"E-Accessibility"

| 3 Comments | No TrackBacks

Salah seorang teman berdiskusi dan sesekali berdebat cukup keras di mailing list waktu kami di Groningen, Belanda, adalah Bahrul Fuad, atau akrab dipanggil Cak Fu. Saya ingat kami pernah seperti mengerahkan banyak rujukan pada saat membicarakan syariah Islam, sehingga hampir dicemaskan oleh anggota mailing list akan kemungkinan kami “bertengkar”. Tentu saja tidak: kami tertawa bersama melihat dia mengenakan sarung di atas kursi roda pada saat Jumatan di Masjid Selwerd, Groningen. Sebelum kamar di asrama dia dilengkapi koneksi Internet, teman berdebat ini sering datang ke rumah saya (bezoek), dan hasilnya: selain koneksi Internet gratis (1 Mbps saat itu tentu perlu disedekahkan), akhirnya Cak Fu menulis blog. Segala urusan teknis di belakang blog dia saya siapkan.

Prinsip persahabatan kami sederhana: pada saat bertemu di darat, jangan melanjutkan perdebatan keras di ranah maya.

Sekarang Cak Fu tinggal di Surabaya dan salah satu kegiatan utama dia berkecimpung dengan sahabat-sahabatnya, para penyandang cacat atau sekarang ini digunakan istilah “difabel”. Cak Fu sendiri menjinjing notebook Toshibanya di sepanjang jalan di Groningen dengan kendaraan listrik khusus yang biasanya digunakan oleh kelompok difabel dan orang tua. Kabarnya “motor istimewa” tersebut diangkut juga ke Jawa Timur. Entahlah, karena saya belum pernah bertemu dia setelah di tanah air dan jarak Bandung—Surabaya sama dengan dari Groningen di ujung utara Belanda ke Paris di Prancis, melewati Belgia.

Saya dapat mengerti jika Cak Fu menulis banyak “keluhannya” tentang fasilitas untuk kelompok difabel di Indonesia yang secara kasat mata memang jauh tertinggal dibanding di negara Barat. Kata kuncinya di bagian aksesibilitas, baik di lingkungan sehari-hari pun dikaitkan dengan teknologi informasi. Saya belum membayangkan bahwa penyediaan perangkat lunak atau informasi untuk layanan publik sudah mempertimbangkan kaidah aksesibilitas (bahkan untuk pengguna non-difabel saja juga belum semua terakomodasi). Pengalaman saya pribadi merasakan keperluan modul Accessibility di Control Panel Microsoft Windows justru pada saat bekerja sebagai petugas kebersihan di panti jompo di Groningen. Di salah satu ruangan yang kami kunjungi setiap hari terdapat seorang yang mengandalkan hampir semua kegiatannya lewat sebuah layar sentuh yang menampilkan huruf dan simbol berukuran lebih besar dari rata-rata. Mengharukan juga melihat dia menyelesaikan satu kalimat dan hasil cetaknya ditempel di papan kamar dalam rentang waktu kira-kira sama dengan yang kami perlukan untuk menyapu, membersihkan dan merapikan perabot, dan mengepel lantai.

Cerita menarik lain pernah diungkapkan oleh Edwin Pratomo tentang kasih sayang seorang bapak, Jouke Visser, kepada anaknya yang difabel dengan membuatkan aplikasi pVoice di atas Perl yang akhirnya disediakan berlisensi Open Source dan disponsori antara lain oleh The Perl Foundation dan ActiveState. Setelah saya baca dengan seksama ternyata cerita yang dipaparkan Edwin tersebut berlanjut di sebuah tempat perawatan difabel di Haren, kota kecil tetangga Groningen.

Dengan tema E-accessibility yang dipilih untuk Hari Penyandang Cacat di seluruh dunia tahun ini dan acara puncak akan berlangsung pada tanggal 7 Desember lusa, saya amati media massa arus utama melaporkan kemajuan dan perkembangan pemakaian teknologi informasi untuk kelompok difabel. Salam saya untuk Cak Fu: komplain sampeyan memang tidak salah, namun menurut saya tidak perlu terlalu sering meradang. Sangat mungkin kita semua — termasuk saya sebagai warga negara — belum berhasil membantu banyak menyediakan akses yang sepadan untuk sampeyan dan teman-teman. Mudah-mudahan jika kian banyak lagi yang membaca perspektif di blog Anda, akan bertambah pertimbangan dan kepedulian terhadap aksesibilitas tersebut. Sekaligus saran saya: arahkan sebagian tulisan Anda dalam bentuk perspektif sebagai ganti bentuk nggerundel.

Terima kasih dan selamat merayakan E-accessibility.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/486

3 Comments

jangankan yang buta, yang melek aja belum tentu “jalan” nya bener. Who’s who need E-accessibility and accessibility.

*ughk…

Hello, my name is Alex, i’m a newbie here. I really do like your resource and really interested in things you discuss here, also would like to enter your community, hope it is possible:-) Cya around, best regards, Alex!

I found this page since it mentions my name and it mentions an article I wrote about my project, pVoice….but I don’t speak the language. Would anyone be so kind to send me a translation of this page? I’m very curious :)

Thanks,

Jouke

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on December 5, 2006 8:55 AM.

Memorandum Pemerintah: Masih Pagi was the previous entry in this blog.

2,2 Trilyun di Tahun Depan is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261