Pertama memang terlihat impresif: notebook Acer seri
Aspire
menyediakan GNU/Linux dalam
kondisi sudah
terinstalasi (atau lazim
disebut pre-installed). Mengingat jumlah distribusi di Linux
yang sedemikian banyak, pertanyaan pertama yang muncul adalah:
distro Linux yang mana yang dipilih Acer? Jawaban dari pedagang
sedikit membuat dahi berkernyit, Linpus. Hanya untuk
konsol.
Hanya menyediakan terminal teks untuk mesin sekelas
AMD Sempron? Hadirin bisa heboh, seperti halnya yang saya alami jika
sedang berkutat di belakang komputer melakukan instalasi Debian
GNU/Linux, Sudah keluar warnanya? Dari tadi baru hitam dan
putih.
Benar-benar tanggung niat Acer membekali produk notebook
mereka dengan Linpus. Saya baca di DistroWatch, Linpus sudah tidak
masuk pada peringkat halaman yang diakses selama enam bulan terakhir
dan artikel tentang dia terakhir muncul pada tahun 2002.
Jika memang niat Acer sekadar ada sistem operasi untuk
mengoperasikan notebook, FreeDOS lebih praktis. Toh piranti
kartu jaringan nirkabel dari Broadcom, BCM4318, tidak terdeteksi dan
tidak disediakan pengendali (driver) di instalasi Linpus
tersebut. Sampai ada yang
menimpali, Tampaknya Acer
mempercayai bahwa tidak ada orang yang akan memakainya dengan
Linux.
Kemungkinan besar pemakai Linux di notebook saat ini tidak mau begitu saja menerima setting dari fabrikan. Partisi misalnya, ingin diganti. Persoalan partisi ini juga yang kerap merepotkan saya jika melakukan instalasi ulang Windows XP dari cadangan di cakram optik yang disediakan Toshiba: memang mudah sekali Windows XP diinstal ulang, namun tanpa ampun tata ruang di cakram padat dihajar habis menjadi seperti semula. Memberangus kebhinekaan, menurut istilah yang populer hari-hari ini.
Bagaimana dengan Debian Sarge? Instalasi di Acer Aspire berjalan dengan baik kecuali untuk satu hal: kartu jaringan nirkabel. Jangan bergegas komplain ke Debian: ingat, sisakanlah satu piranti untuk dioprek. Toh setelah dicari lewat Google, dijumpai satu artikel yang menjelaskan pemakaian ndiswrapper, sebuah solusi cerdik memanfaatkan pengendali yang disediakan untuk Microsoft Windows — yang uniknya hanya pengendali untuk Windows disediakan oleh Acer untuk Aspire.
Akal-akalan untuk kartu jaringan nirkabel ini memang praktis: seorang teman berterima kasih setelah menganggurkan piranti tersebut sekitar enam bulan pada saat sesi Linux.
Masih perlu perjuangan lagi dalam hal penanganan piranti dengan Linux. Beberapa hari kemudian saya ikut sedikit membantu instalasi di dua server dengan pemroses Intel Xeon dan media penyimpanan berteknologi RAID: Debian Sarge menganggap tidak ada media yang dapat dipartisi. Ah, ada apa ini? Teman saya mengusulkan Grml, salah satu distribusi berbasis Debian yang salah satunya menekankan pada fungsionalitas pekerjaan administrator. Hasilnya lebih baik: partisi cakram padat terdeteksi, namun masalah muncul pada saat instalasi dari versi live ke cakram padat — belum diketahui penyebabnya, kegagalan terjadi pada saat pemasangan direktori /usr mencapai angka 42%.
Sampai akhirnya, Ubuntu terakhir di loker, versi 5.10 untuk pemroses 64-bit, dicoba. Berhasil: cakram padat dikenali dan siap dipartisi. Keesokan harinya, pengunduhan versi 6.06 LTS selesai pada dini hari Sabtu, setelah ditunggu sehari-semalam. Instalasi Ubuntu 6.06 untuk Acer Aspire berjalan lancar dalam hal pemeriksaan piranti yang terpasang. “Kesalahan kecil” hanya terjadi pada konfigurasi XWindow: deteksi yang dilakukan Ubuntu menghasilkan Vesa generik, sedangkan piranti yang terpasang Sis. Perubahan lain yang perlu ditambahkan ke Xorg adalah resolusi layar “1280x800” agar proporsional terhadap rasio layar Acer Aspire.
Untuk pemakai atau calon pemakai notebook yang akan menggunakan Linux, tidak perlu ragu-ragu, penjelasan di situs semacam Linux on Laptops berisi informasi instalasi Linux di banyak seri notebook. Masalah yang masih saya hadapi saat ini adalah papan ketik yang seringkali berperilaku aneh pada kunci Fn (function key?) jika digunakan bersama dengan gVim.
Jika notebook merk-merk ternama masih ragu-ragu memasangkan Linux dalam kondisi pre-install, pihak toko dapat berinisiatif menyediakan Ubuntu, misalnya. Agaknya perlu diulang lagi pertanyaan di atas: siapa yang (akan) memasang Linux di notebook?
[7 Jun] Beast menjelaskan bahwa dia pernah menulis tentang hal ini di milis Linux Aktivis. Dari hasil pencarian saya: Dekrit menulis Dukungan Setengah Hati dan ditimpali oleh Beast tentang pengalaman mendapatkan Syslinux di Acernya.
Persoalan tata letak papan kunci sudah diatasi setelah diketahui bahwa jemari tangan saya sering secara tidak sengaja menyentuh alas-sentuh (touchpad) dan mengacaukan status kursor di layar. Dengan demikian, sekarang ini alas-sentuh tersebut saya matikan fungsinya.
bukan microsoft windows XP starter edition yang didevelop dibarengi dengan instalasi edubuntu ya om ?
Iya, emang aneh tuh Acer. Dulu tempat saya juga pre-install Acer dan saya ganti ke Mandriva 2005, tapi karena kernel panic terus, malah jadinya ke Slackware sampe sekarang (bahkan sampe migrasi desktop juga ke Slackware hehehehe)
Dulu Mandraker, sekarang jadi Slacker hahahaha :D
Rendy, maksudnya yang itu, ya?
Rendy: LOL! Anyway, Acer ini sengaja kali ya. Udah tau orang-orang pada sukanya pake WindowsXP bajakan. Ngapain repot-repot beli license dari Microsoft kalo bisa menekan biaya, toh beli Windows bajakan Rp 5000 juga dapet.
Lagian Acer memang kualitasnya kurang bisa diandalkan kok. Cepet rusak.
Distro yg “lumayan” bersahabat dengan notebook saya adalah XANDROS. Semua terdeteksi dengan baik, termasuk kartu wireless PCMCIA (maklum seri lama ..heheh) Sebenarnya sih semua distro linux terkenal yg saya coba sudah support notebook, hanya untuk beberapa setting wireless mulai deh ngaco. sementara ini hanya Xandros yang gak perlu repot untuk enkripsi WPA, sebab tools untuk itu sudah terinstall …
LTS kayaknya Long Term Support deh, bukan Long Time Support.
https://wiki.ubuntu.com/DapperReleaseNotes
hardware yang gak support linux out of the box dari dulu sampai sekarang masih sama: beberapa jenis video card, wireless, modem. untuk laptop masih ditambah dengan fitur spesifik laptop: tombol non standar, fingerprint reader, dsb. sisanya harusnya gak ada masalah.
Ronny, terima kasih atas koreksi kepanjangan LTS. Sudah saya perbaiki.
@AK
saya udah ga pake windows bajakan, cukup sewa sebesar Rp.10.000 per tahun, bisa dapat Windows XP Pro, Office 2003, Front Page, Visio, dan Encarta :D
Bung Amal, saya pengguna Acer TM2350 isinya distro mandriva 2006 dan semua perangkat di notebook berjalan sebagaimana mestinya ( wifi, lan, modem, touchpad ). Jadi mustinya Acer Indonesia berani untuk memasarkan Acer Pre-Install dengan Linux.
Kalo VGA Card sudah rada2 jarang mas Pri, kecuali kalo yg merek2 gak terkenal. Kalo pake NVidia/ATI sih biasanya cukup dengan installasi Drivernya.
Kalo wireless dan modem emang rada2 repot, kecuali bagi pengguna Centrino (untung laptop saya pakai centrino) dan modem2 yg sudah ada chipsetnya di linmodems.org.
APakah soundcard juga tidak termasuk didalamnya? WebCam, tv turner, dll. Masih banyak sih, tapi semakin lama dukungannya semakin bagus kok :D
sebenarnya akal-akalan saja supaya harganya bisa murah (tanpa OS). kenapa tdk pakai distro yg ‘lengkap’ saja? karena nanti akan ada complaint krn ada beberapa device yg tdk/blm dikenali dan tentu saja pihak acer tdk akan support secara resmi. bbrp tahun lalu saya singgung masalah ini di linkux-aktivis, kok sampai skrg msh sama =(
Acer? (Agak CEpet Rusak?)
tempat saya Acer gak rusak2 kok hehe :D
dimana bisa dapatkan driver ethernet acer aspire as10. Tolooooooooooooooo ?????