Harry Sufehmi menuliskan pengalamannya dalam melakukan instalasi Linux dan LTSP yang perlu berebut untuk mendapatkan komputer bekas. Selain itu, dia merasakan bahwa pihak yang pro terhadap usulan komputer bekas jarang dijumpai. Sebelum menulis Impor Komputer Bekas atau Kedatangan Limbah?, saya mengikuti beberapa tanya-jawab di mailing list Telematika dan berikut persepsi yang saya peroleh:
- Peserta diskusi “impor komputer bekas” cukup beragam dan mewakili
kedua kubu: mereka yang pro terhadap rencana tersebut dan mereka
yang menolaknya. Di tulisan saya sebelumnya, sengaja pendapat yang
disampaikan Pataka mendapat porsi lebih banyak karena ada dua
alasan:
- Pataka rajin menjawab balik hampir semua pendapat lawan diskusinya (yaitu mereka yang pro terhadap rencana tersebut) lewat penjelasan yang lebih lengkap dan pandangan dalam skala makro, yaitu kondisi riil negara kita dan pengelolaannya.
- Saya pribadi menyetujui alasan yang dikemukakan Pataka, oleh karena itu pendapatnya yang lebih lengkap saya kutipkan dalam porsi lebih banyak.
- Dari alasan yang dikemukakan oleh pihak yang pro terhadap rencana impor tersebut di mailing list Telematika, hampir semua baru merupakan cetusan kasus pribadi, menyuarakan kepentingan yang lebih sedikit kuantitasnya (kira-kira seperti yang disinyalir oleh Dedhi dan Irwin Day). Kalaupun terdapat pandangan lain yang lebih global — seperti halnya kesenjangan digital yang menjadi keprihatinan Harry — keadaan tersebut ingin diatasi dengan cara lain tanpa harus membuka keran impor komputer bekas.
Sayangnya lagi, dalam situasi yang condong melihat isu impor komputer bekas ini hanya akan menguntungkan pihak importir untuk berlomba-lomba memanfaatkan keran yang dibuka, pemakai identitas Byte Codes mengirim email massal ke beberapa mailing list perihal mailing list untuk para importir “komputer bekas.” Saya mendapati promosi mailing list untuk importir ini di Telematika, Asosiasi Warnet, dan — duh! — Id-Python.
Kembali pada usulan Harry akan perlunya tempat pengolahan limbah buangan komputer yang sudah tidak terpakai, saya pun berpendapat memang seharusnya instalasi seperti itu sudah mulai dipikirkan di negara kita. Namun ketersediaan tempat pengolahan limbah (ini pun belum terealisasi, kan?) jangan dijadikan pembenaran bahwa kita bersedia menampung komputer bekas dari luar negeri yang tidak lama kemudian akan memenuhi tempat pengolahan tersebut. Pusat pengolahan limbah tersebut harus dimaksudkan untuk mengatasi persoalan komputer bekas yang sudah ada di negeri kita sendiri yang jumlahnya tentu akan meningkat terus; bukan mengatasi persoalan sampah negara lain yang didatangkan lewat keran impor komputer bekas.
[07:49] Irwin Day menulis artikel tentang impor komputer bekas ini dan dilengkapi senarai taut isu ekologi yang menyertainya.
Komputer bekas menurut saya bagus,dapet untungnya gedeeeeeeeeeeeee banget??? sory da yang tahu nggak alamat toko yang paling murah ngejual komputer bekas, please tell me ok ???
buat saya komputer bekas itu adalah sebuah usaha baru buat saya yang paling menguntungkan diantara usaha yang saya pernah jalanin. Dan saya sangat mendukung adanya import barang dari luar negeri yang sifatnya 2nd, krn dpt membantu pemerintah mendapatkan lapangan kerja baru!!!! sapa hayo yang tahu tempatnya??? kasih tahu dong???? please!!!!!
interested eih….. kira2 saya salurkan kmana ? sering melihat gerobak barang2 bekas bawa barang tersebut.
minim berapa pcs yang akan anda terima dari sayadalam setiap pengiriman?
tks for your kind attn n cooperation
Rgds Titik