Apakah sekarang ini masa gelap Internet di Indonesia?
Setelah kabar tentang IIX beredar dan diralat atau tidak jadi, demikian juga dengan sekian polemik di beberapa mailing list — yang umumnya berkisar pada kebijakan pengelolaan infrastruktur penting Internet di Indonesia — kita semua, para pemakai, menghadapi kenyataan bahwa dunia maya yang menurut saya menjadi perluasan dari negara Indonesia di masa kini dan mendatang, sama “menantangnya” untuk diurus lebih baik. Sebagian orang menyatakan kekecewaannya, sebagian lagi membawa-bawa nama publik (10-12 juta pemakai Internet di Indonesia — lumayan juga, kira-kira seperti penduduk Belgia atau Yunani), dan tentu saja sebagian lagi melihat seperti gajah-gajah sedang bertarung.
Karena diskusi beredar umumnya di mailing list (forum yang sejauh ini paling terbuka menerima banyak kalangan), diskusi bisa seperti sedemikian memanas dan seringkali terburu-buru juga akan dilerai. Saya justru melihat lebih baik urusan antarorganisasi atau antarpersonal diselesaikan dengan sejelas mungkin, sila blak-blakan, dan sejauh ini tempat seperti mailing list dapat mengakomodasi pihak-pihak yang bertikai dan “perwakilan” publik yang menjadi anggota di mailing list tersebut. Kondisi tersebut tetap lebih praktis, dapat menjadi tempat penggodokan awal sebelum dilangsungkan kesepakatan atau ketidaksepakatan antarpihak secara formal. Anggota mailing list, kendati sedikit, sudah merupakan “masyarakat” Internet yang memedulikan persoalan, antara lain ditunjukkan dengan ikut mailing list.
Saya pribadi cukup yakin bahwa kedewasaan kita, pengguna fasilitas Internet, secara umum sudah cukup tahu diri untuk berusaha mengarahkan diskusi ke arah yang baik, baik lewat jawaban serius atau celetukan. Sisanya yang masih “tidak tahu diri” biasanya adalah oknum.
Jadi marilah berdiskusi, saling melempar pendapat, dengan sekian cara yang ada di dunia Internet kita. Baik yang memang berkepentingan langsung dengan urusan tersebut, sekadar pembaca seperti saya, atau penulis dokumentasi salah satu simpul sejarah seperti Yulian F. Hendriyana. Masyarakat Internet di Indonesia sendiri toh sudah sedemikian beragam.
Namun, benarkah Internet di Indonesia sedang pada masa gelap seperti yang dikhawatirkan Onno W. Purbo sebagai kemunduran yang diberi ucapan “turut berduka cita”, keprihatinan sejumlah figur di mailing list, atau perasaan agak was-was Jaimy Azle tentang nasib nama domain? Benar, saya juga pemakai tiga nama domain ID yang entah nasibnya nanti.
[09:34] Seru euy…
, demikian menurut Yunarto Goh.
IIX memang jadi direlokasi ke lantai 11 gedung Cyber. Hari ini IIX sudah up lagi dengan kondisi yang berbeda (tidak semua ISP tersambung lagi ke IIX), tapi bukan berarti routing exchange berhenti begitu saja.
Routing exchange baru muncul, diberi label OpenIXp, lokasinya di lantai 7 gedung Cyber juga.
Kondisi jeleknya: kok APJII dan IDC harus berseteru seperti itu? Kondisi bagusnya: siapapun bisa membuat Routing Exchange.
Pengguna internet jadi banyak yang mengeluh akses ke konten lokal, sebuah pertanda bagus bahwa masyarakat punya demand terhadap konten lokal, semoga memicu pula pihak lain untuk sebanyak-banyak membuat konten lokal yang layak dikonsumsi