Membaca penjelasan Badan Hisab Rukyat (BHR) Jawa Barat tentang
kesempatan memperbaiki arah
kiblat (arah yang
digunakan untuk ibadah sholat) pada hari Jumat, 26 Mei besok, salah
satu pesan mereka menarik disimak, Cocokkan arloji setepat
mungkin.
Untuk mendapatkan waktu yang sesuai, pukul 16.18 WIB yang tepat, bagaimana
caranya?
Ini mengingatkan saya pada pentingnya melakukan sinkronisasi jam komputer dengan server-jam — sesuatu yang kian mudah dilakukan sekarang dengan ketersediaan koneksi Internet sekarang dan fasilitas jam-sistem di komputer. Bandingkan dengan pengalaman di zaman komputer PC XT tahun 1980-an, saat pengguna harus memasukkan sendiri tanggal dan jam untuk sistem pada saat sistem operasi mulai dijalankan. Karena ingin sistem berjalan dengan penunjuk waktu yang betul, saya berusaha selalu mengisi pertanyaan jam dan tangal tersebut dengan benar. Memang, sebagian PC sudah dilengkapi dengan baterai yang memungkinkan penyimpanan tanggal dan jam pada saat komputer tidak beroperasi.
Salah seorang teman di lab. komputer saat itu pernah gagal melakukan kompilasi menggunakan menu Make di salah satu IDE keluarga Borland. Setelah diusut, ternyata persoalan jam-sistem: pencantuman waktu untuk berkas-berkas yang terkait tidak benar, sehingga kompilasi untuk projek, yang berbasis prinsip di Makefile, menghasilkan kesimpulan salah bahwa projek tidak perlu dikompilasi ulang, alias masih up-to-date.
Pada periode setelahnya, keluarga Microsoft Windows 95 SR-2 sudah
mulai berkenalan dengan koneksi Internet. Karena sistem operasi
tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas sinkronisasi dengan
server-jam, beberapa utilitas untuk keperluan ini beredar. Jika
terhubung dengan Internet, alat
bantu pencocokan jam-sistem ini yang sering saya pasang di
komputer yang saya gunakan. Tentu
saja dibarengi kelakar teman semisal, Waktu yang diperlukan untuk
mengambil informasi waktu dari server di negara lain itu sendiri,
bagaimana?
Betul, saat itu masih banyak yang pakai modem
28,8 kbps.
Sampai akhirnya modul ntpdate dan ntp-server di GNU/Linux kian memudahkan penyediaan informasi waktu untuk satu komputer atau untuk layanan yang dipakai bersama di intranet misalnya. Keduanya memanfaatkan Network Time Protocol (NTP) untuk keperluan sinkronisasi. Untuk pemeriksaan, biasanya saya bandingkan dengan jam yang ditampilkan oleh situs Web time and date.com.
Namun kepedulian terhadap jam-sistem ini — entah alasannya — sempat terlihat terabaikan di sebuah instalasi komputer yang menurut saya sudah berskala besar. Saya yang menyusun skrip untuk dijalankan oleh penjadwal (cron) di server beberapa kali kecele: sudah disiapkan dengan ancang-ancang penunjuk waktu di notebook kami, setelah diunggah ternyata menit kelipatan di setting cron yang dipasang baru saja lewat atau perlu menunggu beberapa belas menit lagi.
Tidak nyaman; apalagi pangkalan (port) yang digunakan oleh NTP di instalasi tadi ditutup. Alhasil, pada saat kembali pulang ke kantor, saya jalankan lagi ntpdate di notebook sebagai pengganti kegagalan tersebut.
Jadi, menindaklanjuti imbauan agar arloji dicocokkan agar akurat untuk keperluan semisal penentuan arah kiblat besok, salah satunya adalah lewat layanan komputer yang memanfaatkan NTP.
Bagi sebagian orang, malah ada yang cenderung mempercepat waktu demi menghindarkan keterlambatan. Biasanya, kadang sampai 10 menit lebih cepat.
Tapi kalau untuk penentuan arah kibat, meleset (kurang lebih 5 menit) ga papa koq mas. Rata-rata jam emang melestnya sekitar segitu. Jam dirumah saya aja beda semua :)
Ech, Betul dan terima kasih.
Walaupun bagi saya, jam yang lebih presisi terhadap acuan yang relatif dapat diandalkan justru “mengasyikkan”.
waktu bagi saya adalah sangat berharga, karenanya Allah swt telah berfirman dalam al-qur,an bahawa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh yang saling nasehat-menasehati dalam kesabaran dan menetapi dalam kebenaran, namun sejauh mana kita telah menghargai waktu?