Pada kesempatan mengunjungi Medan pekan lalu, saya mendatangi Warnet untuk keperluan akses Internet. Layanan untuk pebisnis yang disediakan hotel tempat saya menginap termasuk sebuah Warnet, namun tarif yang dipasang luar biasa: sepuluh kali lipat dibanding Warnet di luar hotel. Tentu saja, saya lebih memilih jalan kaki menuju lokasi di luar hotel tersebut.
Di ruangan Warnet, saya bersebelahan dengan beberapa remaja yang berkerumun menutupi boks tempat pelanggan menggunakan PC. Begitu mulai mengakses komputer desktop di boks saya, yang saya lihat adalah Windows Explorer berisi koleksi klip film-film porno. Rupanya “layanan” ini yang membuat anak-anak tersebut berkerumun dan tampak saling menimpali komentar rekannya. Pengelola Warnet juga sudah berpikir efisien sekaligus “bernilai jual” karena semua berkas klip tersebut disimpan di jaringan lokal, berbagi lewat Windows Network Neighborhood. Hal ini mengingatkan saya pada sejumlah diskusi di mailing list Asosiasi Warnet tentang persoalan berikutnya setelah isu lisensi perangkat lunak — dan dapat dijadikan bahan pemeriksaan oleh beberapa oknum aparat — yaitu materi pornografi.
Ah, ini Internet, bung!
Benar juga jika disebutkan bahwa dihalangi seperti apapun, tetap
terdapat akal-akalan untuk menerobos barikade di Net. Hanya saja,
jika hidangan pornografi tersebut sudah siap saji di depan
pengunjung sebagai servis, apakah masih “urusan Internet”?
Yang memprihatinkan lagi, jika dilihat dari sisi lebih luas: penyedia materi berbahasa Indonesia atau tentang Indonesia dan keanekaragamannya masih minim, belum menunjukkan kemajuan berarti. Bagaimana jika sumber daya yang dialokasikan untuk menikmati hidangan haram tersebut diganti menjadi usaha menambah materi-materi tentang Indonesia?
Sekadar selingan lainnya: di komputer lokal tempat saya mengakses Internet tersebut terdapat juga berkas Keamanan Sistem Berbasis Internet yang tersimpan dalam format PDF, tulisan Budi Rahardjo. Sayang pula, di komputer yang saya pakai masih digunakan Internet Explorer versi 5.x (blok sisi kiri blog ini ditampilkan di bawah artikel), Opera masih versi lama, 1.7, dan tidak dapat digunakan untuk mengakses Net (kemungkinan karena setting proxy yang belum benar), dan tidak tersedia Mozilla Firefox.
Hehe… setiap warnet memang punya regulasinya sendiri-sendiri, tapi di salah satu warnet yang pernah saya tangani sebentar mereka memberlakukan peraturan no bokep… tapi tetap aja masih bisa tembus, mungkin karena belum terlalu canggih kali ya?!?
Tapi terkadang saya mikir, kalo saya belajar Internet kali pertama itu lewat bokep.. dipikir-pikir sih masuk akal juga, tapi masa itu sekarang sudah lewat… :D
Di Warnet yang biasa saya kunjungi, sambil browsing, biasanya saya juga membuka windows explorer untuk melihat file-file yang ada di situ, siapa tahu ada file yang berguna sehingga saya tidak perlu mendownload lagi. Tapi bukan file yang sifatnya porno. Hanya saja yang sering saya temukan memang yang jenis beginian, cuma saya yakin itu file yang didownload dari pengguna sebelumnya tanpa maksud dari pengelola warnet untuk memajangnya di situ, karena menurut penuturan penjaganya, file-file akan dibersihkan maksimal seminggu sekali baik file yg porno maupun bukan. Justru yang saya sayangkan itu dihapusnya file-file berguna yang banyak didownload seperti update-an antivirus atau program2 freeware. Kalo tersedia secara lokal di warnet, kan menjadi tidak perlu lama-lama download lagi.. tapi mungkin dari sisi warnet gak menguntungkan kali, karena nanti pengguna internetannya jadi bentar.
Emang ada beberapa warnet yang menyediakan layanan “koleksi bokep”, dan setelah diliat ternyata layanan tsb bisa menaikkan pendapatan “Gila BAH”, aku sendiri pernah ngelola, syukur dah yang punya ngak maksa buat layanan seperti itu, bisa berontak ne. Di Medan, emang di penginapan mana mas?
heueu, Horas BAH!!!, kok ngak ngomong di Medan (sok kenal)
warnet mana om…?
siyapin harddisk
Maaf, identitas dan lokasi peristiwa tidak patut diekspos. ;)
Untuk Rendy: belum kapok hard disk bisa jebol lagi? :p
Jelas saja makin menjamur. Apalagi produksi lokal yang sudah menggila … mau format apa saja ada. Judulnya nggak perlu implisit dari sma cianjur, fiona lativi, dewipersik, dago, dll. Apa perlu gerbang internet indonesia itu memfilter keyword2 di atas sebelum data2 tsb masuk ke indonesia ? Setahu saya host nya kan server2 LN.
hampir semua warnet abe kenal pemiliknyah or etlis penjaganyalah..
TAPI yah memang beberapa warnet menyediakan konten-konten pornografi yg memang disimpen di HDisk lokal pak Amal! Supaya gag bebani bendwith kata mereka! (sebenernya juga abe dah tebak pak Amal nginepnyah di mana) :P
hampir semua warnet abe kenal pemiliknyah or etlis penjaganyalah..
TAPI yah memang beberapa warnet menyediakan konten-konten pornografi yg memang disimpen di HDisk lokal pak Amal! Supaya gag bebani bendwith kata mereka! (sebenernya juga abe dah tebak pak Amal nginepnyah di mana) :P napa gag hub. abe.. hihi.. biar gratis gitu loah..
maaf OOT, trackback saya ke tulisan ini kok gak masuk ya Mas Amal? apa di block? atau jangan-jangan wordpress saya yang sux? hehehe
Dudi, saya sudah periksa di Trackback (baik yang masuk atau yang dianggap spam) dan Activity Log, tidak ada tanda-tanda adanya trackback dari tempatmu.
Hmm… “hilang” di mana, ya?