Inkubator Bisnis di "Polman"

| 2 Comments | No TrackBacks

Dua hari, tanggal 13 dan hari ini, saya mendapat kesempatan datang di acara workshop internal Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (atau sering disebut “Polman”) di Jalan Kanayakan, daerah Dago. Dengan hadirin dari lingkungan internal mereka, saya menyajikan materi Keamanan Akses Internet. Materi tersebut berisi aspek dasar keamanan yang perlu dipedulikan oleh pengguna akhir, sehingga belum terlalu jauh dari kemampuan saya dalam memahami ilmu keamanan komputer.

Setelah acara usai, saya berkesempatan mengobrol cukup lama dengan Dede Sujana, Staf Unit Inkubator Bisnis, tentang kegiatan inkubator di Polman dan kaitannya dengan TI. Alasan lain saya untuk mendengar lebih banyak lagi adalah binaan mereka, yakni Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Inkubator di Polman menjadi mediator bagian-bagian di dalam perguruan tinggi dengan pelaku bisnis di luar. Dalam paparan Dede tadi siang, dia menjelaskan target untuk saat ini adalah Asia Timur. Mereka sudah pernah mengirim produk rumput laut ke Thailand dan hari-hari ini sedang bernegosiasi dengan Cina.

Mengulang dan sekaligus meneguhkan cerita sukses beberapa pihak, penggunaan teknologi informasi dapat mengurangi ongkos promosi. Hitungan yang disajikan: jika sebelumnya mereka memasang iklan baris di koran Pikiran Rakyat, sekarang ini situs Web mereka sudah dijadikan pengganti saran promosi. Ongkos lebih murah — sekitar Rp 1 juta/tahun — dengan jangkauan lebih luas. Dengan model B2B (Business-to-business), situs Web yang disediakan juga relatif sederhana: halaman promosi, profil pelaku bisnis, dan cara kontak. Hal ini tentu berbeda jauh dengan model B2C (Business-to-consumer) yang perlu investasi besar di awal untuk persiapan teknologi yang mendukung, katakanlah dari pengadaan sistem untuk gerai maya hingga penanganan konsumen. B2B terlihat lebih realistis untuk pelaku bisnis UMKM yang ingin memanfaatkan TI untuk efisiensi langkah mereka.

Direktori yang disebut Dede untuk gerak promosi mereka adalah Indonesia Network; saya dapati dua versi situs tersebut, yaitu indonetwork.net dengan antarmuka berbahasa Inggris dan indonetwork.co.id yang berbahasa Indonesia. Dari cerita dia, sampai pada posisi yang cukup mapan, salah satu “hambatan” yang ditemui adalah beberapa mitra dari Internet tidak representatif setelah ditemui langsung di lapangan. Sebagai contoh, salah satu mitra mereka ternyata baru berupa usaha rumahan dari tempat kos, yang dirasa belum memadai untuk skala bisnis yang akan dijalin. Ini kira-kira sama dengan kontak jodoh online: kedua belah pihak perlu bertemu langsung di darat untuk melihat kecocokan sesungguhnya. Hambatan tersebut diatasi dengan cara memperluas jaringan bisnis ke negara lain. Dasar itulah yang dijadikan salah satu alasan unit inkubator mulai bergerak di Asia Timur.

Kendati tarif koneksi kita masih lebih tinggi dibanding negara lain, namun untuk pemakai seperti di atas tetap lebih murah dibanding media komunikasi lain. Email dan SMS sudah menjadi cara yang lebih praktis dan murah untuk pengiriman dokumen dan lalu lintas pesan. Ini juga harus dimaknai agar layanan Internet jangan terus-menerus “jago kandang” hanya puas bersaing dengan moda komunikasi lain di dalam negeri.

Saya merespon obrolan tersebut dengan bercerita di seputar materi promosi lewat situs Web yang sekarang kian beragam, baik dari sisi teknologi maupun teknis penyampaiannya. Seperti halnya jargon yang berkali-kali saya dengar terutama di ranah aktivitas blog, materi yang disajikan di Web adalah langkah selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti setelah infrastruktur siap. Dede Sujana melihat hal tersebut sebagai peluang dan saya tawarkan kemungkinan melibatkan mahasiswa juga dalam penyediaan materi Web.

Ya, acara hari ini dan dua hari lalu secara formal bertema di seputar keamanan, namun dalam percakapan informal saya dan mereka bercerita lebih banyak tentang kapasitas masing-masing.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/491

2 Comments

Dear, Pengelola

Saya sudah membaca seluruh halaman ini, isinya seputar bagaiman TI dapat dimanfaatkan oleh kalangan bisnis Mikro Kecil dan Menengah.

Saya menyembut blog seperti ini dengan harapan UKM kita bisa hidup seperti UKMnya yang ada di China, Jepang dan Amerika.

Kalau saya perhatikan UKM dinegara tersebut sangat didukung oleh Pemerintah, tapi kalau saya melihat UKM di Negara Kita kurang mendapatkan keberpihakan dari Kebijakan-kebijakan Pemerintah. Ibarat kita perhatikan seperti bayi yang semakin lama semakin tumbuh dan berkembang menuju dewasa yang diasuh oleh orangtuanya. Ironisnya perjalan UKM kita saya tidak melihat seperti bayi di atas yang diasuh orangtuanya yang semakin lama semakin dewasa.

Di Indonesia malah sebaliknya ibarat bayi yang dibiarkan oleh orangtuanya dia terus menangis, haus, lapar, tapi orangtuanya malah membiarkannya.dalam hal ini keberpihakan pemerintah terhapap UKM sangat kurang misalnya ketika UKM mau pinjam modal kerja ke Perbankan sebelumnya harus harus menyerahkan jaminan, tidak adanya upaya melindungi teknologi yang dimiliki UKM, pengurusan perijinan yang memakan waktu yang panjang dan berbelit, dan lainnya.

dengan adanya blogspot ini saya menyambut denga baik mudah-mudahan media ini dapat menjadi alat terjalinnya komunikasi yang selama ini terjadinya stagnasi antara pelaku UKM dan Regulasi Pemerintah supaya bayi tersebut dibimbing agar semakin menuju kemandirian.

Coba anda masuk ke situs Depkop dan UKM anda perhatikan banyak pertanyaan dari praktisi menyengkut persoalan UKM tapi tidak ada penyelesaiannya terimakasih.

Berbicara tentang Inkubator Bisnis mungkin ditelingan masyarakat kita masih asing, tapi berbicara Inkubator Bisnis di Negara Maju justru sudah tidak asing lagi dan banyak para pengusahanya telah melalui masa inkubasi di Inkubator Bisnis.

Salahsatu munculnya Inkubator Bisnis seharusnya dapat menjadi alat bagaimana merubah paradigma berpikir mahasiswa contohnya di Politeknik Manufaktur Bandung yang tadinya sistim pendidikannya dipersiapkan menjadi tenaga trampil, Polma sudah mulai ada usaha bagaimana merubah polanya menjadi berpikir inovatif dan kreatif untuk bagaimana calon lulusannya dapat menciptakan lapangan kerja sendiri (entrepreneur).

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on December 15, 2006 7:11 PM.

BREW was the previous entry in this blog.

Komentar is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261