Sunting Ulang

| 5 Comments | No TrackBacks

Pertanyaan menarik Budi Rahardjo tentang kemungkinan penyuntingan ulang artikel yang sudah dipublikasikan di blog. Kendati hal ini pada akhirnya kembali ke preferensi pribadi, ada pertimbangan yang dapat dijadikan bahan pemikiran. Saya coba komentari di bawah ini berdasarkan preferensi saya dan sedikit tambahan ilustrasi.

Walaupun tulisan saya dalam bahasa Indonesia, masih sering saya jumpai susunan kalimat saya yang salah, kurang lengkap, atau tidak nyaman dibaca. Sialnya, terkadang kekurangan seperti ini justru terlihat setelah dipublikasikan. Di halaman pratilik sudah saya pelototi berkali-kali, persoalan tersebut tak terlihat, namun terbaca janggal atau tidak enak setelah berada di halaman blog.

Dari kesalahan tersebut, yang lebih sering saya alami adalah penggunaan kata berulang atau “pemunculan ungkapan terlalu sering” sehingga tidak enak dibaca. Misalnya di tulisan Negroponte: Bukan Aplikasi Perkantoran di Sekolah Dasar, pada mulanya

Proyek Satu Laptop per Anak akan menghangatkan tahun 2007 ini. Dengan harga USD 150, negara-negara seperti Thailand dan Libya disebut sebagai contoh partisipan proyek ini. Dari sisi antarmuka, menurut Wayan Vota, komputer ini, Tidak terasa seperti Linux. Tidak terasa seperti Windows. Tidak seperti Apple. Ya, inilah XO.

Mengesalkan: dalam satu paragraf bertabur kata ini sampai empat kali — dan baru terbaca tidak enak setelah dipublikasikan. Alhasil, kalimat tersebut disunting ulang dengan membuang bagian yang tidak perlu. Karena saya menulis artikel menggunakan Vim, salinan asli artikel masih tersimpan di komputer saya. Dengan revisi mendadak di editor alat bantu blog, saya mempunyai dua versi yang berbeda pada akhirnya.

Sebenarnya saya sudah berusaha memegang komitmen bahwa urusan konstruksi kalimat seharusnya sudah final pada saat dokumen dipublikasikan, namun demikianlah, pada beberapa pemasangan artikel saya masih khilaf. Terkadang sampai merembet pada penggunaan kata hubung yang tidak sesuai dengan logika hubungan dua frasa.

Sedangkan perubahan yang mengubah pokok pikiran dokumen, misalnya terdapat koreksi dari komentator atau kondisi sudah berubah, saya sisipkan sebagai catatan kaki dengan tanda pemutakhiran berupa tanggal atau jam berhuruf tebal atau diselipkan langsung ke dokumen menggunakan tag <ins> atau <del>. Parameter datetime dipasang untuk menandai tanggal perubahan.

Karena blog menggunakan medium digital yang sangat rentan terhadap perubahan, penulis blog sedapat mungkin menghindari perubahan pokok pikiran yang sudah dipublikasikan begitu saja. Hal ini penting untuk menjaga kredibilitas penulis bahwa kita tidak berdusta dengan mengubah maksud yang disampaikan di sebuah tulisan. Jika memang ada perubahan opini penulis pada masa berikutnya, lebih baik ditulis lagi dalam bentuk entri baru dengan menyertakan rujukan pada pendapat sebelumnya. Dengan jujur dalam mengemukakan pendapat, pembaca tetap akan menaruh hormat terhadap perubahan sikap yang terjadi.

Saya belum pernah mengubah ulang entri blog ini untuk disesuaikan dengan format media lain, misalnya diterbitkan dalam bentuk cetakan. Dengan lisensi yang saya pilih, yaitu Share-Alike, sebenarnya hal tersebut dimungkinkan bahkan oleh orang lain sekalipun, termasuk mengambil keuntungan darinya. Dengan satu syarat: hasil modifikasi tetap menggunakan lisensi serupa, yang berarti juga harus disediakan untuk publik secara terbuka.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/507

5 Comments

Saya sepemikiran dengan mas Amal. Seandainya entry blog diedit dimana kredibilitas penulisnya? Tapi tentu saja, kalau misalnya bertujuan untuk buat entry lebih nyaman dibaca, atau menambah image (mengingat TAO gag ada skrinsut adalah Basbang), terus UPDATE entry, saya fikir masih sah-sah aja mas! Teros, tidak zaman lagi berbohong diblog karena ingin dianggap “hebat”, maaf kalau tendensius ^_^

Niwe mas Amal, tag “del” diblog saya dipakai untuk membuat lucu-lucuan, sentilan, dan ambigu biar yg baca mikir ini dan itu, jaraaang sekali untuk memperbaiki tulisan karena tidak enak dibaca!

Hehe.. Terakhir, main-stream media aja sering buat kesalahan yg sama bahkan typos dan dihari berikutnya atau terbitan berikutnya mereka minta maaf. Perhatikan, bahkan majalah yg mas Amal langgani yg mengusung slogan “Enak dibaca dan Perlu” juga sering melakukan kesalahan (sering merhatikan gag yah mas?) Jadi kalau kita blogger melakukan kesalahan penulisan ataupun penyia-nyiaan bahasa boleh dunk kita edit! Ehm, kedengarannya seperti pembenaran yah? Maaf! ^_^

Sorry, kok jadi panjang yah

Kata demi kata…
Jalin dengan indah…
Untuk menguraikan…
Maksud hati…

Maaf ceuk Vina, lirik lagunya saya tag “del” demi Kredibilitas.

Terima kasih, Basica, eksperimen yang bagus. Vina Panduwinata sudah kredibel sebagai penyanyi, jadi tak perlu khawatir… :-)

Saya juga kadang melakukan penyuntingan terhadap tulisan saya. Terutama jika ada masukan dari penulis komentar untuk tulisan. Penyuntingan biasanya saya masukkan dalam bagian bawah tulisan, dengan menyertakan catatan.. tapi ini jarang sekali sih saya lakukan.

Kalau soal penulisan ejaan yang keliru, beberapa kata slaah kteik, ini juga cukup sering sih.. Hehehe…

Wah saya banyak salah ketik terus tidak menggunakan ejaan yang disempurnakan plus pabaliut

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on January 5, 2007 7:06 AM.

Negroponte: Bukan Aplikasi Perkantoran di Sekolah Dasar was the previous entry in this blog.

Google Webmaster dan Analytics is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261