Tot Kijk Groningen. Selamat Datang di Indonesia

| 17 Comments | No TrackBacks

Entri ini ditulis dalam perjalanan dari Groningen ke Depok, pada tanggal 13-17 Juni, namun baru sempat dipasang setelah mendapat koneksi Internet dua hari kemudian.

Setelah menulis beberapa entri berkaitan dengan perkembangan Warnet, saya masih ingin memasang tulisan terakhir di Belanda. Namun ternyata, kesibukan menyelesaikan urusan terakhir di Groningen, Belanda, menyita waktu. Akhirnya di tengah acara angkat-angkat barang untuk teman dan dibuang, saya hanya sempat memperbaiki blog pribadi, Coret Moret, yang harus disusun lagi dari awal. Menyedihkan memang, namun karena situs tersebut berisi investasi saya berupa koleksi tulisan, apapun yang terjadi harus diperjuangkan.

Keuntungan hari-hari terakhir di Belanda: koneksi Internet di rumah, yang seharusnya sudah distop pada tanggal 1 Juni, masih terus dapat digunakan sampai dengan saat terakhir rumah kami tinggalkan, pada hari Jumat, 10 Juni. Walaupun jika dihitung harga yang kami bayar hanya kira-kira EUR 1,7/hari, namun boleh dong saya bayangkan sebagai kemewahan tersendiri mengingat koneksi 24-jam dan kecepatan koneksi yang tersedia. Tatkala beres-beres terakhir di rumah tidak ada lagi radio dan tape, justru musik dari Yahoo! Broadcast yang saya putar lewat notebook dapat mengusir sepi. Betapa “kurang ajar”: hanya untuk memutar musik saja berfoya-foya menggunakan sisa koneksi kabel modem!

Ah, beberapa hari lagi saya akan kembali ber-dial-up ria! Agaknya situasi belum akan jauh berbeda dengan pada saat saya tinggalkan Bandung hampir empat tahun lalu.

Yang sedikit “mengherankan”: karena saya termasuk pelanggan pada periode awal (saat itu perang harga layanan koneksi Internet untuk pemakai rumah belum dimulai), PJI meminta saya mengembalikan modem. Bukan karena saya sayang dengan modem tersebut (toh, tidak ada manfaat bagi teman lain di Groningen dan tidak ada faedahnya dibawa pulang ke Indonesia), namun biasanya perangkat keras di Belanda sudah dianggap barang cepat susut nilainya, apalagi jika dibandingkan dengan ongkos tenaga manusia yang dialokasikan untuk mengurus pengembalian modem. Tentu saja itu urusan kebijakan mereka — modem tetap harus kembali lewat boks yang sudah disiapkan dan berongkos kirim gratis.

Selamat tinggal Groningen, demikianlah salah satu kenangan dalam hidup saya memiliki koneksi Internet berkecepatan tinggi di rumah.

Dua hari kemudian saya mulai mengandalkan akses di tempat publik dengan dua suasana yang berbeda: pada saat transit di bandara Changi, Singapura, tanggal 15 Juni, pukul 06.00, sambil menunggu penerbangan pukul 08.00 ke bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, saya masih sempat mampir di terminal Internet gratis yang tersedia di beberapa sudut Changi. Perangkat lunak yang tersedia hanya IE namun sudah memadai untuk juga menjalankan Yahoo! Messenger versi Web.

Sesampai Indonesia, saya masih harus “transit” di Depok, Jawa Barat, di rumah saudara, sambil menunggu persiapan tempat tinggal di Bandung. Seperti sebuah kebetulan, setelah beberapa hari sebelumnya saya menulis tentang kasus penertiban Warnet di Depok, hari-hari pertama setiba di Indonesia, saya justru tinggal di kota ini dan berhadapan dengan sedikit kesulitan mencari Warnet.

Setelah bertanya ke beberapa orang, saya mendapati Warnet tanpa tanda pengenal di bagian depan (berbeda dengan Wartel yang dengan mencolok memasang identitas mereka) dan berkaca agak gelap. Walaupun saya agak penasaran ingin “mencicipi” Warnet yang menggunakan GNU/Linux, di tempat yang saya datangi masih menggunakan Microsoft Windows 98, sudah ada Firefox versi 1.0, dan tersedia klien Yahoo! Messenger. Tarif yang dipatok Rp 4000,00/jam; saya membandingkan dengan tarif di perpustakaan umum Groingen untuk akses Internet sebesar EUR 0,50/jam. Hampir sama dari sisi tarif, perbedaannya: kualitas perangkat keras, kenyamanan ruangan, dan kecepatan akses. Barangkali jika hendak membuat perbandingan yang lebih sepadan adalah dengan kafe Internet yang terdapat di mal — namun tarif sudah bersaing… alamak!

Apapun, sekarang saatnya mulai menulis blog ini dari negeri sendiri. Entah lewat Warnet, koneksi dial up di rumah jika memang tersedia sambungan telepon, dan… mengikuti tradisi dari periode lama dan masih berlaku hingga saat ini: menumpang pada fasilitas kantor!

Terima kasih sudah menerima aku kembali, Indonesiaku…

[17.40] Ah, halaman pembuka Google dari Firefox saya langsung menunjuk ke google.co.id — kontributor referrer terbesar ke blog ini.

Penulisan jam untuk artikel di situs ini juga akan diubah menjadi WIB.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/324

17 Comments

wah, selamat datang ke Indonesia kembali mas Amal :)

mas amal…. met dateng di indonesia… ;)

ke bandung ya? bukan ke jakarta…. :D pan kalo ke jakarta bisa kopdaran barengan ama anak2 gajah lain… ;)

emangnya di bandung gak ada anak2 gajah? :D

welcome home buat om amal

Wah selamat kembali ke tanah air mas amal.

Selamat datang kembali ke tanah air, harapan saya perspektif perbandingan dari negara maju (dan kebetulan mantan penjajah kita itu) bisa membawa beberapa gagasan segar. Sukur sukur bisa ada terobosan yang berguna bagi kesejahteraan orang banyak.

Selamat datang di Republik, Bung!

Hehe, mudah2an perjalanannya kemarin bisa dinikmati dan disukuri. Maaf banget lho…. dua kali ngimel isinya cuma satu paragraf soal kabar, dan sisanya keluh-kesah apache yang mati hahaha…

Benar2 minta maaf, untung si SSJ masih bisa diandalkan, walau harus bertarung dengan para bodyguardnya.

Aku penasaran, apakah sudah terpikirkan cara agar semua aset di dunia maya ini tetap rutin terjaga? Entah apa yang sudah ada di benak kepala MA, yang pasti aku yakin tidak akan melupakan para penggemar :-P

Selamat kembali ke tanah air, siapkan kopi kapal api, indomie-telor, dan segudang ejek2an… insyaallah 2 bulan lagi hamba menyusul begawan!

(Sekalian mau ketemu si Pri… halo Pri, maaf nyapanya dari halaman rumah orang)

oh.. pak lik amal mau konser amal di indon? ;)

selamat datang di rumah :D

wah ngeblog di berapa tempat mas?

sama2 dari Jatim loh ane madiun.

salam kenal

welcome back my friend to the show that never end

Bandung? wah, peserta kopdar bakal nambah satu lagi

Wah, Mas Amal sudah nggak di Belanda lagi ya? Jadi sedih, karena berkurang satu orang weblogger Indonesia di sini.. :( Tapi, gak apa-apa deh.. :) Zo is het leven. Saya doakan semoga semua kegiatan Mas Amal dan keluarga di sana berjalan dengan lancar dan memperoleh kesuksesan. Amien.

welcome home MA. :)

Selamat datang kembali di bumi nusantara yang amat sangat berbeda fasilitas internetnya dibanding Belanda. Semoga Anda bisa sabar menggunakan dial-up di Indonesia.

Welcome home!

Mas Amal…saya kebetulan nemu web ini, ternyata sudah pulang ya…Terima kasih banyak atas tutorial pembuatan webnya untuk Salamaa. Apakah masih bisa dilanjutkan? Tapi barangkali susah ya koneksi internet disana…:( Sukses selalu untuk Mas Amal dan Mbak Heny. Salam kami sekeluarga dari Den Haag.

selamat tiba kembali di negeri kita tercinta nan semrawut.. kehilangan Guru weblogging di Groningen berarti dapat tempat “tongkrongan” di Dago.. hehehe… ya.. sepadan lah.. hehehe..

Kemarin sudah ucapin selamat datang, tapi kayaknya kalau ‘selamat datang’ disini direkam ya?… ngikut aja disini :)

“Selamat datang Mas Amal”

Selamat Datang di Bandung Mas :)

Terima kasih semua atas ucapan “Selamat Datang di Indonesia” di atas.

Untuk Bung Rio Menajang: barangkali pembandingan dua keadaan tersebut lebih terasa seperti “keju terhadap singkong”, di satu tempat terlihat yang satu lebih mahal dari yang lain. Di Groningen harga singkong lebih mahal dari keju. ;)

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on June 19, 2005 7:47 AM.

Subsidi untuk Warnet atau Kegagalan Berdiplomasi? was the previous entry in this blog.

Peduli tentang Etiket Email di "Mailing List" is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261