MP3 di Ubuntu dan EasyUbuntu

| 4 Comments | No TrackBacks

Terima kasih Eko: saya sudah mencoba EasyUbuntu kemarin. Jatuh-bangun memang, apalagi kalau bukan persoalan lebarpita! Entah siapa yang sedang aktif menggunakan Internet di kantor sepanjang hari, sampai dengan Spanyol bertanding melawan Ukrania dan para pekerja giliran malam di Jalan Tubagus Ismail, Bandung, berkerumun di depan televisi di beranda gerai-gerai mereka, koneksi Internet masih seperti siput di kantor saya.

Hal yang menarik dengan EasyUbuntu adalah kepraktisan dalam menyediakan codec, untuk MP3 misalnya. Pada instalasi pertama saya dengan Ubuntu, secara tidak sengaja codec MP3 terpasang (kelihatannya dari salah satu pustaka Xine). Namun pada instalasi kedua, saya ingin mencoba lebih bersih — hanya memasang paket yang diperlukan, dan untuk pemutar multimedia Totem saya hanya memilih Gstreamer. Hasilnya: format MP3 tidak dapat dimainkan.

Saya baca dari penjelasan dari diskusi di Ubuntu tentang lisensi codec MP3, kabarnya tim Gstreamer sudah menyelesaikan urusan lisensi pemakaian plugin MP3, namun Ubuntu “kesulitan” menyertakannnya begitu saja pada distribusi mereka. Yang belum saya ketahui: mengapa paket-paket lain seperti XMMS atau Xine — dan juga Music On Console di Debian GNU/Linux — seperti dengan bebasnya menggunakan codec MP3?

Antarmuka EasyUbuntu praktis dan mudah digunakan. Sedikit kendala bagi saya adalah setting yang digunakan langsung ke penyedia paket tersebut, tidak lewat apt-proxy yang disediakan di kantor. Barangkali bisa dimodifikasi di skrip Python EasyUbuntu — saya belum mencobanya. Seperti kata Eko Juniarto sendiri saat mengobrol dengan saya kemarin: Ubuntu memang tidak akrab ramah terhadap kelompok berkoneksi Internet kualitas rendah (atau “fakir bandwidth”). Anggaplah semacam tantangan bagi yang berminat membundelnya dalam sebuah cakram optik, misalnya.

Terakhir, saya sempat menemui sedikit pesan kesalahan untuk konstanta False yang dihasilkan skrip Python. Saya akhiri dengan menekan Ctrl-C. Setelah itu berkas sources.list saya kembalikan seperti semula. Kendati sudah ada Synaptic dan Update Manager, saya masih terbiasa memeriksa pemutakhiran lewat apt-get dari terminal.

Oh ya, tentang fonta lama dari Microsoft, msttcorefonts, menurut saya justru fonta bawaan Ubuntu lebih nyaman dipakai. Entah setelah bawaan Windows Vista nanti.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/441

4 Comments

bener kata Anda, mas.. Ubuntu memang bukan untuk low-bw atau no-bw sekalian.. buktinya ya msttcorefonts itu.. udah di download .deb nya eee lha dalah kok tetep download arial.exe dari internet.. saya donlod itu 12 .exe yang diperlukan juga tetep ndak bisa install MS-TTF, padahal butuh buat font grafik generator jpGraph

Entah kenapa totem-gstreamer dari dulu selalu tidak memuaskan kualitasnya buat saya. Saya selalu pasang totem-xine, jauuuuuuuh lebih bagus. Gak tau di Dapper gimana, udah males pindah lagi.

Waktu upgrade dr Breezy ke Dapper banyak tersisa gstreamer0.8-*, mesti dibuangin satu2 (edit /var/lib/debfoster/keepers kalo pake debfoster), dan ganti dengan gstreamer0.10-*. Nama paketnya untuk 0.10 sudah lain lagi. Ada di https://wiki.ubuntu.com/RestrictedFormats infonya. Saya mengikuti itu biasanya. Males pake yg automatix, easyubuntu atau sebangsanya, saya suka “bersih” dan “lean” juga :)

Saya juga sebenarnya lebih cocok dengan setting minimal dan bersih yang diberikan oleh distro. Di Debian sebelumnya saya hanya instal Blackbox, karena keperluan saya di XFree hanya Firefox/Opera, Latex, dan gVim.

gVim juga saya pakai karena perlu copy-paste ke clipboard, padahal untuk editing Vim sudah sangat memadai (sekaligus minimalis dibanding emacs, hehehe).

EasyUbuntu saya perlukan untuk memutar MP3, padahal harapan saya GStreamer menyediakan tanpa harus ditambahi.

Gstreamer punya plugin bernama gst-plugins-mad, MAD adalah MPEG Audio Decoder, sebuah dekoder MP3.

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on June 15, 2006 3:33 PM.

Distributed.net dan "Notebook" was the previous entry in this blog.

Nasib Ajax is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261