Liburan datang.
Inilah kesempatan mengajak Ubuntu untuk menemani kami sekeluarga menjenguk sanak saudara di Jawa Timur. Kendati saya tentu tidak akan sempat terlalu lama memelototi komputer — toh sedang berlibur, jadwal kunjungan sudah padat, dan letih yang lebih dibanding kegiatan hari-hari biasa di Bandung — komputer jinjing ini diperlukan salah satunya jika sewaktu-waktu perlu online untuk melihat email yang masuk, aktivitas Web, dan kemungkinan perlu akses ke komputer di kantor Bandung.
Keluarga besar saya tinggal di Kecamatan Balung, sekitar 25 kilometer dari Jember, ibukota kabupaten. Infrastruktur sudah memadai, termasuk layanan komunikasi lewat telepon-kabel dan nirkabel. Komputer sudah mulai digunakan di beberapa rumah, terutama yang memiliki anggota keluarga yang mengenyam pendidikan setingkat perguruan tinggi. Saya sempat melihat salah satu rental komputer dan salah satu kepala sekolah di desa yang lebih pelosok lagi menyebut mereka akan “kedatangan Internet” sekira 1—2 tahun mendatang, namun praktis belum ada Warnet. Pada kunjungan sebelumnya, biasanya saya siasati dengan bertandang ke ibukota kabupaten pada jam-jam mendekati tengah malam sampai usai subuh.
Persiapan modem
Persiapan pertama: modem yang disediakan Acer Aspire harus tokcer. Sampai pertengahan Juni lalu, saya mengabaikan modem di notebook tersebut karena koneksi ke Internet hanya dilakukan lewat jaringan di kantor. Ternyata setelah itu sempat perlu coba-coba dengan wvdial. Deteksi modem saya lakukan menggunakan scanModem dan berikutnya pengendali modem diambil dari slamr. Akhir dari coba-coba tersebut adalah konfigurasi /etc/wvdial.conf terpasang. Terus terang, saya agak lupa rincian langkah-langkah pengaktifan modem ini — cukup saya ikuti petunjuk dengan seksama dan hasilnya sudah “siap pakai”. Oh ya, entah alasannya, saya sering gagal atau tidak cocok menggunakan antarmuka grafis Network Setting di Ubuntu untuk urusan piranti jaringan (termasuk modem). Alhasil, perintah baris untuk mengaktifkan kartu jaringan atau koneksi dial up lebih saya sukai.
Isi /etc/wvdial.conf untuk Telkomnet Instant di Acer Aspire yang saya gunakan,
[Dialer defaults]
Init1 = ATZ
Init2 = ATQ0 V1 E1 S0=0 &C1 &D2 +FCLASS=0
Modem Type = Analog Modem
ISDN = 0
Phone = 080989999
Modem = /dev/ttySL0
Username = telkomnet@instant
Password = telkom
Carrier check = no
Mengunduh dan Mengirim email
Urusan email tetap pada prioritas atas. Hal yang perlu mendapat perhatian: lalu lintas email utama saya lewat server di kantor dan saya menggunakan Evolution lewat POP dan SMTP. Walaupun akses lewat Webmail disediakan, menurut saya kurang fleksibel dan lebih sulit dikelola dalam modus tidak-tersambung (offline) ke Internet.
Untuk itu sebuah lorong jalur SSH untuk POP dan SMTP disiapkan. Konfigurasi tersebut ditulis di /etc/.ssh/config, dalam susunan sebagai berikut:
Host examplepop
HostName mail.example.com
User amal
LocalForward 110 localhost:110
LocalForward 25 localhost:25
examplepop adalah nama pemanggilan koneksi, mail.example.com nama server mail, amal merupakan identitas pengguna untuk keperluan login, dan dua baris berikutnya berisi lorong jalur SSH yang akan dipakai, POP (110) dan SMTP (25). Sebagai pasangan, di konfigurasi Evolution untuk Sending email dan Receiving email, server email diset ke localhost.
Pemakaian pangkalan (port) 110 dan 25 disebabkan oleh konfigurasi di Evolution yang tidak menyediakan perubahan pangkalan, melainkan hanya nama server mail. Konsekuensinya: karena pangkalan pada rentang 1024 dan ke bawah perlu otoritas setingkat root untuk membukanya, di Ubuntu hal tersebut dilakukan lewat perintah sudo
$ sudo ssh -F ~amal/.ssh/config examplepop
dan masukkan dua kali sandi lewat, pertama untuk sudo dan berikutnya sandi lewat akun untuk server mail. Tutorial pembuatan lorong SSH saya baca di Breaking Firewalls with OpenSSH and PuTTY
Dengan koneksi Telkomnet Instan, email sejumlah 200-an (termasuk spam) dapat diunduh sekitar 15 menit. Jika ingin waktu unduh lebih pendek (dalam eksperimen saya, hanya berbeda sekitar 5 menit), spamassassin di Evolution dapat dimatikan dengan konsekuensi semua spam ditampung di Inbox.
Benarlah, sekalipun sudah tersedia koneksi lewat Telkomnet Instant, tulisan baru untuk blog ini tetap terlambat dan boleh dikatakan saya sedang diet akses Internet. Ah, namanya juga liburan…
ole ole jgn lupa om.. :D
bung… emang hubungannya liburan ama UBUNTU apa ya…???
Padahal baru kemaren saya juga dari Jember.
Cuma bedanya, ndak bawa laptop. Liburan kok bawa laptop :p
yoih.. liburan kok bawa leptop?
Ario, memang tidak harus berhubungan langsung, melainkan itu cerita saya mempersiapkan Ubuntu untuk keperluan liburan. Barangkali ada yang berminat menyediakan distro Linux untuk pakansi? ;)
Andry dan Azil: hmm… ada manfaatnya kok bawa laptop selama liburan: salah satunya, jika anak-anak sedang perlu ganti suasana, mereka bisa menggunakan laptop untuk main game… :)
wedew mas, liburan ajah bareng ubuntu apalagi kerja ? ^_^
sebelumnya, configurasi modem dengan $sudo wvdialconf /etc/wvdial.conf
ini secara otomatis menscan modem dan memasukkan infonya ke wvdial.conf. tinggal edit wvdial.conf dengan text editor (misal. gedit, vim dll).