Awalnya saya sempat menduga bahwa PT Telkom cukup optimis untuk menyambut kehadiran televisi Internet, berbasis IPTV (Internet Protocol Television), yang diberitakan banyak media setelah dipamerkan di International Telecom Union World di Hong Kong bulan Desember lalu.
Ternyata Direktur Utama PT Telkom, Arwin Rasyid, seperti ditulis di
Majalah Tempo edisi 22—28 Januari, sudah menyebut
jujur, Perlu investasi besar karena harus mengganti perangkat dan
jaringan yang lama.
Intinya belum siap.
Pandangan saya: jika katakanlah ada yang siap dan langsung masuk dunia “gembrayah” televisi lewat jalur Internet, apakah tidak bakal tambah curam jurang pemisah kelompok foya-foya lebar pita dan para kaum dhuafa? Di Jakarta infrastruktur dihambur-hambur untuk acara televisi, di Jayapura (atau ambil kota lain di sudut negeri ini) pemakai Internet harus berhemat dengan mematikan tampilan gambar.
Bukan saya anti kemajuan pesat, namun “pemerataan” tetap perlu dipikirkan. Saya bertemu dengan salah satu hadirin di acara jurnalisme ranah maya (cyber journalism) November tahun lalu, dari Bontang, Kalimantan Timur, dan dia mengaku baru hari itu mendengar kata “blog”. (Mohon jangan digeneralisasi bahwa semua orang di sana juga belum kenal “blog”.) Coba tengok “penduduk” agregat utama di negeri ini: mayoritas tinggal di kota-kota besar atau lingkaran marginalnya di Pulau Jawa.
Kedua: berhambur-hambur lebar pita koneksi tadi kian memprihatinkan jika dikaitkan dengan kualitas materi di televisi kita. Sebagian dari kita mengeluh perihal kualitas media massa arus utama di Internet yang bertumpu pada pemberitaan lewat teks dan gambar, namun menurut saya materi di media cetak masih lebih baik dibanding materi acara televisi kita yang benar-benar entah-maunya-apa.
Apa tidak sayang?
Alhasil, jika penyedia infrastruktur kita berani berspekulasi menghadirkan IPTV di negara kita, seyogyanya keperluan Internet “seperti sedia kala” tetap dipertimbangkan sebagai prioritas tinggi juga.
wah kayaknya mau memeratakan sinetron murahan, gosip artis yg semuanya gak mendidik
denger-denger dari hasil risetnya membutuhkan benwit minimal 1 Mbps !
Sebenarnya, sudah ada perusahaan yang baru berdiri di Bandung yang akan menyediakan IPTV. Saat ini mereka sedang menggelar jaringan.
Memang, IPTV itu butuh bandwidth gedhe, tapi kayaknya di masa-masa mendatang bandwidth itu bukan hal yang masalah. Apalagi baca iklan di koran hari hari, modem kecepatan 100mbps (baca: MODEM lho) udah semakin murah (gratis kalo langganan internet).
Ya itulah teknologi internet masa depan. AJAX (yang konon pemakan bandwidth), video streaming (youtube, dll), HDTV/IPTV sudah menjadi konsumsi sehari2. Itu semua adalah aplikasi yang memerlukan bandwidth gedhe.
btw, Hi Roy(tm)
Bontang? tetangga saya tuh :) gimana nih mas koen?
Klo web 2.0 gini, kebanyakan proses stream berjalan asinkron ya? Jadi tidak terlihat sebuah halaman sedang melakukan donwload, ya ga terlihat refresh page nya.
@3 Apa benar mas AjaX boros bandwith?? Bukannya AjAx lebih menghemat bandwith dgn bantuan js nya di sisi client
Modem berkapasitas besar — bahkan servernya pun sekalian — bukan masalah didatangkan ke Indonesia, toh hanya perangkat keras. Yang menjadi persoalan adalah infrastruktur. Lebar pita koneksi bukan masalah? Barangkali betul di negara yang sudah siap.
Di Indonesia?
Mungkin dipaksakan “siap” dengan harga yang tak terjangkau. Atau siap di sebagian kecil wilayah; yang berarti itulah… terjadi kesenjangan kian curam lagi.
Perlu juga siaran khusus juga kali yaa?? yang lebih mendidik, tidak MELULU SINTERON yang OBRAL INFO ndak karu karuan….
Saya rasa memang teknologi nya yg terus berkembang, dimana perkembangan terjadi kerap terjadi kesenjangan. Jaman dial-up toh content yang disajikan web tidak memerlukan bandwith gede, seiring perkembangan kebutuhan akan multimedia trus melonjak dan kebutuhan akan bandwith semakin meningkat, disaat itu pula infrastruktur internet terus maju.
CMIIW