Jadi, untuk apa Ajax?
Mereka yang punya pundi-pundi menyebut Ajax sebuah “omong klobot” (buzzword). Sedangkan kaum fakir bandwidth sudah merapal mantra untuk mengusir Ajax karena membokong koneksi. Bagi sebagian orang yang sudah sebal dengan spyware atau worm yang seenaknya membuka koneksi tanpa sepengetahuan pemakai komputer, Ajax hanya sedikit lebih baik: dijamin oleh pembuat situs Web besar dan berbekal izin, namun tetap saja tukang selonong sulit dipantau.
Ajax, pada sebuah sisi, memang perpanjangan mimpi Network Computer yang ramai dibicarakan pada saat Java awal-awal dikenalkan — sekaligus membuktikan prediksi saat itu bahwa Network Computer juga sangat mungkin gagal. Mereka yang tidak segera antusias dengan konsep Network Computer antara lain menyebut bahwa secara alamiah pemakai aplikasi merasa lebih aman menggunakan aplikasi yang dipasang di komputernya dibanding harus mengambil aplet dari peladen, kemudian dijalankan di komputer lokal. Ajax lebih-lebih lagi: dia menciptakan lorong koneksi yang terus-menerus1 melakukan kontak dengan peladen. Bukan hanya perasaan keamanan, nasib kita — pemakai koneksi Internet di Indonesia — seperti di ujung tanduk: pemuatan halaman Web yang perlu waktu lama, pemutakhiran status dan informasi yang terus-menerus (yang berarti ada resiko kegagalan sinkronisasi), dan histori di perambah yang tidak dapat dipakai dalam modus offline (betul, sepulang dari kantor, tidak selalu ada koneksi Net di rumah).
Menjadikan aplikasi Web bernuansa klien-server memang memikat pada satu sisi — navigasi antarelemen lebih intuitif, respon aplikasi lebih lekas teramati, dan jenis aplikasi yang berhasil diusung ke Web bertambah — namun pada saat ini kita sebagai pemakai perlu berlapang dada dulu: pertama kali dikenalkan, lembar kerja yang disediakan Google Spreadsheet belum menerima kebiasaan saya mengisi parameter sebuah fungsi dengan cara memilih sel lewat gerakan tetikus. Intinya: fungsionalitas yang disediakan sangat mungkin lebih terbatas. Jika pertimbangan aplikasi perkantoran yang disediakan dalam bentuk online sekarang ini adalah harganya yang cuma-cuma, pemakai akan kena ongkos berkelanjutan dalam hal koneksi. Lebih baik unduh aplikasi desktop sesungguhnya atau beli dalam kemasan cakram optik semacam OpenOffice.org.
Daftar di atas dapat ditambah: antarmuka baru Yahoo! Mail bertele-tele menampilkan semua isi Inbox — langsung ditinggal oleh teman saya yang baru sehari mencoba; kami juga berterima kasih untuk Meebo pada saat bekerja di tempat klien yang hanya membuka pangkalan (port) 80 — setelah kembali ke kantor, semua kembali ke Gaim dan hanya sehari mencoba Campfire; syukurlah Gmail sekarang ini baik-baik saja — sebelumnya seorang pemakai di sini mengunduh emailnya lewat POP karena terlalu lama menunggu pesan “Loading…”.
Demikianlah Ajax — atau… kondisi di negara kita, jika motivasi
Anda sudah menguat untuk menggunakan Ajax. Masih ada harapan:
aplikasi Ajax untuk keperluan intranet. Paling “penentangnya” hanya
beralasan satu hal, Maaf, saya termasuk kelompok minimalis, untuk
apa memasang Webmail “aneh-aneh” jika dengan Mutt fasilitas tersebut
sudah tersedia semua?
[17:27] Terima kasih Andry, istilah terus-menerus ini lebih tepat diganti dengan asinkronous, sesuai dari keterangan pada tulisan yang dikutip.
baru mau pake ajax… tapi jadi mikir lagi…
mungkin bisa pake ajax, untuk ngirim data tanpa melalui proses perpindahan halaman aja.
jadi ga perlu refresh2 terus…
masih mikir
bagi saya yang bukan programmer, AJAX selamanya adalah klub bola asal Amsterdam. wekekekkkk… Basi, ya?
Habis lambat. Tinggalin aja deh.
sebagai bukan fakir benwit dan tinggal di Amsterdam.. HIDUP AJAX!!
eniwei, yahoo mail yg pake ajax.. emang sux… loadingnya lama bangeeett… pengen balik k yang lama.. tp kayaknya gak gaul.. :p
kalau masalah lambat, mungkin hanya kaum fakir bandwidth di negri yang harga bandwidth nya selangit saja yang protes :) yahoo beta emang cuma niru outlook doang aku sih tetap setia dengan kolaborasi yahoo+mozilla+ajax(viamatic) untuk mempercepat baca mail :)
Awalnya saja juga sinis terhadap AJAX. Loading awalnya relatif lebih lambat.
Tapi yang patut diingat adalah, penggunaan gabungan teknologi AJAX relatif baru. Tapi tingkat adopsinya tinggi. Library-library untuk AJAX menurut saya yang paling cepat akselerasi perkembangannya.
Yang mungkin bikin kita jengkel, adalah penggunaan AJAX secara berlebihan. Wordpress versi 2.x itu contohnya.
Tapi buat saya, AJAX malah sangat membantu. Ini barang nyata yang membuat mimpi membawa lingkungan rich-client kedalam lingkungan berbasis internet. Asal ya itu tadi, gunakan disaat yang tepat : fokus ke fungsionalitas ketimbang kosmetik. (Saya sendiri memakai Basecamphq dan Feedlounge. Penggunaan AJAX didua produk itu efektif).
Oh iya, AJAX tidak harus selalu melakukan “refresh” tanpa kita sadari. Perilaku asinkronous bawaan XmlHttpRequest bisa diatur dengan mudah. Intinya kan sama saja, ada pemanggilan fungsi (method invocation) hanya saja hasil kembaliannya (return type) diperoleh secara asinkron.
Kalau ada anggapan AJAX makan bandwidth karena terus menerus membuka koneksi, itu jelas salah ;)
sebenernya ajax lebih hemat bandwidth, sebelumnya kalau mau baca email di web, kita harus download isi email ditambah header, footer, dll dsb. kalau pakai ajax, kita cuma harus download isi emailnya, sedangkan presentasinya pakai elemen yang cukup sekali didownload.
yang jadi masalah dengan bandwidth itu kalau aplikasi ajax melakukan refresh otomatis. ini biasanya gak bisa di-stop dengan mudah oleh user, satu2nya cara yang praktis adalah tutup browsernya.
tuh om, dengerin apa kata fakir benwit…
giring pri ke klan deden
Pemanfaatan AJAX agar jgn hanya sekedar memperbagus tampilan, tapi supaya dibawa lebih jauh lagi. Ada tulisan bagus yang mengupas suatu ide mengenai pemanfaatan AJAX. Tulisan dibuat oleh teman saya yg kini sedang kuliah S2 di Aussie. http://drake4life.multiply.com/journal/item/576
bbrp kali pake meebo dapet pesen: meebo bikin komputer kerja lebih lambat (lupa bahasa persisnya). Bener nggak sih? tp meebo memang lebih baik dibanding java messenger (karena di pc kampus gak boleh install apa2) :)
oya soal Ajax, asli, kukira ente mau bicara soal bola (lagi terpengaruh pildun sih..)
Namanya teknologi. ada kurang sempurna itu wajar. Dan biasanya yang ngeluhkan ajax yang refresh lah, ya load terus. yang lambat, karena orang tersebut termasuk daerah FAKIR BANDWIDTH, coba kita tanyakan sama orang orang yang KAYA BANDWIDTH make ajax paling enak enak aja.
Email Yahoo Beta pun saya rasa bukan jelek. Kalau si KAYA BANDWIDTH yang test akan lonjak lonjak (berdasar pengalaman temen saya di jepang yang make BANDWIDHT lebih dari 2MB)
Jadi bijaksana aja ama teknologi ;)
aku pengen pake ajax tapi gak tahu caranya maklum baru kemaren belajar haha ada yang mau ngajarin?
saran bagaimana kalao recordsetnya disetel secara descending aja?
Whatever lah yg penting go AJAX, kl emang mahal pake koneksi sendiri ya ke warnet aja.
Gue tadinya nggak Ngerti AJAX, tapi setelah baca tulisan ini Gue jadi ngerti bangeet!!
http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2006/09/14092006/45616
Saya sedang mencari-cari tentang artikel AJAX di paman google dan mental kesini. Setelah membaca tulisan dan komentar, keingintahuan saya semakin menjadi bertambah. Saya baru akan mulai mempelajarinya dan melihat tulisan ini diposting pertengahan juni, rasanya jadi ketinggalan jaman yah…
makasih bung Amal atas tulisannya.