Alternatif tersebut adalah LaTeX

| 3 Comments | No TrackBacks

Akhirnya saya mulai menggunakan LATEX untuk keperluan penyajian dokumen. Melengkapi HTML yang lebih dulu saya pakai untuk menyediakan dokumen berformat untuk orang lain. Menambahi rencana saya mendalami DocBook yang sampai saat ini sering turun prioritas untuk dipelajari lebih dalam karena terpaksa harus menggunakan alat bantu yang segera siap-saji.

Awalnya saya agak ragu menggunakan LaTeX karena menurut saya dia selevel dengan HTML, sehingga urusan penyediaan dokumen berformat sudah memadai direpresentasikan dengan HTML. Belakangan ini terdapat tuntutan tambahan yang perlu dipertimbangkan ulang:

  1. keperluan akan alat bantu yang lebih baik lagi sampai pada penyediaan dokumen di atas media cetak. Walaupun untuk banyak urusan korespondensi saya sudah sedemikian nyaman menggunakan email, tetap saja surat yang dicetak di atas kertas masih saya perlukan untuk urusan pribadi. Adik saya, misalnya, masih beraktivitas di daerah yang belum akrab dengan Internet.
  2. keperluan mendistribusikan dokumen dalam format yang “lebih mudah dijinjing” dan dalam hal ini yang sering digunakan adalah format PDF. Dengan melanjutkan konversi dari dokumen yang ditulis menggunakan LaTeX, tinggal selangkah lagi untuk dijadikan PDF.
  3. alasan sentimentil: saya agak ogah dengan penyebutan “office”, yang biasanya diikuti oleh sebuah perangkat lunak dibundel monolitik dan berukuran besar, atau “bergaya bos”. Entah itu Microsoft Office atau Open Office yang sudah mulai menjadi alternatif. Saya ingin menikmati kompilasi, proses rendering, dan proses konversi.
  4. faktor komunitas: beberapa teman dekat saya adalah pemakai LaTeX — sudah aktif atau baru memulai — dan inilah yang saya sebut secara kelakar sebagai user friendly

Alat bantu yang sudah saya pasang adalah paket teTex di GNU/Linux, beberapa alat bantu konversi ke format Postscript dan PDF. Saya bersikukuh untuk tidak meninggalkan editor teks hebat oleh karena itu saya tambahkan paket vim-latexsuite. Bagi anda yang berorientasi ke hasil “what you see” di monitor, sila pertimbangkan LyX dan Kile.

Dokumen pertama yang saya coba adalah paragraf dari Lorem Ipsum, diproses lewat perintah-baris, sampai dengan mencetak ke pencetak laser, saya gunakan lpr ke berkas Postscript. Puas!

Jadi? Yang penting coba dulu, jangan terlalu dini antipati dengan solusi alternatif.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/351

3 Comments

Mas, kalau di kile, kita bisa sorot beberapa baris, lalu bisa (un)comment dengan (misalnya) alt-d. Maksudnya, pada awal baris ditambah/dihilangkan karakter %

Nah, kalau di vim-latex, padanannya apa ya? mode visual + apa…? Trims.

hmmm, saya lebih suka Docbook XML daripada Latex langsung, terutama untuk nulis dokumen panjang, lebih high level :)

#1, bagaimana jika menggunakan perintah baku Vim, yaitu :s/^/%/g? Saya periksa di menu Latex yang muncul di gVim dan belum ketemu yang berkaitan dengan hal tersebut.

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on September 13, 2005 7:40 AM.

MP3 Berbayar untuk Lagu-lagu Lama was the previous entry in this blog.

Dunia Maya Kita is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261