Lebih beruntung dibanding Yulian “Jay” Hendrayana dalam hal kiriman CD Ubuntu, salah seorang teman di kantor saya menerima satu bundel CD tersebut dalam kondisi baik, tidak perlu menghadap petugas cukai, dan barang langsung diantar ke kantor oleh tukang pos. Memang ada ongkos yang harus dibayar untuk pengiriman barang sebesar Rp 7.500,00. Hari Senin, 25 Juli lalu, bundel tersebut dibuka oleh penerimanya, jumlahnya saya kira tidak sebanyak yang diterima Jay, dan karena kemudian dibagi-bagikan ke teman-teman pengembang perangkat lunak lain di kantor, pagi hari Senin tersebut menjadi bernuansa “Ubutu Day.”
Paket berisi dua jenis CD: untuk mesin i386 32-bit dan AMD 64-bit. Tentu saja yang segera disikat habis dalam acara bagi-bagi Ubuntu tersebut adalah versi prosesor 32-bit, karena mesin 64-bit masih mahal bagi mayoritas dari kami, kendati sudah hampir setahun dibanding anggapan “mahal” versi pemakai komputer di Belanda. Dalam satu map Ubuntu tersebut terdapat dua keping CD: satu untuk versi instalasi, dan satu lagi Live CD. Bagi mereka yang ingin merasakan GNU/Linux dan lebih-lebih Ubuntu, versi Live CD ini dapat langsung dijalankan tanpa perlu instalasi ke hard disk.
Komentar dari salah satu pemakai yang langsung mencoba memasang Ubuntu di komputernya: Wah, bagus dan enak proses instalasinya. Disahuti oleh yang lain: belum tahu dia… Celetukan lainnya mendorong para pencoba Ubuntu untuk segera pindah haluan ke distribusi ini — entah pindah sistem operasi atau distribusi GNU/Linux. Tatkala ada yang menanyakan cara melakukkan pemartisian terhadap Microsoft Windows yang sudah terinstalasi di hard disk, dengan berkelakar saya beri “solusi”: kenapa harus disediakan partisi Windows? Enyahkan saja!
Wohoho… saya sendiri menolak disodori satu keping Ubuntu. Bukan karena tidak suka, melainkan sebaiknya mereka yang memang perlu didahulukan. Kebetulan juga dua hari sebelumnya saya baru melakukan instalasi Debian “Sarge” di komputer yang saya gunakan dan Andika Triwidada berbaik hati menghadiahi saya live CD Helix. Saya ingat tentang salah satu lembaga pendidikan swadaya masyarakat di Jawa Timur yang pernah mengirim email ke saya perihal instalasi Linux untuk sekolah mereka dan saya jawab dengan gambaran tentang distribusi Ubuntu ini. Mudah-mudahan berikutnya saya bisa membantu lembaga pendidikan tersebut dari pesanan seorang teman lain di kantor yang sampai hari ini belum datang.
Karena Ubuntu berakar ke Debian, saya ucapkan selamat menikmati Debian kepada teman-teman di kantor yang akan menggunakan Ubuntu. Sekaligus meramaikan multikultur distribusi Linux di tempat kerja kami: ada Slackware, Fedora, Co-Linux, dan… apalagi?
Yang jadi pertanyaan, di kantor ada hampir 6 orang yang pesan CD Ubuntu tersebut, lalu kenapa yang datang hanya satu bundel?
Apa karena alamatnya sama semua jadi dikirim hanya satu?
Tidak di “peras” lagi karena banyak yg share pengalaman mendapatkan kiriman ubuntu di berbagai milis atau di webloh :)
Saya baru sadar hal ini, karena di milis ITCenter saya pernah sedikit memperingatkan tentang hal ini, dan ternyata di milis itu banyak member yang menggunakan email @posindonesia.com Entahlah apa itu berpengaruh atau tidak :) tapi mudah2an berpengaruh
Saya belum bayak mengerti linux dari mana saya bisa dapatkan informasi tentang cara penggunaan linux!
Buku-buku tentang Linux sudah banyak ditulis bahkan oleh penulis lokal (Indonesia). Demikian juga halnya klub Linux ada di banyak kota. Anda dapat belajar dengan mudah sembari mempraktekkannya. CD Linux versi “live” (tidak perlu dinstal, langsung dijalankan dari CD), termasuk Ubuntu yang ditulis di atas.