet dimana secara umum pengakses warnet adalah orang awam. Sedangkan seorang kawan yang lain lagi, seorang ‘aktivis’(sinonim:pengusaha) warnet yang menurut saya cukup paham masalah teknis. Beliau memutuskan berganti ke Linux karena merasa takut setelah adanya keberhasilan sweeping di salah satu warnet. Kemudian setelah warnet beliau berganti dengan Linux, rupiah yang masuk menurun drastis(50%). Kemungkinan besar, pelanggan beliau lari ke warnet-warnet di pelosok kampung yang masih memakai M$ dan tidak takut terkena sweeping. Meskipun demikian, warnet beliau masih memiliki cukup banyak pelanggan setia yang tidak peduli pada sistem operasi yang digunakan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara, apabila warnet ingin bermigrasi ke sistem lain: Siaplah untuk mengalami penurunan pendapatan!

saya pikir dari pada pusing-pusing mikiriin deal apa dengan pihak microsoft. lebih baik lansung migrasi total ke opensource… cape kan sembunyi-sembunyi dengan pemerintah, berpolemik dan lain-lain. lebih baik langsung migrasi meski, yaa pasti ada dampaknya (pada pendapatan) pasti nanti juga akan ada keseimbangan baru…

8

Pengurangan Pendapatan saya rasa akan bersifat Tempory aja ;)

Karena begitu warnet2 lain udah make OS selain M$ akan kembali juga. Kecuali mau Bayar si M$ ;)

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on June 3, 2005 3:00 PM.

Gmail di Opera Masih Bermasalah? was the previous entry in this blog.

Tot Kijk Groningen. Selamat Datang di Indonesia is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261