Kisah Perburuan "Driver"

| 9 Comments | No TrackBacks

Pengendali piranti (device driver) masih kerap diikutkan jika ada keraguan tentang kesiapan perangkat lunak bebas. Menurut Budi Rahardjo: apapun sistemnya selalu ada kans untuk mengotak-atik pengendali piranti. Jadi bukan monopoli perangkat lunak bebas. Jangan sampai muncul modprobia — sebuah fobia terhadap perintah modprobe di keluarga Debian.

Oke, sekarang bagaimana jika piranti di komputer kita benar-benar belum didukung oleh GNU/Linux misalnya? Saya sempat menghela nafas juga: Acer Aspire dilengkapi dengan Linux, namun pengendali piranti tetap disediakan di cakram optik dalam format pengendali untuk Microsoft Windows. Alhasil, dari baca-baca di Ubuntu Guide dan sejumlah blog, saya peroleh kemujuran: Broadcom untuk Wi-Fi digunakan juga di Dell dan Apple, sehingga yang teriak-teriak bukan hanya sekelompok pemakai di Asia Tenggara.

Cerita Ruslan Nuryadin dengan NEC ternyata lebih asyik lagi. Kartu suara fabrikan Intel di laptopnya ternyata bungkam seribu suara. Cicing, euy. Saya yang tidak pernah punya jalur karier di lingkungan pengembangan aras bawah hanya sanggup menghibur dia, Kita tunggu saja Ubuntu versi berikutnya, barangkali sudah didukung nanti. Sebenarnya Ruslan masih mending dalam hal bermain dengan piranti: sejumlah pekerjaan dia bersentuhan dengan akses perangkat keras.

Namun untuk pengendali piranti? Oh, tidak!

Ubuntu 6.10 sudah dirilis: si kartu suara masih belum terdeteksi otomatis. Toh, pekerjaan pemrograman dia tidak terganggu sebenarnya — hanya sedikit kurang sreg karena sebagai gantinya harus mendengar lagu dari Aiwa (bukan iPod) di sudut meja. Moral positif pertama: jika salah satu fungsi komputer belum didukung, cari substitusi atau alternatif solusi. Apalagi di lingkungan majemuk seperti di perkantoran: upah admin lokal (jika perlu beri bayaran lebih) untuk main “tambal-sulam” secara teknis agar tujuan tercapai. Anggaran akan berputar untuk tenaga ahli domestik.

Bulan-bulan berlalu. Sebagai hadiah silaturahim Ruslan ke tempat kerabatnya, dia dihadiahi satu DVD Slackware 11. Ini cara yang baik menjamu tamu: hadiah perangkat lunak bebas. Saya pikir ada kemungkinan juga hadiah ulang tahun atau bahkan kado pernikahan serupa itu. Ekstremnya seperti iklan McDonald’s: mahar pernikahan berupa mendidik isteri cara mengaji dan paket layanan purna-instalasi perangkat lunak bebas. Mengapa tidak?

Slackware dipasang di NEC. Sebenarnya tetap belum bunyi juga, namun seperti “kebanggaan” para fans Slackware, distribusi satu ini kelihatannya bukan hanya menyediakan sistem terpasang, melainkan juga memompa semangat para antusias agar bergerak lebih jauh. Cari, cari, carilah solusi sampai ujung halaman Google. Optimisme yang mulai berbuah: Slackware Linux on Benq JoyBook S53. Berbahasa Italia memang, namun sesama pengembang tampaknya punya lingua franca yang dapat membuat iri pengguna biasa seperti saya. Di Tabella riassuntiva ditandai dengan baris merah dan berisi rujukan ke pelacakan awakutu (bugtrack) Proyek Alsa.

Kejar terus.

Selepas jam kantor saya terima SMS tentang cara memasang modul di Ubuntu dari sebuah berkas .deb. Ini pertanyaan sederhana dan saya percaya Ruslan hanya ingin meyakinkan. Sekitar dua jam kemudian, saya terima SMS lagi: BUNYI!!! Saya balas: yakin? Bukan Aiwa di pinggir mejamu yang bersuara?

Demikianlah cerita perburuan cara menghidupkan kartu suara, yang secara tersirat menampilkan ikhtiar bahwa persoalan pengendali piranti bukan segalanya. Bukan karena ketidaktersediaan pengendali piranti kemudian, yang lain ikut-ikutan nothing!

Yang menarik juga: dengan menelusuri forum keahlian seperti di tempat pelacakan awakutu proyek Alsa, tersirat kegigihan para pengembang berjuang “sekadar” mengaktifkan piranti. Coba kita renungkan “kesabaran” JProgrammer yang menulis di sana,

I received a response from BenQ today:

“BenQ does not support the use of Linux on our notebooks, therefor there are no drivers or support documentation is written for this system.

Regards

BenQ Support”

However I phoned them up later and got them to confirm that it is the CX20551 chip in this laptop. I then proceeded to contact Conexant from their website literature@conexant.com however the delivery to this address fails.

If someone in the US or Canada could contact them directly on a toll free number that would be appreciated.

Barangkali saya terlalu naif dengan banyak keinginan serba-instan sekarang ini, namun bagi saya: dengan “menunggu” dan mengikuti proses pembangunan solusi berbasis perangkat lunak bebas terdapat bagian-bagian yang indah dan berharga untuk kita teladani.

Selamat untuk Ruslan. Seperti dugaan saya: acara keberhasilan dilakukan dengan memutar lagu-lagu lama Nicky Astria dan sesekali menghibur kami semua di ruangan dengan Shakatak.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/513

9 Comments

hihihi..mirip di Windows tapi “Plug and Pray” :p

pakai thinkpad r51e + fc5 tidak ada masalah yang mengganggu. Soundcard terdeteksi dengan baik. Paling cuma kartu wireless aja yang pakai ndiswrapper. Winmodem tidak ada driver gratisannya. Tapi tidak masalah soalnya koneksi internet pakai wireless.

Kemarin saya juga punya pengalaman seperti itu. Acer Aspire saya juga tidak bersuara di Ubuntu 6.10. Upgrade alsa ke versi terakhir (waktu itu ALSA 1.0.14rc1 dan ALSA 1.0.13) juga tidak berhasil. Tapi akhirnya malah bisa dengan ALSA 1.0.12rc3.

Sekedar informasi, Laptop saya Acer Aspire 5050 dengan soundcard berchipset SB450. module yang dipakai sndhdaintel.

dl nyoba simply mepis 6.0 di compaq nx6120, winmodem dan sound langsung ok, tp wifi manual masukin essid-nya.. :D

yg 6.1 gemana ya skrg..

krn KDE-nya (lengkap) ‘terasa’ berat, balik ke dapper..

seberapa lama harus menunggu? begitu drivernya bisa direlaease nanti hardware tsb sudah obselete.

buat geek sih gpp, tapi buat user biasa ya mending balik lagi ke windows. masak setup soundcard saja harus tunggu berbulan-bulan dan wasting time buat nyari-nyari info ke internet, gak produktip. cape deeh…

betul sekali, linux masih belum berorientasi end user….

Mas terus gimana akhirnya? Benq Joybook nya berhasil ngeluarin suara, saya sekarang juga punya Benq Joybook S53, sound carnya gak bunyi, tolong tunjukkan caranya supaya Joybook saya bisa bunyi untuk linux khususnya slackware dan ubuntu.

Untuk Aspire 5050 saya bisa mengeluarkan suara dengan Ubuntu feisty. Namun, awalnya memang tidak ada suara di speaker laptopnya, tapi kalau pakai headphone ada suaranya. Setelah utak-atik sana-sini, di mixer (saya pakai kmix) aktifkan saja surroundnya, dan set ke volume maksimal. Akhirnya speaker laptopnya bisa ada suara.

Ga ada tuh Hehe…..iseng

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on January 24, 2007 9:03 AM.

Era Baru "Ilmu Komputer" was the previous entry in this blog.

Satu Laptop Ramai-Ramai is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261